ABCD = Cinta

By hantara14

134 2 0

"Apa cinta itu masuk akal?" ... Asra suka sama Ben. Ben suka sama Asra. Celi suka sama Diah. Sedangkan Diah s... More

Catatan Buku Kecil

134 2 0
By hantara14

Asra, seorang gadis siswi SMA berambut sebahu lebih sedikit, dengan badannya yang mungil dan perilakunya yang lincah. Ia juga sangat mudah bergaul dan periang. Senyumnya yang lucu memberikan suasana kebahagiaan saat disekitarnya. Inilah yang membuat Ben, seorang siswa tampan berambut sedikit berantakan, tinggi, agak pemalu dan pandai bermain basket ini diam-diam menyukai Asra. Mereka bagai pasangan yang ada di manga ketika bersama. Tapi mereka belum pernah jadian. Membuat para cewek di sekolah iri dengan kebersamaan mereka. Termasuk Diah, siswi berambut panjang yang periang dan memiliki badan yang cukup tinggi ini juga sangat mengagumi Ben. Tapi kekagumannya lebih dari itu. Diah benar-benar menyukai Ben. Tanpa tahu bahwa sebenarnya Ben sudah memiliki seseorang yang disukainya. Diah selalu mengagung-agungkan Ben di depan Celi. Seorang siswi pendiam dengan jaket biru gelap yang selalu di kenakannya, berambut poni dan rambut belakang yang sedikit bergelombang terurai panjang.  Celi hanya menanggapinya sahabat terdekatnya ini dengan semestinya. Apapun candaan dari Diah, Celi selalu berusaha tersenyum dan menyenangkannya. Namun meski Celi sahabat terdekatnya, ia tak pernah benar-benar tahu bahwa Diah menyukai Ben. Celi pun menganggapnya itu hanyalah kekaguman Diah belaka.

Suatu hari dibangku taman sekolah, Asra curhat ke Diah. Bahwa dia menyukai Ben. Diah hanya tersedak saat melahap satu bulat bakso.

"Di gigit makanya!" Asra tertawa. "Nih!" menyodorkan botol air mineral.

Diah meminum air yang diberikan. "Jadi gimana?" Tanya Diah tiba-tiba.

"Hah? apaan sih? hahaha... gimana apanya say!?" Asra tertawa heran.

"Ya itu Ben, dia suka juga sama kamu?" Pertanyaan Diah yang terus terang, ingin segera mengkonfirmasi tentang Ben. Jika mereka sudah saling menyatakan perasaan, bagaimana dirinya yang juga sedang suka diam-diam ke Ben?

"Mana tau!" Jawab Asra.

"Lah itu!"

"Apa sih!? Kamu kenapa sih? haha... Kan aku baru bilang aku suka sama Ben."

"Oh iya... hehe" Diah salah tingkah. Syukurlah pikirnya. Berarti belum tentu Ben juga suka dia kan? 

"Hey! Senyum-senyum sendiri!" Asra mengaburkan lamunan Diah yang senyum-senyum.

"Yaudah ah! aku masuk kelas dulu" Diah tiba-tiba mau beranjak dari kursi. 

Asra tiba-tiba menahan Diah. "Heh! tunggu dulu! Kan belum selesai... Iiih kamu!" Mukanya cemberut.

"Eh? oh iya... iya ada apa sayaang?" Diah kembali duduk.

"Aku mau minta bantuan kamu" Asra memohon dengan bibirnya yang masih cemberut.

"Eh?" Diah masih tak paham.

"Kamu kan juga sering sama Ben..."

Diah mengangguk dan mulai menerka-nerka apa yang akan di katan Asra. Comblangin mereka? gak! jangan! mohon! Masa harus menjodohkan laki-laki yang di sukain ke perempuan lain?

Asra mendekatkan mulutnya ke telinga Diah dan membisikan sesuatu.

Celi datang berlari ke arah mereka dengan senyumnya yang tiba-tiba memudar. Melihat Asra yang segera menjauhkan kepalanya dari Diah. Celi diam dan tidak mengerti kenapa. Kenapa Asra tiba-tiba beraksi seperti itu? dan kenapa mereka sangat dekat? Apa mereka akan berciuman? Diah seorang lesbian? Asra juga? 

"Eh Cel" Sapa Asra mengaburkan lamunan Celi. Kemudian dia merogoh sakunya dan memberikan sebuah buku kecil ke Celi. "Thanks ya udah minjemin catetan rumus matematika kamu"

"Oh iya hehe. pantesan! kirain ilang. Sampe lupa, hehe" balas Celi nyengir sembari menerima buku catatan kecilnya. 

"Panik banget kayanya buku gituan doang" Diah meledek.

Asra melihat dalam-dalam kearah Celi dan tersenyum. Celi reflek balas nyengir. 

"Eh aku ke kelas duluan yah!" Pamit Asra sembari menepuk bahu Diah. 

"Oke!" sahut Diah.

Celi sedari tadi meremas-remas buku kecilnya di kedua tangannya.

"Hey! remek tuh buku kamu!" Diah memperhatikan.

"Eh kelas yuk!" Sambar Celi meraih tangan Diah dan menariknya menuju kelas.

Selama mereka menuju kelas, Diah selalu menggoda Celi.

