Dear Kamu, Asisten Ayahku #3...

By Kanalda_ok

344K 24.5K 747

Sequel Different (Dhan-Khanza After story) Semua orang tahu, sudah lama aku menyukainya. Semua orang pun tahu... More

Prolog
1 : Aku punya pilihan
2 : Undangan dari Nadila
3 : Cari kerja
4 : Masih ada ruang
5 : Pengangguran kaya
7 : Jangan Dengarkan
8 : Tugas dari kakek
9 : Pertemuan
10 : Ragu
11 : Sidang Nadila
12 : Malu
13 : Petuah Pak Kenan
14 : Patut dipertanyakan
15 : Dengarkan Nadila
16 : Menjatuhkan Percaya Diri
17 : Optimis Vs Pesimis
18 : Tugas dari Pak Kenan
19 : Pengalihan Tugas
20 : Karena Ayah
21 : Buaya
22 : Kemenangan Nadila
23 : Gagal
24 : Jangan Nikah Dulu
25 : Pembelaan?
26 : Suka Ikut Campur
27 : Tak Ada Kabar
28 : Padang
29 : What?
30 : Kurangi Khawatir
31 : Masa Lalu
32 : Camer
EPILOG
Ekstra Part A

6 : Menagih kerja

9.4K 834 12
By Kanalda_ok

Yoshaaaa!!!

---

"Ini maksudnya ngerjain aku atau gimana?" tanya Dhan, ia duduk di single sofa yang berada di ruang keluarga. Ayah dan bundanya berada di sofa panjang bersama sang adik.

"Nggak sengaja," jawab Kenan.

"Langsung aja, deh. Jadi, kamu mau kerja sama ayah atau gimana?" Bundanya tersenyum geli di akhir kata.

Mengingat lagi kejadian di masa remaja, ketika ia menolak untuk berkuliah di luar negeri dan bundanya menggunakan nama Khanza sebagai pemicu keinginan. Itu sangat berhasil, bodohnya Dhan percaya.

Mungkin sekarang pun sama. Bundanya yang menjadi dalang dari drama ini. Ayahnya selalu mendukung wanita itu, Dhan sendirian dipaksa untuk mengikuti alur yang dibuat.

"Gimana?" tanya bundanya lagi.

Ini akan menjadi kesempatan dekat dengan Khanza lagi. Buang jauh tentang Akbar, terkadang kesempatan akan mengalahkan restu. Jika enam tahun terakhir untuk Akbar, maka mulai saat ini akan menjadi miliknya.

Namun, ini masih asumsi aneh yang datang tiba-tiba. Dhan menghilangkan ego, mencoba menerima keinginan bundanya. Sudah pasti wanita itu akan tersenyum penuh kemenangan, karena sekali lagi mengalahkan ego si keras kepala.

"Ya, udah." Dhan memutuskan. "Aku mau kerja sama Ayah."

"Kenapa nggak dari awal, sih?" Nada tersenyum bahagia yang ia lihat seperti ledekan.

Dalam hati Dhan bertanya, apakah ini sudah menjadi keputusan yang tepat?

"Jadi, maunya di bagian mana?" Ayahnya bertanya.

Ia diam sejenak, menilik sang adik yang kini sedang menonton TV dengan serius, untuk sekedar memindai objek penglihatan karena bingung memutuskan masa depannya.

"Terserah," jawabnya.

"Jadi cleaning service kalau gitu." Kenan tertawa saat mendapatkan cubitan dari Nada.

"Anak aku jangan dibecandain," kata wanita itu membela Dhan.

"Anakku juga dong."

Giliran seperti ini orang tuanya menjadi lupa umur. Kemarin bersikap dewasa dengan mengatakan larangan serta petuah. Sekarang berbeda. Namun, meskipun begitu ia senang dengan keadaannya yang sekarang.

Rasanya lengkap.

Ia punya bunda dan juga ayah, sosok yang pernah dirindukan pada masa itu. Lalu, seorang adik kecil yang belum tahu apa-apa. Ah, baru-baru ini ia mengajari adiknya mengikat tali sepatu, tetapi belum bisa masuk ke pikiran Risya.

Dhan tak tahu, anak umur empat tahun harusnya mulai mempelajari apa.

"Terus Risya anaknya siapa?" tanya gadis kecil itu kepada orang tuanya.

"Anak Sus Ima," sela Dhan membuat Risya menoleh padanya.

"Iiih ...." Risya mencebik dan hampir menangis. "Ayah," rengeknya.

"Dih, siapa juga yang mau sama ayahmu."

"Dhan." Nada menegur.

Malam ini ia sangat ingin membuat adiknya menangis. Anggap saja itu balasan karena sudah dipaksa menerima keinginan orang tuanya. Yah, meskipun sama sekali tidak dewasa, tetapi ia tetap ingin melakukannya.

"Mas bukan anak Ayah, 'kan?" tanya Risya.

"Bukan." Kenan menjawab hanya untuk penghibur agar si kecil tidak menangis. "Anak Ayah cuma Risya."

Risya tersenyum di pangkuan sang ayah. "Jangan mau sama Mas, dia marah-marah mulu."

"Anak baru songong, ya," canda Dhan.

"Anak baru?" Wajah gadis kecil itu penuh tanya.

Orang tuanya tertawa, sedangkan Dhan hanya tersenyum geli. Ini kali pertama mereka kembali hangat setelah ia menentang keinginan kedua orang dewasa itu.

"Jangan ganggu mas, dia lagi jatuh cinta," ledek Nada.

"Apa sih, Bun."

"Terus, apa coba kalau bukan jatuh cinta?" Nada tertawa ketika yang bersangkutan berdecak tak nyaman.

