How to Love (3)

By hanyaabualan

497K 73.4K 11.8K

#HTLSeries (3) (TERSEDIA DI GRAMEDIA) ✔ Revisi "Lelaki dewasa itu nggak pernah cemburu. Tapi takut." "Takut... More

WAJIB DIBACA OLEH SEMUA READERS
Prolog ✔
Cast ✔
1. Awal dari Segalanya ✔
2. Hidden Words ✔
3. Try Again ✔
4. Mulai Jujur ✔
5. Jawaban Tak Terduga ✔
Spesial
6. Crush ✔
7. Hari yang Sial ✔
9. Hambar ✔
10. Hadiah ✔
spin off: Johnny's side ✔
11. People Around ✔
12. Hidden Feeling ✔
13. Timbal Balik ✔
14. Just... Why? ✔
15. Words ✔
spin off: Johnny's side ✔
16. Closer ✔
17. Debaran Pertama ✔
18. Rasa yang Ada ✔
19. Debaran Kedua ✔
20. Another Person ✔
21. Birthday Girl ✔
22. Kill This Love ✔
23. Asing ✔
24. Kembali Dekat ✔
25. Letting You Go ✔
26. Bimbang ✔
27. Just... End? ✔
28. Yours ✔
29. Lamaran ✔
30. Menuju Hidup Baru ✔
Akhir dan Awal ✔
How To Stay
Giveaway Special 100k 🎉
Pengumuman, Nih!
VOTE COVER!!!!
INFO PRE-ORDER

8. Mendekat ✔

11.6K 2K 408
By hanyaabualan

Ini hanya fanfiction, fiksi! Fiksi ya seyeng... Jadi jangan terlalu terbawa, khususnya sama karakter di cerita ini. Baper saat baca ceritanya aja ya. Gak usah sampai kebawa-bawa.

Thank you and enjoy it 💚

"Naik, yuk."

Kean menatap Johnny heran. "Ngapain?"

"Naik aja."

Untuk beberapa saat Kean diam, sementara Johnny menatapnya penuh harap agar mau memenuhi permintaannya. Saat ini suasana hati Kean sedang kacau. Mamanya juga tidak akan melakukan aksi damai dalam waktu singkat.

Akhirnya Kean pun menurut dan masuk ke dalam mobil Johnny. Diam-diam Johnny tersenyum dan ikut masuk ke dalam mobil.

"Mau ke mana?" Tanya Kean.

Johnny melirik Kean sekilas. "Nanti juga tahu."

"Ok."

Johnny mulai mengemudikan mobilnya, keluar dari area perumahan. Kean hanya diam sambil terus memikirkan kata-kata dan perilaku Jinan yang semakin menyakitkan. Ditambah ngilu di sekitar lengan Kean juga masih terasa.

Diam-diam Johnny melirik Kean yang tertunduk dan tatapan mata yang kosong. Johnny mungkin tidak pernah bertemu dengan Kean lama-lama, tidak pernah juga memperhatikannya terlalu banyak. Tapi Johnny tahu ada sesuatu. Saat tiba di rumah tadi, Johnny melihat Kean keluar sambil menangis.

Johnny tidak tahu apa yang membuat Kean menangis. Tapi Johnny tidak bisa diam saja. Rasanya Johnny beruntung datang di saat yang tepat. Setidaknya dia bisa menghibur Kean, mungkin? Ya walau Johnny tidak tahu bagaimana caranya. Mungkin mengajaknya keluar bisa sedikit menghibur.

Kean pikir Johnny akan mengajak ke tempat tenang, yang cocok untuk mendinginkan suasana hatinya yang panas. Tahunya Johnny malah mengajak Kean ke mall. Klasik sekali Johnny. Dia juga tidak berharap dibawa ke tempat jauh. Yang penting bisa sedikit melupakan penat setelah apa yang terjadi di rumah.

"Ngapain ke sini, Kak?" Tanya Kean setelah mereka di dalam mall.

"Enggak tahu."

"Lah.. Terus ngapain ngajak?"

"Enggak boleh?"

"Iya. Buang-buang waktu tahu."

"Tapi kamu mau aja aku ajak."

Iya, bener juga.

Kean pun diam dan tak kembali menanggapi. Hanya mengikuti Johnny yang berjalan di depannya. Aneh juga. Bisa-bisanya Kean mau saja diajak ke mall saat suasana hati buruk begini. Tapi setidaknya pikiran Kean jadi teralihkan dari masalah di rumah.

