ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekook

Bởi taekookled

169K 21.6K 1.6K

Karena Jungkook terlalu menginginkan Taehyung dalam kehidupan percintaannya (n.) the exquisite pain of wantin... Xem Thêm

why fall is painful when nobody catches you? (1)
why fall is painful when nobody catches you? (2)
All I have to do is leave my heart on the grave
I don't blame you for being with her, I just don't like her too much (1)
I'm jealous of the way, you happy without me
give me an interlude to my pathetic intro
All you've heard it just a rumour
I know I can treat you better than she can
I'm captivated by you baby like a fireworks show
blow all the secret buried inside
I don't blame you for being with her, I just don't like her too much (2)
not your typical gossip girl
at least as deep as the Pacific Ocean , I wanna be yours (1)
at least as deep as the Pacific Ocean , I wanna be yours (2)
whether good beginning makes a good ending?
the moon rising up, the sun setting down
November rain (1)
November rain : a side story
November rain (2)
it's my right to be hellish , I still get jealous
if I get drunk tonight (1)
if I get drunk tonight (2)
so why don't you go your way and I'll go mine?
whether good beginning makes a good ending? (2)
the willow tree plays the water like a harp
all I want for christmas is you (1)
all I want for christmas is you (2)
if nothing is going well, call your grandmother (1)
if nothing is going well, call your grandmother (2)
if nothing is going well, call your grandmother (3)
wealth is the ability to fully experience life (1)
wealth is the ability to fully experience life (2)
as she has planted, so does she harvest
I'm right over here, why can't you see me?
you'll always be a part of me , I'm part of you indefinitely
we always have a good time , whether it's hail rain or in sunshine

even in the midst of uncertainty , let's fix you and me

3.6K 482 35
Bởi taekookled

TAEHYUNG

Somi mengirim pesan padaku kalau Jungkook sudah bangun. Bagus. Aku harus memaksimalkan kesempatan ini untuk berlutut di kakinya. Somi juga bilang kalau Jungkook sudah makan malam. Hatiku lega, setidaknya Jungkook sudah makan dan tidak kelaparan. Tapi, Somi juga bilang kalau Jungkook berkata pada Jeon Imo kalau ia membenciku.

Haish, aku mulai frustasi.

Aku mengetuk pintu rumah Jeon Imo. Samar terdengar suara seseorang dari dalam. Wonwoo membukakan pintu dan menyuruhku masuk. Calon kakak iparku itu sepertinya memotong rambutnya menjadi sedikit lebih pendek dari kemarin. Aku duduk di sofa panjang yang ada di ruang tamu. Memerhatikan foto-foto terpajang di ruang tamu yang sepertinya bertambah satu. Ya, foto prewedding Wonwoo dan Mingyu tertempel disana.

"Jungkook, ada tamu!" Wonwoo berteriak pada Jungkook sambil masuk ke dalam. Kebiasaannya tidak pernah berubah.

"Yaaa—" Itu suara Jungkook. Ah, aku jadi rindu.

Ruang tamu dan ruang keluarga Jungkook terpisah oleh kabinet besar berisi piring-piring antik dan beberapa souvenir dari berbagai tempat. Juga ada beberapa piala dan medali yang pernah didapatkan Somi saat sekolah dulu. Setelahnya, ada tirai pembatas yang dibuat dari manik-manik berwarna ungu dan merah muda.

"Mau apa?" Jungkook datang saat aku sedang memerhatikan salah satu souvenir yang dibawa Jungkook dari London.

"Kookie, aku—"

"Cepat katakan. Aku mengantuk." Katanya sambil bersidekap. Jungkook masih memakai kemeja yang tadi pagi ia pakai dan celana pendek sebatas paha. Paha sekalnya terpampang jelas di depan mataku.

"Aku—aku sungguh-sungguh minta maaf padamu. Aku—" Aku memulai untuk berlutut di hadapannya. Aku mengambil tangannya dan mulai memohon. Sejujurnya ini memalukan, tetapi aku tidak peduli. Lebih baik daripada aku tidak dapat kata maaf darinya.

"Katakan sesuatu yang membuatku memaafkanmu." Mataku melihat matanya, tapi pandangannya tidak melihatku dan sedikit kosong. Sial, sial, sial. Bodoh sekali diriku hari ini sudah mengecewakannya.

"Okay, aku akan jelaskan semuanya. Tapi tidak hari ini—" Mulut sialan!

