I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]

By rethajk

320K 19.7K 383

Kiara Victora Lacynda, seorang gadis muda berusia 19 tahun yang menjalani kejamnya kehidupan di dalam sebuah... More

#2 Charlie
#3 Istri?
#4 Iya atau iya?
#5 Moroi, Dhampir dan strigoi
#6 Gaun wanita
#7 Kita
#8 Menikah
#9 MIXED BLOOD
#10 MIXED BLOOD2
#11 Ada apa denganmu?
CAST
#12 Seandainya kita manusia
#13 Lamaran baru
#14 Hai, Hellen!
#15 Ingin Kiara
#16 Pergilah
#17 Kelepasan
#18 Harga diri Charlie
#19 Pagi
#20 Kau cantik, Kiara!
#21 Bayi?
#22 Gadis malam itu
#23 Maaf
#24 maaf(lagi)
#25 Rahasia besar
#26 Pergilah dengan tenang
#27 Selamat datang
#28 Pengkhianat
#29 Hukuman mati
#30 Hidup baru
#31 Theo Anthony
#32 penyesalan
#33 Balasan
#34 kembali
#35 Ozzy
#36 Sikap turunan
#37 Korban lagi
#38 Makhluk penuh dosa
#39 Aku kekasihmu
#40 Tinggal dan pergi
#41 kesendirian
#42
tanya
Season 2?

#1 Kiara

30.9K 1.2K 38
By rethajk

Kiara POV

"Adopsi anak dari panti asuhan asih saja"

"Ah, aku pernah mendengarnya. Anak-anak disana memang lucu-lucu, baik, sopan, dan katanya sangat berbakat"

"Benar. Itulah mengapa sebelum usia 12 tahun, semua anak disana pasti sudah diadopsi. Semuanya, kecuali 1 anak"

"Maksudnya?"

"Kiara Victora Lacynda. Ibu panti disana sangat tidak merekomendasikan anak itu. Dia tidak bisa apa-apa, bahkan dia tidak menuntaskan sekolahnya. Dia adalah satu-satunya anak yang masih tinggal disana hingga usia 19 tahun. Itu tentu memalukan"

"Astaga..."

Huh, obrolan tentang diriku lagi.

Sungguh, topik itu tidak tenggelam selama beberapa tahun ini. Saking seringnya aku mendengar itu, aku sampai kebal. Hatiku tidak lagi sakit saat seseorang membicarakannya lagi.

Untuk apa sakit hati jika yang mereka katakan adalah kebenaran?

Aku hanya gadis sebatang kara yang tidak bisa apa-apa dan tidak menuntaskan sekolah. Aku si pencetak nominasi sebagai satu-satunya anak yang tetap tinggal di panti asuhan itu setelah lewat usia 12 tahun.

Tidak ada yang datang untuk mengadopsiku. Padahal aku sudah berusaha bersikap baik. Aku juga berusaha berpenampilan menarik, namun aku tetap tidak di lirik.

Yah, tak apa. Aku sudah berdamai dengan itu semua. Meski karena itu aku jadi orang yang rendah diri, namun aku percaya bahwa tuhan tidak akan mengecewakanku. Aku yakin, masih ada takdir indah yang disiapkan oleh tuhan di masa depan untukku.

Setelah pasang, pasti surut. Setelah gelap, pasti terang. Itu pedoman yang kupegang.

"Kiara, ini pesanan meja nomor 9." Ini adalah suara lembut Vivien. Dia teman kerjaku. Kebutuhan ekonomi keluarga yang memaksanya menjadi seorang pelayan di restoran kecil ini. Sama sepertiku.

"Iya" 

Seperti biasa. Aku mengambil nampan di tangannya, lalu mulai berjalan menuju meja nomor 9. Memasang senyum terhangat yang kupunya, kemudian memindahkan makanan dari nampan ke meja itu.

"Silakan" 

"Terima kasih"

127 ucapan puas dari pelanggan hari ini. Aku sangat senang. Itu artinya aku berhasil melakukan tugasku dengan baik.

Lihat, kan? Aku tidak seburuk yang mereka ucapkan. Aku bisa melakukan sesuatu meski hanya melayani pelanggan.