"Emang apa sih itu?!" Tanya Diah menggoda. "Di.. di... dih, langsung di masukin ke saku! Hayo ada rahasia apa!?" Goda Diah sambil menempelkan ujung telunjuknya ke hidung Celi. 

"Eh, kamu imut loh" Pujian Diah tiba-tiba memunculkan rasa hangat menjalar keseluruh tubuhnya. Berusaha menyembunyikan wajah merah mudanya karena malu. Tidak hanya malu karena pujian tiba-tiba dari perempuan yang di sukainya, tapi juga rahasianya terungkap di buku kecil itu.

"Diih... langsung malu-malu kucing dipuji gitu doang... muka mu tuh langsung merah!" Ledek Diah yang kemudian mencubit pipi Celi. Hanya tawa kecil dan senyum malu-malu yang tak tertahankan terlihat dari wajah Celi. Senangnya di godain dia. Senangnya! dalam hati Celi.

"Siapa sih cowo yang kamu suka?"

Tiba-tiba pertanyaan Diah membuat Celi sedikit syok. Dia lupa kalo dirinya perempuan. Gawat! Selama ini dia tidak pernah berfikir mengenai fakta bahwa sahabatnya ini, belum tentu sama seperti dirinya. Dan perlakuannya selama ini hanyalah sebatas sahabat. Tidak mengherankan bagi perempuan untuk bergandengan tangan, saling merangkul dan seolah-olah seperti pasangan yang mesra meskipun hanya sebatas sahabat bahkan teman dekat. Itu hal wajar dikalangan perempuan. Kenapa dirinya bisa ke gr-an sejauh ini?

"Yaudah kalo gak mau ngasih tau" Gerutu Diah.

"Ih! bukan gitu!" Rengek Celi. "Eh tadi kamu ngapain sama Asra?" Tiba-tiba mengganti topik.

"Ah? Ga tau tuh. dia tiba-tiba gak jadi bisik-bisiknya." Jawab Diah. "Hayo mau ngalihin topik pembasahan yaa!" Senggolan kecil dari bahu Diah.

"Oooh cuma bisikan" rasa lega Celi.

"Emang kamu nyangka apa? hahah... ciuman? ya kali cewek ama cewek"

Lagi! Tiba-tiba celetuk Diah bikin perasan Celi gak karuan. Jari jemarinya memainkan kertas buku kecilnya yang mungkin sudah lecek sedari tadi di dalam sakunya.

"Diah!" Panggil seorang laki-laki tinggi dengan rambut berantakan khasnya. Sambil memegang bola basket di pinggangnya.

Sekejap Diah berbalik kebelakang. "Ya? Ben?" ganteng. Pikir Diah.

"Lo lihat Asra gak?" Tanya Ben ke Diah.

"Eh?" Kok malah tanya itu. Pikirnya. "Dia bukannya ke kelas ya tadi?"

"Oh, hehe. Oke thanks!" Langsung berbalik dan berlari pergi dari tempat Diah berdiri. 

Memandangnya dari belakang dengan harapan dirinyalah yang dicari. Begitulah pikir Diah. Bel berbunyi. Diah menoleh kesebelahnya, ternyata Celi sudah hilang entah kemana dan dari kapan.

"Ceeel~" Rengek Diah di sebelah bangku Celi.

"Hmmm?" Sahut Celi yang sedang merapihkan kertas buku kecilnya di atas mejanya.

"Kamu napa siiih...? Aneh tau" 

Celi tiba-tiba membalas senyum.

"Tuh kan aneh! Tadi cemberut, terus senyum malu-malu, terus tiba-tiba ngilang, di kelas cemberut lagi. Terus sekarang tiba-tiba nyengir!" cerewet Diah.

"Udah ada guru tuh!" Tunjuk Celi dengan dagunya dan wajahnya yang masih nyengir.

"iih..." cemberut Diah. 

Mereka berdua mengeluarkan buku pelajarannya dari tas. Kemudian Diah tiba-tiba membisikan sesuatu.

"Kamu mau tau gak apa yang dibisikin Asra?"

Celi spontan menoleh ke Diah dengan matanya yang melebar. Diah hanya tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya berhasil meraih perhatian dari Celi.

"Dia bilang..." Diah memperhatikan reaksi Celi "Dia bilang mau jadian-"

"Diah!? Celi!? Bisa kita mulai pelajarannya? Atau saya harus menunggu kalian selesai ngobrol?" Tiba-tiba guru menegur mereka.

"Eh..hehe" Diah mengangguk pelan. 

Celi hanya tertunduk berpura-pura memperhatikan bukunya. Padahal pikirannya tak karuan oleh perkataan Diah. Jadian? mereka jadian?










Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 94K 58
Astrid has never stepped out her house. She didn't know that her parents hitting her wasn't right. She always thought that's how it works. So what ha...
194K 5.2K 97
not you're average mafia brothers and sister story.. This is the story of Natasha Clark, an assassin, mafia boss, and most of all the long lost siste...
51.8K 2.4K 33
Two best friends, a blue jay named Mordecai and a brown raccoon named Rigby, work as groundskeepers at a park, along side their vampire/demon best fr...
1M 28K 60
I ran downstairs in the living room to see all my brothers circling Nefeli who was looking for me desperately, in panic. Ah, I knew the scream could...