Si anjir! Ngapain lagi ke toko boneka?

Kean bingung setengah mampus saat Johnny masuk ke dalam toko boneka. Tapi dia diam saja dan memilih untuk menunggu di luar. Johnny melihat-lihat boneka yang sebenarnya tidak terlalu antusias juga. Lalu dia berjalan mendekati meja kasir.

"Mbak, mau tanya."

"Oh iya. Tanya apa?"

"Kalau perempuan lagi sedih bagusnya dikasih apa ya, Mbak?"

Penjaga kasir itu sedikit aneh dengan pertanyaan Johnny, tapi tetap berusaha memikirkan jawaban. Setelah itu kembali menatap Johnny penuh antusias.

"Ya kalau sedih sih dikasih peluk aja, Mas."

"Peluk?"

Penjaga kasir itu mengangguk. "Iya. Pasti ampuh deh."

Johnny mengangguk mengerti, lalu tersenyum. "Makasih ya, Mbak."

Kean masih berdiri di depan toko dan menatap kerumunan dengan kesal.

"Lama banget sih tuh orang." Kata Kean mulai tidak sabar.

Suasana hatinya sedang kacau, malah dibuat semakin kacau karena Johnny yang malah berlama-lama di toko boneka.

"Hey."

Keam menoleh dan akhirnya Johnny keluar juga dari toko boneka terlaknat itu. Kean menatap Johnny kesal.

"Ngapain sih di sana?"

"Nih, buat kamu."

Johnny menyodorkan boneka beruang yang memegang lambang hati bertuliskan 'hug me'.

Kean tidak langsung menerima boneka itu dan malah menatapnya heran.

"Ngapain ngasih ginian?"

"Tadi kata Mbak di kasir kalau perempuan sedih itu harus dikasih peluk."

Kean semakin heran. "Lah terus kenapa malah ngasih boneka?"

"Ya ini peluknya. Tuh ada tulisan hug me."

Dalam hati, Kean kesal. Tapi juga ingin tertawa. Entah karena polosnya Johnny, atau karena dia tidak peka dengan maksud si penjaga kasir.

"Kamu kan lagi sedih, jadi ya aku kasih ini."

Kean berdecak. "Sok tahu. Aku lagi nggak sedih ya." Katanya mengelak.

"Itu muka kamu kelihatan sedih."

"Emang udah begini dari lahir."

"Yaudah." Sahut Johnny singkat.

"Yaudah apa?"

"Yaudah terima aja."

Kean menatap boneka itu sejenak, kemudian menerimanya dengan setengah hati.

"Lain kali nggak usah ngasih, Kak. Aku jadi ngerasa hutang budi."

"Ya ini cara aku ngasih perhatian." Kata Johnny lalu kembali berjalan lebih dulu.

Kean mengumpat karena berpikir Johnny sama sekali tidak jelas. Tapi dengan alaminya Kean mengikuti Johnny yang terus jalan tanpa tujuan. Mereka masuk ke dalam restoran, dan Kean masih terus mengikuti Johnny tanpa bertanya. Hingga akhirnya Kean melihat orang yang tidak asing lagi, sedang duduk berdua sambil bercengkrama.

"Kak Taeil!" Seru Kean girang dan langsung menghampiri kakak sepupunya itu.

Taeil dan Thalia berdiri menyambut Kean yang sudah memeluk mereka berdua. Padahal cuma bertemu mereka, tapi perasaan Kean langsung senang bukan main.

"Ya ampun, kok bisa di sini?" Tanya Thalia girang.

Kean hanya tersenyum sambil melepaskan pelukannya, lalu menatap Taeil serta Thalia bergantian.

"Sama Johnny?" tanya Taeil tersenyum menggoda. "Udah deket nih?"

"Biasa aja tuh," sahut Kean yang kemudian duduk, diikuti Taeil serta Thalia, juga Johnny yang duduk di samping Kean.

"Kok bisa ajak dia?" tanya Taeil lagi yang kini ditujukan pada Johnny.

"Tadi ke rumahnya. Yaudah saya ajak."

"Ke rumahnya? Ya ampun. Ternyata beneran deket, ya," sahut istri Taeil antusias.

"Biasa aja ih, Mbak. Aku aja nggak tahu ngapain dia ke rumah, eh main ajak aja."