Namaku Kiara victora lacynda. Bukan nama yang tergolong indah, tapi aku suka dengan namaku. Ibu panti bilang, itu adalah nama titipan ayahku. Aku senang mengetahui bahwa ayahku masih peduli denganku. Meski setelah aku telusuri kemanapun, tak ada nama keluarga 'Victora Lacynda'.

Mungkin ayah salah pengucapan saat itu atau mungkin Ibu panti yang salah dengar. Aku tidak tahu, yang aku tahu, namaku adalah Kiara Victora Lacynda.

Hari mulai sore. Satu-persatu pelanggan kami mulai meninggalkan mejanya karena restoran ini akan segera tutup.

Aku mengambil piring-piring kotor dari meja terakhir, lalu meletakkannya di mesin pencuci piring. Aku langsung bergegas pulang setelahnya karena yang akan menata piring-piring itu nanti adalah Vivien.

Aku melangkah keluar dari restoran, kemudian berhenti sesaat untuk melambai kepada Vivien. Setelah melihat balasan lambaiannya, aku pun melanjutkan langkahku. Sedikit berlari.

Aku harus segera sampai di panti karena teringat sebuah janji. Janji membacakan dongeng "Cinderella" untuk adik-adikku.

Adik-adikku. Mereka adalah anak yang baik. Mereka sangat berbakat, lucu, dan menggemaskan, sesuai dengan ucapan orang-orang. Membuat aku sedikit iri, namun hal yang membuat aku tersentuh adalah cara mereka menyayangiku. Mereka sungguh menganggapku sebagai kakak kandungnya. Sebagian dari mereka memang bernasib sama sepertiku dan aku rasa itulah yang membuat kami menjadi dekat.

"Nasib yang sama mendekatkan orang-orang yang tidak saling mengenal"

Sore yang sangat sejuk. Udaranya bahkan sesejuk tadi pagi. Apa lagi dengan pepohonan yang ada di kanan dan kiri jalan. Itu membuat suasana di sini terasa menenangkan.

Aku terus melangkah sambil memperhatikan sekitarku. Tak lama setelah itu, aku memelankan langkahku. Bergumam keheranan.

"Tidak biasanya jalan ini sepi seperti sekarang"

Saking sepinya, aku bahkan tidak melihat seorang pun melalui jalan ini. Padahal jika melihat jam, ini masih sekitar pukul 5 sore.

Hmm, aneh.

Karena terus melirik kanan dan kiri, aku tanpa sengaja melihat sebuah dompet kulit tergeletak begitu saja di pinggir jalan.

Aku melihat sekitarku. Menduga-duga siapa pemilik dompet itu, namun nihil. Aku tidak bisa memikirkan siapa pun karena tak ada orang lain disini.

Karena merasa penasaran, aku pun memungutnya. Tergoda untuk melihat isinya.

Awalnya aku hanya memutar-mutar benda itu, memperhatikan dan meraba setiap permukaannya. Namun karena rasa penasaran yang semakin meningkat, akhirnya aku benar-benar membukanya.

Ternyata, di dalam dompet itu berisi selembar uang dan satu buah permen kecil.

Aku yakin permen ini buatan rumahan. Kalau tidak, mana mungkin bungkusnya seperti ini. Maksudku, permen itu hanya dibungkus kertas yang diputar di kedua sisinya.

Aku pun memungut permen itu dan meletakkannya di saku celanaku. Sebuah permen tidak akan membuat pemilik tas ini marah, kan?

Aku segera meletakkan dompet kulit itu di tempat aku menemukannya tadi. Juga uang yang masih tersimpan rapi di dalamnya. Aku bahkan tidak menyentuhnya sama sekali. Dengan begitu, pemiliknya akan merasa senang karena uangnya masih aman di dalamnya. Kalau permen, berbagi sedikit pasti tidak apa-apa...

Aku terus berjalan hingga tanpa sadar sampai di depan gerbang rumahku. Pantiku.

Sebelum aku melangkah masuk menuju panti, aku kembali memikirkan permen itu.

Aku mengambil permen itu dari saku celanaku. Membuka kertas yang menyelimutinya. Perlahan.

