DIA ADALAH BINTANG

By kata_rasa

121 17 3

Bintang lahir dijakarta (katanya), menghabiskan masa kecil dipinggiran jakarta, dengan gaya hidup anak anak j... More

BAB II
BAB III

BAB I

80 12 3
By kata_rasa

Dia Adalah Bintang

"Gentar, kamu sampai dimana, aku butuh kamu.!"

"sebentar bintang..macet ." jawabku singkat.

Entah kenapa malam ini aku merasa lalu lintas sedang tidak berpihak padaku. Tidak hanya lalu lintas saja aku pikir, tapi memang seharian ini, dari jadwal meeting dengan dengan Klien yang tidak jelas sampai banyaknya pekerjaan yang mengharuskan aku untuk tidak bisa berangkat bareng Bintang yang siang tadi sudah sampai duluan di kota Batu, Malang. Aku, Bintang dan temen temen kantor memang sudah sepakat bahwa akhir minggu ini kami akan berlibur dipuncak kota Batu, Malang.

Owh iya. Perkenalkan, aku Gentar, lahir di Jakarta tapi habiskan masa kecil dipinggiran Jawa. Tidak ada yang spesial, aku selayaknya anak kecil dijamannya saat itu. Kulitku relatif dekil dan hitam, karena memang geografis daerah aku tinggal dipegunungan tandus, ditambah keseharianku sering diluar rumah, bukan untuk bermain tapi harus membantu orang tua mencari rumput untuk makanan kambing. Aku lahir tahun 80' an, tentu saja melewati banyak fase perubahan gaya hidup. Aku mengalami masa kecil dengan bermain sepak bola sampai Magrib, bermain gobak sodor saat bulan purnama karena belum ada listrik, menyaksikan kelahiran ponsel dengan harga kartu perdananya mendekati harga handphone, dari system operasi handphone Symbian, Bleckberry, IOS sampai dengan Android. Aku juga menjadi saksi perpindahan jejaringan sosial dari Freindster, Facebook hingga Instagram.

Orang memanggilku Gentar, bukan karena aku penakut tapi aku memilih menghindari masalah apalagi terkait benturan fisik. Aku cinta damai. Bagiku tidak semua masalah harus diselesaikan dengan adu otot karena diam sering kali menjadi pembalasan yang akan menyakitkan jika terjadi masalah. Bukan nerimo tapi membalas dengan cara yang elegan.

Dia adalah bintang, teman kantor yang dua tahun lalu aku kenal, bedanya denganku, bintang itu orang spesial (setidaknya buat aku), bawaanya yang selalu riang, galak, sedikit pecicilan dan selalu ingin menjadi nomor satu disetiap kondisi. jadi pusat perhatian tepatnya.

Bintang lahir dijakarta (katanya), menghabiskan masa kecil dipinggiran jakarta, dengan gaya hidup anak anak jaman sekarang, tahun 90 an. sedikit nyentrik dan pengakuanya berpikir terbuka, entah apanya yang terbuka. Dia suka sekali musik, hampir semua lagu ciptaan terbaru dia selalu yang lebih dulu tau dan hafal dibanding temen temen kantor yang lain, sangat disayangkan dia tidak paham lagu jawa. Bintang keturunan orang luar jawa. Bukan rasis tapi agar kalian bisa bayangin sosok Bintang, cukup dibayangin saja, tidak boleh dimiliki, karena dia milikku...(saat ini). Wajahnya terkesan galak tapi asal kalian tau dari banyak hal yang aku suka diwajahnya, melotot dengan raut kesalnya aku paling suka, mungkin beberapa orang akan takut kalau melihat dia melotot, tapi aku malah pengen cium saja wajahnya. Dia paling anti dengan asap, katanya asap tidak sehat, bukan hanya asap rokok yang membuat dia marah tapi semua asap, sebenarnya bukan khawatir terhadap paru parunya tetapi lebih khawatir terhadap rambutnya. Entah apa yang membuat dia begitu khawatir, menurutku tidak ada standart rambut dikatakan wangi atau tidak.