"Bener, ya. Emang kalian itu jodoh," gurau Taeil yang kemudian tertawa.

Baik Kean dan Johnny langsung salah tingkah dan sama-sama menahan senyum.

"Eh tapi beneran deh, ini kalian jadi deket banget apa? Sejak kapan?"

"Enggak tahu tuh. Kak Johnny yang deketin duluan," kata Kean asal.

"Pantes ya Johnny semangat banget buat minta nomor telepon kamu. Tahunya emang mau deketin duluan."

Lagi-lagi Kean dan Johnny dibuat salah tingkah.

"Udah, jangan bikin mereka malu. Makan yuk. Laper nih," ujar Thalia mengalihkan topik.

"Tapi aku sama Johnny mau ngomongin kerjaan."

"Kerjaan terus deh. Enggak cukup apa di kantor? Kamu laper nggak?" tanya Thalia pada Kean.

Kean langsung mengangguk. Memang sejak tadi belum makan. Bahkan tadinya nafsu makan Kean sempat hilang. Tapi untungnya mood dia sedikit membaik karena bertemu Taeil dan Thalia. Sepertinya Kean harus berterima kasih pada Johnny yang sudah mengajaknya.

Selama makan, mereka masing-masing sibuk sendiri. Kean dan Thalia yang membicarakan soal kegiatannya pasca pernikahan. Sementara Taeil dan Johnny sibuk membicarakan pekerjaan mereka.

"Untung ada kamu. Aku jadi bisa ada temen ngobrol," ujar Thalia tampak lega.

"Tapi Johnny emang sengaja ngajak atau gimana?" tanyanya sedikit berbisik.

"Tadi pas aku keluar rumah, dia muncul. Terus aku suruh ngikut. Yaudah deh ke sini."

Thalia tampak tersenyum penuh arti. Dia menatap Johnny lalu kembali menatap Kean.

"Kalian deket banget?" tanya Thalia masih sambil berbisik.

"Enggak, Mbak. Kak Johnny cuma rekan kerja Papa. Terus karena kita waktu itu udah ketemu, jadi ya gitu deh."

"Gitu gimana?"

"Gitulah. Enggak jelas."

"Ngomongin apaan sih? Kok bisik-bisik?" Tanya Taeil penasaran.

Thalia terkekeh. "Ngomongin hal cewek."

"Ohhh ...." Taeil baru sadar ada sebuah boneka beruang di atas meja. "Itu boneka punya kamu?"

Kean mengangguk sambil mengunyah makanan. "Hmm. Kak Johnny yang ngasih."

"Aduh, manisnya." Thalia bersiul.

"Klasik amat ngasihnya boneka," kata Taeil.

"Iya, ya. Kasih duit kek biar aku kaya," balas Kean asal ceplos saja dan membuat Taeil serta Thalia tertawa.

"Ya nanti kalau udah nikah baru aku kasih nafkah."

Baik Kean, Taeil juga Thalia langsung terkejut dengan ucapan Johnny yang blak-blakan. Kean malu bukan main saat Taeil juga istrinya kompak menatapnya dan Johnny penuh tanya.

"Apaan nih nikah-nikah? Emang kalian mau nikah?" tanya Taeil menuntut.

"Ya kalau dia mau."

Si anjir, sok pede amat.

"Jadi sedeket itu ya kalian."

"Perasaan belum lama kenal, udah ngomongin nikah aja."

"Jangan mau sama dia. Masih kecil."

"Iya. Cari yang dewasa aja, John."

Taeil serta Thalia terus menimpali satu sama lain. Kean hanya diam sambil memegang sendok erat-erat. Tidak berani menatap Johnny untuk sekadar tahu reaksinya.

"Ya kalau dia mau, kenapa harus cari yang lain?"

Lagi-lagi ucapan Johnny yang blak-blakan berhasil membuat Taeil dan Thalia bungkam.

"Emang kamu mau sama Johnny?" tanya Taeil pada Kean yang masih terus saja diam.

Kean hanya mengangkat bahu, tak tahu harus menjawab seperti apa.

"Udah lah. Enggak usah dibahas," kata Kean mulai kesal.

Padahal mood Kean tadi sudah baik, tapi jadi kembali memburuk. Untungnya tidak lama karena Taeil dan Thalia memang pandai sekali menghibur. Cukup lama mereka berempat mengobrol, dan topik soal nikah-nikah itu tidak dilanjutkan. Sampai akhirnya Taeil juga Thalia pamit lebih dulu. Tinggal Kean berdua dengan Johnny.