"Lalu kapan? Sampai kau menikah dengan wanita itu?" Jungkook menyentak tanganku. Astaga, aku sungguh tidak tahu harus berkata apa.

"Kook, bukan seperti itu." Aku meraih tangannya. Menahan dirinya yang sudah akan masuk ke dalam.

"Lalu seperti apa? Pulanglah Taehyung, aku mau beristirahat. Selamat malam." Jungkook melepaskan tanganku sedikit kasar. Ya, aku berhak menerima ini. Tapi aku senang, setidaknya Jungkook mengucapkan selamat malam padaku. Semoga saja aku bisa tidur nyenyak malam ini.

Aku melihat dirinya masuk ke dalam dan naik ke tangga. Somi dan Wonwoo melihatku dari sofa ruang tengah. Dua kakak-beradik itu berjalan padaku. Wonwoo menarik tanganku lalu menyuruhku untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Ini adalah sesuatu yang tidak terduga juga olehku. Kepala Jungkook sedang panas malam ini. Ia juga sempat bercerita pada ibu saat makan malam—aku dan Somi ikut menguping. Sebaiknya kau pulang, dinginkan kepala kalian. Jungkook tidak akan marah lama-lama pada seseorang. Apalagi dengan alasan yang sangat logis, ia pasti memaafkanmu."

"Ini salahku. Sial, Wonwoo aku tidak tahu harus apa. Aku hanya ingin hari pernikahanmu cepat datang."

"Dua hari lagi. Jungkook sangat mencintaimu, kau tahu? Saat kau pergi waktu itu, Jungkook selalu uring-uringan kalau kau lama membalas pesannya." Aku tahu ini. Bahkan saat aku sedang rapat—dan mematikan ponselku—ada puluhan panggilan tak terjawab darinya.

"Baiklah, aku pulang. Aku titip Jungkook. Kalau ada sesuatu terjadi, hubungi aku."

"Besok Jungkook akan pergi bersama Junhui, sepupu Mingyu dari Cina, untuk memeriksa segala kelengkapan pernikahanku."

"Biar aku yang mengantarnya."

"Ya, bersiaplah sejak pagi."

Aku berpamitan pada Wonwoo dan Somi dan kembali ke rumahku. Mama menungguku di ruang tamu. Mama sudah tahu apa yang terjadi antara aku dan Jungkook. Aku memeluk Mama, ini adalah boosting semangatku malam ini. Jika saja aku tidak menelepon Jisoo, aku tidak akan tahu mengapa aku tidak bisa menguhubungi Jungkook sama sekali. Sejak Jungkook tidak dapat dihubungi, aku langsung menelepon Jisoo—teringat kalau tadi pagi Jungkook katanya akan pergi dengan Jisoo.

Sampai di kamar, aku duduk di pinggir kasur sambil menghadap ke kamar Jungkook. Kamarnya sudah redup. Sama seperti diriku. Aku terus memerhatikan kamar Jungkook. Kamar yang selama empat tahun selalu redup. Teringat suatu hari, kamar itu menyala bertepatan dengan aku yang baru pulang kuliah. Aku yang melihat itu langsung melintasi London Bridge dan menggedor pintu kamarnya. Aku hanya berpikir kalau Jungkook benar-benar pulang pada hari itu. Tapi, setelah pintu terbuka, yang kudapati adalah Jeon Imo yang sedang menangis merindukan Jungkook. Hari itu, aku juga ikut menangis bersama Jeon Imo.

***

Dering ponselku membangunkanku. Aku berniat mematikan suara itu—yang kupikir alarm—tapi ternyata itu adalah panggilan masuk. Telepon dari Somi tidak sempat aku angkat. Aku langsung meneleponnya balik.

"Hal—"

"Kau dimana? Jungkook sudah berangkat sejak dua puluh menit lalu—"

"Sial! Aku ketiduran."

"Bodoh! Aku tidak mau punya kakak ipar bodoh—"

Telepon dimatikan sepihak. Aku sangat menyesal karena semalaman aku malah duduk melamun, mengingat-ingat semua kenangan manisku dengan Jungkook.

Aku langsung bersiap. Mengambil kunci mobil Seokjin dan melewatkan sarapan pagi ini. Wonwoo bilang kalau mereka sedang menuju ke gerai wedding organizer. Aku memacu mobil Seokjin kesana. Membelah jalanan kota hingga sampai disana.