Dia adalah Bintang, yang lebih dari 2 tahun lalu selalu menghantuiku, yang satu setengah bulan lalu sepakat denganku, tentu saja tanpa paksaan, untuk mengikut apa kata hati kami berdua, saat itu kata hatiku ingin memilikinya dan (katanya) kata hatinya juga ingin memilikku juga. aku tidak peduli saat itu, apakah benar ataukah hanya membual, tapi aku rasa dia juga memiliki rasa yang sama. Kalian tau bagaimana ceritanya aku dan Bintang jadian.? Biasa saja, mirip cara jadian orang orang, yang membedakan mungkin kagetnya. Aku kaget karena dia juga (katanya) memiliki perasaan suka kepadaku, dan dia kaget setelah tau sebenarnya sudah 2 tahun lalu aku suka padanya. Bahagia pasti, bukan hanya bisa saling mengungkapkan perasaan dan menerima masing masing, tapi lebih bahagia karena ada harapan besar tercipta. Harapan versiku dan dia.

Ada banyak hal yang aku suka dari Bintang, orangnya baik, sangat berempati dengan banyak hal disekitarnya, Pedulinya juga diluar batas kewajaran, sampai sampai ada beberapa teman kantorku yang salah menilai kepeduliannya sebagai perasaan suka, tapi aku tidak seperti itu. Bukan kepeduliannya yang menjadikan aku merasa Ge'er. Bintang bukan sebarang staf dikantorku, dia sekertaris Bos Besar dikantor. Bintang memiliki wajah cantik, aku melihatnya mirip salah satu anggota DPR, Anggun, berwibawa, pokoknya semua yang ada di Bintang aku pikir itu unik, saking banyaknya alasan tersebut aku malah merasa sukaku ke Bintang tak beralasan.

Semua staf dikantor takut kepadanya, bukan hanya karena dia dekat dengan bos, tapi memang wajahnya sedikit beraut galak, Kadang juga temen temen kantor takut kepadanya bukan hanya hal hal itu tadi tapi juga males aja rebut sama bintang, entah masih bisa disebut takut atau tidak. Yang jelas banyak temen menghindari untuk bermasalah denganya. Karena ketika kalian bermasalah dengan Bintang, kalian akan merasa dimedan perang karena Bintan tidak suka memendam masalah malah cenderung blak blak an menghardik lawannya didepan umum.

Bintang selalu jadi bahan utama topik hayalanku tentang keindahan, setiap dikeramaian dan melihat dua pasangan bergandegan tangan aku pasti berhayal andai itu Bintang dan aku. Setiap ada yang jadi pengantin aku langsung saja diam, lalu berharap itu yang duduk dipelaminan adalah aku dan Bintang. Pernah juga aku melihat dipasar dekat rumahku ada penjual burung dara putih sepasang dan mengajaku berangan andai aku dan Bintang jadi burung saja, enak, bisa berdekatan terus tanpa peduli orang sekitar. Pasti kalian menganggap aku gila, tidak, aku gak akan gila kecuali tergila gila pada Bintang.

Sabtu pagi ini kota malang masih seperti biasa, aku menyiapkan bekal beberapa kaos, celana dalam, celana panjang dan juka baju hangat. Selain itu aku juga harus menyiapkan bahan meeting untuk siang nanti. Teman teman yang tidak ikut meeting dengan Klien sebagian sudah berkumpul ditempat yang sudah disepakati, menggunakan dua mobil untuk siap siap berangkat ke kota Batu. Mereka berangkat duluan, tentu saja Bintang ada diantara mereka, 10 orang berangkat pagi ini untuk menyiapkan tempat kami menginap dan hal hal lain, sedangkan aku berdua dengan Bram, teman satu angkatanku dikantor menyusul sore harinya karena harus meeting dahulu dengan Klien.

"Gentar, kamu pasti nyusulkan..?"

Chatting dari bintang yang tidak hanya membuatku semangat pagi ini tapi juga membuatku kesal karena harus meeting dahulu sedangkan sebenarnya aku ingin sekali berangkat bareng Bintang.

"Iya Bintang, aku pasti nyusul, do'ain meetingnya cepet ya.." jawabku.

"Oke, jangan sampai gak nyusul yah..aku sayang kamu"

"Aku juga..!"

"Oke, aku jalan duluan ya..!"

"Sippp..Ati2 ya, jangan nakal." Jawabku menutup pembicaraan

"Gak akan sayang..!"