"Mau pulang sekarang?"

Kean mengangguk.

"Naik apa?"

"Aku naik ojek online  aja."

"Emang bawa hp?"

"Ya Kakak pesenin lah. Udah bawa ke sini, bukannya tanggung jawab."

Johnny diam sejenak. "Ok."

Kean melongo. Johnny benar-benar akan membiarkannya pergi naik ojek online? Ya ampun. Kean melihat Johnny mengeluarkan ponselnya dan mulai memesan ojek lewat aplikasi.

Gile! Enggak peka bener ini orang.

Tiba-tiba Johnny mematikan ponselnya. "Aku anter aja. Kan aku yang bawa ke sini."

Dari tadi kek, Bos.

Kean pun langsung saja menurut, lalu mereka segera berjalan menuju area parkir. Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Lagi-lagi pikiran Kean kembali mengingat perlakuan Jinan. Kean tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di rumah.

Lengan Kean yang tadi ngilu kembali terasa ngilu setiap kali memikirkan masalah di rumah. Setiap itu juga Kean rasanya ingin menangis, membayangkan harus seperti apa di depan Jinan nanti.

"Makasih, Kak. Bonekanya juga." Kata Kean lemas setelah mereka tiba.

"Jangan turun dulu. Aku mau ngomong sebentar."

Kean yang sudah melepaskan seatbelt pun menurut. Dalam hati bersyukur juga karena jadi tidak perlu buru-buru masuk. Cukup lama Johnny diam dan Kean mulai tidak sabar.

"Ngomong apa sih?"

"Soal kemarin?"

"Yang mana, ya?"

"Yang jawaban kamu itu."

"Ohh.. Yang ditolak? Kenapa? Bukannya Kakak ikhlas aja?"

Johnny bergumam, membenarkan apa yang Kean katakan. Tapi kemudian dia menggeleng pelan.

"Sebenernya enggak ikhlas."

"Kenapa? Kan Kakak tahu aku suka sama orang lain."

Ya walaupun orangnya udah punya pacar. Aduh, malah inget lagi gue.

"Enggak masalah buat aku."

"Gimana?"

Johnny menoleh dan menatap Kean. Tatapan Johnny berhasil membuatnya salah tingkah, tapi Kean berusaha sebiasa mungkin.

"Aku nggak masalah kamu suka sama orang lain. Toh kamu juga suka sama aku."

"Ya tapi bukan suka kayak gitu. Masa nggak ngerti sih?"

"Aku nggak ngerti. Aku nggak ngerti suka seperti apa yang kamu maksud. Aku tahunya kamu suka, aku suka."

"Kak, masih mau ngajak pacaran?"

"Iya." Johnny mengangguk mantap.

"Kenapa?"

"Aku suka kamu, dan aku mau lebih deket sama kamu."

"Aku masih kecil, Kak. Mungkin kita nggak akan seimbang. Lagian kalau mau deket sih nggak usah pacaran juga bisa."

"Kamu bener. Tapi..." Johnny berhenti sejenak, lalu melanjutkan. "Setidaknya kalau pacaran, kamu nggak akan lirik laki-laki lain. Setidaknya kamu tahu ada aku. Dan aku nggak tahu cara seperti apa supaya kita bisa deket selain ini. Kalau kita terikat, aku jadi bisa lebih yakin ke kamu untuk depannya."

Kean hampir saja lupa cara bernapas setelah mendengar semua yang dikatakan Johnny. Hari ini rasanya nano-nano. Kean merasa sial setelah dimarahi habis-habisan oleh Jinan. Tapi sekarang Kean seperti melihat keberuntungan di depannya.

"Kak..."

"Aku sehat dan waras. Jadi nggak perlu tanya."

Tahu aja gue mau nanya.

"Jadi?"

Kean diam. Tidak tahu harus menjawab apa. Suasana hatinya sejak kemarin seperti terombang-ambing. Patah hati karena Ten, dibuat tersiksa oleh sikap Jinan, dan kini malah dibuat hampir melayang oleh Johnny.

Kean menelan ludah dengan susah payah. Ini bukan pertama kalinya ada yang mengajaknya pacaran. Tapi rasanya berbeda. Mungkin karena Johnny lebih dewasa? Atau karena kalimat Johnny yang terdengar tidak biasa?