"Jatuh cinta itu apa?" tanya Risya lagi.

"Ada pokoknya. Tetangga baru," jawab Kenan kemudian menggendong gadis kecil itu. "Udah jam sembilan, kita tidur sekarang."

"Oh ya, Dhan. Besok pergi bareng Bunda belanja, ya?"

Apalagi ini? Ia pikir penderitaannya berakhir saat ini. Namun, sepertinya tidak begitu.

"Bunda kalau belanja biasanya lama, aku nggak mau nunggu."

Nada berdecak. "Bunda ajakin kamu belanja buat keperluanmu ke kantor."

Dhan hanya bergumam, "Oh." Sedikit bersalah karena sudah berprasangka buruk.

"Pokoknya harus. Bunda nggak mau dengar penolakan."

Setelah itu Dhan hanya melihat punggung orang tuanya menjauh menuju tangga. Sendirian di ruang keluarga membuatnya memilih untuk ikut masuk kamar. Tidur lebih baik, besok aktivitasnya akan diisi dengan berbelanja.

Siapkan telinga, karena bundanya ini akan berubah menjadi cerewet ketika sedang berbelanja. Apalagi jika menyangkut dirinya.

----

Hari ini Dhan ikut sarapan, biasanya ia akan keluar dari kamar ketika rumah sudah sunyi. Namun, kali ini ia harus ikut menyantap makanan saat pagi bersama orang tua karena wanita yang melahirkannya terlampau bersemangat untuk aktivitas mereka berikutnya.

"Nanti kita pergi setelah antar Risya ke sekolah. Kamu kalau nggak mau nyetir bilang, biar Bunda bisa minta tolong Pak Kurni," ucap Nada setelah menyiapkan sarapan untuk anak dan suami.

"Nggak apa, Bun. Aku aja yang nyetir."

Bundanya tersenyum. "Bunda seneng kamu akhirnya mau iyain permintaan Bunda."

Maksud wanita itu adalah Dhan yang mengalah pada egonya. "Mau gimana lagi," ujarnya cuek.

"Yang penting ada Khanza, ya." Nada tersenyum geli.

"Bun," tegur Kenan.

Wanita itu malah tertawa. "Ingat waktu itu nggak, Yah?" Nada memulai topik pembicaraan pagi ini.

"Yang mana?"

"Waktu Dhan aku tipu soal Khanza."

"Bun." Nafsu makan Dhan langsung menghilang.

Nada tertawa, sedangkan Kenan menegur lewat lirikan. Pria itu mengerti perasaannya bahwa ia sekarang sangat malu jika mengingat hari itu, dan juga karena tipu muslihat bundanya maka terjadi jarak di antara ia dan Khanza.

"Jangan diketawain, Bun," tegur Kenan. "Dhan siap-siap sekarang, sebentar malam kita bicara di ruang kerja Ayah."

Jika ayahnya sudah berkata seperti itu, pasti ada sesuatu yang penting ingin disampaikan. "Bicara apa?" tanya Dhan.

"Soal tugasmu di kantor. Kayaknya malam ini kakek dan nenek bakalan datang," jawab Kenan.

Kemarin Dhan dengar dari bundanya, Ferdi dan Shinta meminta Kenan beserta keluarga pindah ke rumah mereka. Seperti kebanyakan orang tua, mereka pun ingin mengisi hari tua bersama anak dan cucu.

Mungkin mudah saja untuk pindah, tetapi sepertinya Kenan belum memutuskan hal itu. Lagi pula hal seperti ini tidak bisa diputuskan sendiri, anggota keluarga yang lain harus bersuara.

"Dhan mau tinggal sama kakek?" tawar Kenan.

Sebenarnya tidak masalah, tetapi ia pun ingin bersama bundanya. "Kenapa bukan kita semua yang pindah ke sana?"

"Jarak dari tempat kerja Bunda terlalu jauh," jawab Nada.

Terungkap, sekarang Dhan tahu siapa yang keberatan untuk mengikuti kemauan Ferdi dan Shinta. Namun, dari balik keegoisan bundanya, ia cukup kagum kepada ayahnya yang menuruti. Ia pikir selama ini hubungan mereka masih rekayasa, belum terlalu erat atau harmonis.

"Ayah nggak marah?" Satu pertanyaan yang ia keluarkan hanya untuk memastikan.

"Untuk?" Kenan balik bertanya.

"Keputusan bunda."

Nada mengerutkan kening. "Emangnya salah?"

"Kita bicarakan nanti, Ayah udah mau telat." Kenan menyela sembari berdiri, bersiap meninggalkan ruang makan.

Sebelum meninggalkan ruangan tersebut, ayah tersenyum kepadanya. Ia tahu pria itu sedang menjaga perasaan serta menghindari kesalahpahaman. Lebih tepatnya Kenan mengalah untuk Nada.

Entahlah, hari ini Dhan merasa semakin menghormati ayahnya.

VOTE
Klik Bintangnya, Kak.

Continue Reading

You'll Also Like

475K 43.4K 95
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
867K 78K 55
Dara masih 23 tahun, tetapi kerabat dari ibunya selalu menanyakan kapan dia akan menikah, padahal orang tuanya saja tidak pernah merecoki Dara soal p...
DPD By VZ

Romance

181K 19.3K 33
DPD (Sequel Dosen Bucin & DSM) Deaby Emma Ellona Putri Brahmana (Dea), seorang desainer muda berbakat yang karyanya pernah digunakan oleh model terna...
4.5K 436 11
" Entah, ini cinta atau hanya rasa kagum ku saja " batinnya " Aku menyukaimu " lirihnya " ..... " diamnya. ⚠️