Jam 12 siang aku sampai kantor, aku lihat sekeling belum ada satupun Klien perusahaan yang merencanakan meeting jam 1 hadir. Tidak mengapa bathinku, toh waktu masih panjang, aku menuju kafe didepan kantor tempat meeting, mengambil kursi paling pojok, memesan Es Coffe Mocca Jelly kesukaanku, tentu saja dengan sepiring singkong goring keju, aku duduk menyalakan rokok dan mengambil handphone.

"Hei Bintang, sudah sampai mana..?" tanyaku memalui aplikasi chatting di hpku.

"Hey Gentar...aku dan yang lain mampir dulu keatas, nanti siang baru turun ke villa"

Atas yang dimaksud Bintang adalah puncak tertinggi dari kota Batu. Jaraknya sekitar 70 km dari tempatku saat ini menunggu meeting, dan sekitar 5 km dari villa yang sudah kami booking beberapa hari lalu.

"Oke Bintang, aku sudah sampai kantor, lagi persiapan meeting." Jawabku

"Iya..udah pada dateng yang mau meeting..?" balas Bintang

"Belum...jadi males neh kayak gini, ga ontime..!"

"Sabar ya, tenang aja aku jaga diri, cepet nyusul ya..disini indah banget, akan lebih indah

kalo kamu ada disamping aku.." jawab bintang menggoda.

" Heheh..iya setelah selesai meeting aku langsung jalan."

"Jadi ama bram berangkatnya..?"

"Belum tau, dia bilang istrinya sakit jadi belum pasti ikut nyusul." Jawabku.

"Tapi kamu beneran nyusul kan sayang..?" tanya bintang penuh harap.

"Do'akan saja meetignnya tidak sampai tengah malam dan aku pasti nyusul." Jawabku

ragu, karena meeting sabtu biasanya sampai tengah malam, dan jika memang hari ini terjadi

lagi, aku mungkin tidak akan menyusul Bintang dan teman teman yang lain.

"Aminnnn....!!!!!"

Jujur saja aku menunggu moment ini agar bisa berlibur bersama Bintang, sedikit aku kasih tau sebenarnya tidak banyak waktu untukku dan Bintang untuk bisa main kesuatu tempat dan menginap, begitu pula aku. Selain itu aku dan Bintang baru satu setengah bulan pacaran, masih hangat hangtanya kata orang. Kalian tau berapa lama aku harus menunggu untuk mendapatkan Bintang, Iya...dua tahun lalu aku sudah menyukai Bintang. Karena beberapa alasan aku memutuskan untuk menyimpan perasaanku kepadanya, bukan karena takut Bintang menolak, sama sekali bukan, karena meskipun kulitku (sedikit) hitam, tapi dalam hal menggaet wanita, aku jagonya, maaf kalau membuat kalian berpikir aku sombong. Bukan karena itu semua sampai aku memutuskan menyimpan perasaanku ke Bintang selama dua tahun. Sekali lagi ada satu hal yang belum boleh kalian tau alesannya. Bukan karena aku Gentar.

Aku dan Bintang sepakat menjalani hubungan kami (saat ini) hanya kami berdua yang tau. Sehingga teman teman satu kantor pun tidak ada yang tau, lucu memang tapi kami tidak mau jika nanti temen kantor pada tau hubunganku dengan bintang nanti akan menjadi masalah, baik menyangkut pekerjaan ataupun hal lain.

"Nanti saja kalau sudah nikah kita undang semua biar seru" kata bintang saat itu.

Continue Reading

You'll Also Like

865K 76.4K 37
๐™๐™ช๐™ฃ๐™š ๐™ ๐™ฎ๐™– ๐™ ๐™–๐™ง ๐™™๐™–๐™ก๐™– , ๐™ˆ๐™–๐™ง ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž ๐™ข๐™ž๐™ฉ ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž ๐™ƒ๐™ค ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž...... โ™ก ๐™๐™€๐™๐™„ ๐˜ฟ๐™€๐™€๐™’๐˜ผ๐™‰๐™„ โ™ก Shashwat Rajva...
21.9K 456 10
What if Josh Chen's gorgeous colleague fell for Bridget Von Ascheberg's charming bodyguard?
2.9M 71.8K 38
Charlie; a little girl who desperately needed catching. Leo, Oscar and Atlas; her three older brothers who awaited with open arms. ~ Five year old Ch...
169K 3.9K 17
lucent (adj); softly bright or radiant โœฟ โœฟ โœฟ My brother's hand traces the cut on my right cheek for some minutes. I have no idea how a cut can b...