Enggak apa-apa kan gue bahagia dulu? Ya bodo amat lah soal Mama.

"Oke. Kita coba."

Anjir! Ini gue beneran nerima nih?

Johnny tersenyum. Ada kepuasaan dalam senyumannya.

"Udah boleh turun, kan?"

Johnny mengangguk. Kean pun langsung turun dan rasanya ingin cepat-cepat pergi saja.

"Bentar."

Kean menoleh dan melihat Johnny yang keluar dari mobil, lalu berjalan mendekati Kean. Johnny memberikan sebuah dokumen. Kean meraih dokumen itu dengan heran.

"Apaan nih?"

"Itu dokumen yang mau aku kasih ke Papa kamu. Bilang ya semuanya udah clear."

Kean seakan sadar akan sesuatu. "Jadi tadi ke sini bukan buat ketemu aku?"

"Ya sebenernya sih gitu. Cuma mau nganter dokumen, terus ketemu Taeil."

"Lah terus ngapain ngajak aku?"

"Kebetulan kamu keluar. Yaudah aku ajak."

Jawab Johnny bohong, padahal sebenarnya dia mengajak karena untuk menghibur Kean yang tadi menangis.

"Ngapain juga sih ngirim sendiri? Kenapa nggak suruh sekertaris Kakak aja yang nganter?"

"Ini kan hari libur. Lagian kalau dia yang nganter, nanti kita nggak ketemu."

"Iya. Terus kita nggak pacaran ya."

Johnny tertawa lalu mengangguk. Tiba-tiba Johnny melepaskan jaket yang dia pakai, lalu menyampirkan jaketnya pada tubuh Kean. Ia sedikit terkejut dengan perlakuan yang tidak diperkirakan itu.

"Angin malam itu nggak bagus."

"Lagian bentar lagi juga masuk rumah."

"Ya nggak apa-apa. Kata orang kasir tadi kan kalau sedih harus dikasih peluk."

Kean berdecak. "Bukan dikasih peluk, malah dikasih boneka sama jaket."

"Ya anggap aja aku yang meluk."

Kean merinding sendiri mendengar jawaban Johnny. Ternyata lelaki dewasa bisa cringe juga.

"Peluknya langsung lah. Bukan gini."

"Hm.. Nanti ya."

"Dasar nggak perhatian."

"Ya ini cara aku ngasih perhatian." Katanya. "Ini cara lelaki dewasa ngasih perhatian." Tambah Johnny.

Kean hanya bisa tertawa hambar mendengar alasannya yang terdengar aneh.

Apanya yang dewasa coba?

"Yaudah, Kak. Makasih. Nanti aku balikin."

Johnny mengangguk, kemudian Kean langsung masuk ke dalam rumah. Sambil berdoa setelah masuk nanti tidak kena omel apa-apa oleh Jinan. Sementara Johnny masih berdiri di tempat sambil tersenyum. Tak lama dia pun masuk ke mobil dan pergi.

Inilah awalnya. Awal kisah Kean dan Johnny yang hambar ternyata baru dimulai.

Ternyata baru dimulai guys :") Jadi chapter sebelumnya apa? Prolog doang u.u

Inilah alasan aku bikin prequel di wp dibandingkan thread. Ya karena memang sepanjang ini :")

Maaf ya kalau narasi yang aku buat agak baku. Soalnya emang udah cara aku bikin cerita ya gitu xD

Aku gak tahu standar romantis, lucu, gemes, atau ya bikin baper para readers gimana. Tapi semoga kalian enjoy sama cerita ini. Maaf juga kalau alurnya lambat, tapi nikmatin aja ya. Selama gak aku gantung.

Ok, segitu aja. Sampai jumpa diupdate selanjutnya 💚

Continue Reading

You'll Also Like

179K 8.7K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
980K 146K 33
[COMPLETED] Ya. Dia selalu mendominasi hidupku dengan kelembutan, kebaikkan, serta perhatian yang membuatku lupa dengan posisi ku. Tapi, sampai hari...
7.7K 562 5
Laksa sangat membenci Dirga, kakak kandungnya. Karena kakaknya itu selalu berhasil membuat Mama bangga. Hingga membuat Mama selalu membanding-bandin...
45.1K 5.5K 34
Bagaimana jika seorang Kang Brian, bassist dari grup band Enam Hari adalah mantan suami kamu? Day6 Fanfiction project Start : 200320 - 200418