Aku memarkirkan mobil di sebrang gerai. Sejenak, aku berpikir kalau aku muncul di depannya, mungkin aku akan menjadi bulan-bulanan pukulannya. Atau bisa saja kami menghancurkan seisi gerai. Jadi, aku memantau Jungkook dari sini—dari dalam mobil.

Rasanya, seperti saat aku memata-matai Jungkook saat berjalan bersama Eunwoo.

Jungkook lalu keluar dari gerai, bersama lelaki yang ku yakin bernama Junhui. Jungkook terlihat tersenyum pada lelaki itu. Sial, membuatku cemburu saja. Lelaki bernama Junhui itu harus segera ditenggelamkan. Atau aku akan tenggelam dalam kecemburuan terus menerus.



Setelah seharian mengikuti mereka kemanapun, aku akhirnya pulang ke rumah. Aku sudah lelah melihat mereka keluar masuk gerai bertema pernikahan. Seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih yang akan melangsungkan pernikahan. Aku membanting pintu mobil dan mulai menutup gerbang rumahku. Bersamaan dengan itu datang SUV hitam yang membawa putri cantik bernama Jeon Jungkook. 

Jungkook sempat melihatku saat membuka pagar rumahnya. Percayalah, ia melihatku lalu memalingkan wajahnya. Aku menghampirinya, tapi Jungkook berjalan cepat masuk ke halaman rumah. Aku tak kalah cepat untuk menghentikan langkahnya, mengambil tangannya hingga ia berhadapan denganku.

"Kembalilah, Taehyung. Aku lelah dan besok kakakku akan menikah."

"Jung, dengar—"

"Kubilang pulang. Aku sedang tidak ingin bertemu denganmu."

"Baiklah," Aku melepaskan tangannya. "Sampai bertemu esok hari."

Jungkook masuk ke dalam rumahnya. Aku masih berdiri disini sambil memerhatikannya membuka pintu. Setelah aku tidak dapat melihat bayangannya, akupun kembali ke rumah. Masuk ke kamar dan membuka lemari pakaianku. Aku membuka sebuah box yang tiga hari lalu Jungkook berikan padaku. Katanya itu adalah setelan yang harus dipakai saat pernikahan Wonwoo. Besok adalah hari yang besar. Aku harus berdandan lebih tampan dari biasanya.

***

TBC yhaaaa


Bonus : Sekelebat percakapan Taehyung saat menelepon Jisoo

"Hal—"

"Hey kau model-pakaian-dalam! Kau pikir dirimu lelaki paling tampan sedunia?" Loh? Itu kan memang kenyataan. "Seenaknya pergi dengan wanita lain dan disaksikan kekasihmu sendiri?! Kau pikir dirimu pewaris tahta kerajaan Joseon, hah?"

"Jisoo, ada apa?"

"Berhentilah berpura-pura kalau kau tidak tahu apa-apa! Kau ini bodoh atau tolol? Jelas-jelas aku dan Jungkook melihatmu bersama wanita lain di toko perhiasan!"

"Sial! Kau melihatnya?"

"Kau pikir aku tidak punya mata untuk melihat!"

"Okay, Jisoo, aku minta maaf—"

"Minta maaflah pada kekasihmu!"

"Dengarkan aku dan jangan menyela, please. Ini bukan seperti yang kau lihat. Wanita itu atasanku. Umur tiga dua, bersuami dan punya dua anak. Soyou Sunbaenim dan aku baru saja rapat dengan salah satu perusahaan di sekitar sana. Lalu sebelum pulang, ia bilang harus mengantar kalungnya yang putus untuk di perbaiki di toko perhiasan. Dan akupun sekalian membelikan satu cincin untuk Jungkook."

"Apa?"

"Ya, cincin untuk Jungkook. Aku meminta Soyou Sunbaenim untuk mencobanya. Dan aku pikir itu sangat cocok jika Jungkook yang memakainya."

"Oh, Tuhan, Taehyung maafkan aku karena memakimu. Tapi Jungkook sudah terlanjur kecewa, kau tahu? Segeralah berbaikan. Aku menyayangi kalian!"

"Terimakasih, Jisoo. Aku akan pulang dan mengajaknya berbicara."



HAVE A NICE DAY  (ノ◕ヮ◕)ノ

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

2M 110K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
RAYDEN Bởi onel

Teen Fiction

3.5M 218K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
327K 20.7K 47
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...
839K 28.5K 55
cerita ini menceritakan kisah seorang " QUEENARA AURELIA " atau biasa dipanggil nara.gadis yang bekerja sebagai pelayan cafe untuk memenuhi kebutuha...