Aku memperhatikan permen itu dengan saksama.

Permen ini sangat unik. Dia berwarna merah gelap dengan bentuk seperti kristal kecil. Hal itu tentu menambah rasa penasaranku, karena itu aku pun memindahkan permen itu dari tanganku menuju mulutku.

Aneh, rasa permen ini sedikit aneh. Ia tidak manis, tidak asam, tidak pahit, namun juga tidak hambar. Sungguh rasa yang asing di lidahku. Rasanya sedikit...

"Kiara!"

Seruan Bella membuatku terkejut hingga aku tanpa sengaja menelan bulat-bulat permen itu. Ia membuatku tersedak sampai terbatuk-batuk. Dasar Bella!

"Ups, maaf," ucapnya sambil menyengir.

Aku memukul dadaku beberapa kali, berharap permen yang tengah tertahan di tenggorokanku itu turun menuju perut. Bella yang melihatnya pun langsung berlari mendekat. Ia menepuk punggungku dengan tangan mungilnya. Akhirnya, permen itu turun dan aku merasa sangat lega.

"Tolong, jika berbicara itu pelan-pelan, jangan tergesa-gesa seperti itu. Kau membuatku kaget, Bella. Aku tidak akan membacakan dongeng lagi padamu," kataku dengan nada kesal.

Aku berjalan mendahuluinya. Masuk ke halaman panti. Perlahan. Memalingkan muka seperti sedang merajuk.

Sebenarnya, aku tidak benar-benar marah padanya. Bella adalah adik kesayanganku di panti asuhan ini. Dialah orang yang paling dekat denganku dan aku tidak akan pernah bisa marah padanya.

"Ayolah, Kiara, jangan marah. Maafkan aku." Dia memasang wajah memelas.

Bella adalah gadis manis berusia 8 tahun, selisih 11 tahun denganku. Tubuhnya pendek dengan rambut sebahu dan fakta yang mengejutkan tentang Bella adalah dia masih suka mengompol di usianya yang tidak lagi disebut balita.

Nasibnya sama persis sepertiku. Dia ditinggalkan di panti ini saat bayi dan hanya di berikan nama belakang. Ia sering bertanya mengapa Tuhan tidak adil padanya, tapi aku terus menyakinkan dia bahwa Tuhan bukan tidak adil. Tuhan hanya masih menyembunyikan takdir indahnya.

"Baiklah, karena aku baik, aku akan memaafkanmu," ucapku sambil tersenyum, lalu menggendong Bella.

"Hentikan, Kiara! Aku sudah besar, tidak di gendong lagi!"

Dia memberontak dan langsung turun dari gendonganku.

Dengan wajah girang, Bella berlari masuk ke dalam panti. Dia melakukannya karena menyadari aku mulai bersiap untuk menangkapnya.

"Kiara! Berhenti mengejarku!"

"Tidak mau!"

.
.
.

Hay-!
Saya sering dengar, katanya cerita bergenre fantasi kebanyakan membuat pembacanya jadi sakit mata.

Saya ingin minta tolong, saat ada bagian di cerita ini yang membuat kalian sakit mata, tolong tulis komentar, ya. Jadi, saya bisa memperbaiki cerita ini menjadi lebih baik~

Rethajk : Saya sebenarnya nggak tahu kenapa mereka bisa sakit mata:')

Continue Reading

You'll Also Like

23.4K 1.6K 38
Kota tempat tinggal gadis bernama Iris Jennifer sedang tidak baik-baik saja. para vampir menyerang kota tempat tinggalnya, banyak korban berjatuhan...
355K 17.3K 27
Kisah seorang gadis yang harus menerima kenyataan, bahwa dia adalah mate dari seorang Alpha kejam yang tidak ingin menerimanya ______________________...
311K 21.6K 34
"Kau bersembunyi , aku akan mencarimu. Kau tersesat , aku akan menemukanmu. Kau pergi , aku akan menunggumu kembali. Saat mereka mencoba mengambil mu...
161K 10.9K 46
Ashley Amara. Seorang gadis yang memendam seribu luka, juga merasakan pahitnya duka. Semua berawal dari Ashley, yang kabur dari rumah. Menyebabkan di...