My Sweetest Ex

By myezbie

271K 19.2K 2.9K

Protektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutusk... More

Prolog
BAB 1 : Boyfriend
BAB 2 : Mark My Words
BAB 3 : A Planning
BAB 4 : Him
BAB 5 : A Bit of Jealous
BAB 6 : Stalking Her
BAB 7 : Gossip
BAB 8 : An Angel
BAB 9 : Her Feeling
BAB 10 : They Are Fight
BAB 11 : Can We Be Friend?
BAB 12 : Make A Deal
BAB 13 : A Little Secret
BAB 14 - One Time
BAB 15 - I am Promise!
BAB 16 : Try to Move On?
BAB 17 : What's Wrong?
BAB 18 : Heartbreaking
BAB 19 : When The Regret it Come?
BAB 20 - What's My Fault?
BAB 21 : Three Painful Minutes
BAB 22 : Love Shot
BAB 23 : The Truth Untold
BAB 24 : What's It Wound?
BAB 25 : Break Up
BAB 26 : What Are You Missed?
BAB 27 : Another Chance
BAB 28 : They're Miss Each Other
BAB 29 : Hi Salsha?
BAB 30 : Dating Agency
BAB 31 : An Effort to Catch Her
BAB 33 : Status?
BAB 34 : Kissing, Huh?
BAB 35 : I Got It!
BAB 36 : Pregnancy and The Wedding
Epilog

BAB 32 : An Unexpected Fact

6.3K 492 67
By myezbie

Happy Reading.





"Mbak Salsha, ada yang nungguin di luar katanya temennya Mbak." Seorang wanita separuh baya membuka pintu memberi kabar.

Salsha mengernyit. Setahunya dia tak ada janji dengan siapapun. Tidak mungkin itu Mark karna Mbok Dara—sang assisten rumah tangga mengenal lelaki itu. Tidak mungkin juga sahabat-sahabatnya karna demi apapaun kedua perempuan itu akan masuk ke kamarnya nya tanpa sungkan.

"Siapa Mbok?"

Mbok Dara mengangkat bahu kemudian menggeleng, "Saya nggak tau, Mbak. Wajahnya asing tapi..."

"Tapi apa?"

"Ganteng, hehehe..."

Salsha memutar bola mata ketika mendengar jawaban dari Mbok Dara. "Yaudah aku ganti baju dulu."

"Siap Mbak!" jawab wanita paruh baya itu.

Salsha menutup layar ipadnya juga membersihkan kertas-kertas desain yang berantakan. Meski sebenarnya dia amat penasaran dengan siapa sosok yang datang. Setelah mengganti celana pendek dan kaos tipisnya, Salsha menuruni anak tangga rumah melihat si tamu yang berdiri membelakanginya dengan ponsel di telinga.

Perempuan itu terdiam sejenak di anak tangga terakhir. Meski baru dua kali bertemu Salsha yakin jika lelaki itu adalah Iqbaal. Dibanding dengan menyuara atau membuyarkan pembicaraan Iqbaal dengan seseorang di ponselnya, Salsha memilih diam seperti manusia bodoh.

"Iya nanti saya kesana—" Lelaki itu berbalik, irisnya tampak membulat kaget, "nanti saya kabari lagi. Saya ada urusan," katanya lalu memutus sambungan telepon.

Iqbaal berdehem, "Ikut aku yuk?" tanya—tidak—ajaknya to the poin.

"Kemana?"

"Ke suatu tempat."

Salsha mengerut tak suka, "Kemana dulu?" katanya sembari melipat tangan di dada.

Iqbaal enggan menjawab, lelaki itu mengambil langkah mendekat menarik tangan si gadis, "Secret," katanya misterius.

"Yaudah aku ganti baju dulu!" elak Salsha.

Iqbaal berhenti mengamati penampilan si gadis. Rok floral Salsha tidak menjadi masalah, sayang kaos putih berlengan pendek dengan logo brand terkenal itu tampaknya akan membuat si gadis tak nyaman.

"Kayaknya di mobil ada jaket, nanti kamu pake itu aja," saran Iqbaal kemudian kembali menarik Salsha memasuki mobilnya.



***



Salsha memberengut meski pemandangan di depannya sungguh indah jika dilewatkan dengan wajah masamnya. Gadis itu masih duduk di atas rerumputan menunggu Iqbaal yang masih memesan minuman hangat.

Pandangannya mengarah pada jaket denim yang tengah dikenakannya. Aroma parfum jasmine bercampur mint menguar dari benda ini. Segala pikiran buruk pun datang. Rasanya tidak mungkin jika jaket ini milik Iqbaal. Pasti ini milik kekasihnya atau mungkin perempuan yang tengah dekat dengannya.

Salsha mendesis. Hawa puncak yang dingin membuat dia beberapa kali mengusap lengannya. Meski tak sendiri karna ada beberapa pengunjung yang juga ada di sekitarnya Salsha tetap merasa asing di sini. Gadis itu menoleh mencari keberadaan Iqbaal yang tak kunjung datang.

Salsha memilih menekuk kakinya, menumpukan kepala pada lipatannya.

"Lama ya?" Iqbaal tiba tiba datang menyampirkan selimut yang ntah ia dapatkan dari mana.

"Dapet darimana?"

"Coba tebak darimana?"

Perkataan Iqbaal itu membuat Salsha secara refleks mendengus dan memutar bola mata. Hal yang mana membuat lelaki itu mengusap kepala si gadis.

"Kamu masih suka ngedengus sambil putar bola mata ya?" katanya masih dengan tangan yang mengusap kepala Salsha.

Salsha tersenyum.

"Minum dulu, mumpung masih anget," kata Iqbaal sembari menyerah segelas susu jahe hangat pada Salsha.

"Makasih."

Iqbaal mengangguk, "Inget gak? Terakhir kali kita ke sini waktu SMA, udah lama ya ternyata dan suasananya udah banyak yang berubah."

Perkataan Iqbaal tersebut membuat Salsha diam. Gelas susu jahe yang dipegangnya mengerat. Salsha tidak tau mengapa pembicaraan tentang masa lalu mereka membuat ia sedikit tak nyaman.

"Liat deh! Dulu kan disana gak ada perkampungan, terus itu sebelah sana dulu penuh banget sama pohon-pohon." Iqbaal menunjuk sisi bercahaya di tengah gelapnya malam.

Salsha bingung menanggapi hingga akhirnya ia hanya mengangguk.

"Semua udah berubah seiring berjalannya waktu, tapi ntah kenapa perasaan aku masih sama," kata Iqbaal selanjutnya.

Lelaki itu menyorot Salsha dengan keteduhan matanya membuat si gadis tak bisa melepaskan tatapannya.

"Harusnya aku tau diri untuk bicara ini sama kamu. Aku terlalu pengecut bahkan ketika aku pergi untuk mengucap kata selamat tinggal secara langsung aja gak bisa."

Iqbaal memutus pandangan mereka. Lelaki itu menatap lurus ke depan.

"Aku pikir dengan menjauh perasaan ini juga akan hilang tapi nyatanya salah. Perasaan itu masih ada sampai sekarang, bahkan ketika kamu udah punya lelaki lain. Lima tahun ini, aku cuma bisa liat keadaan kamu lewat sosial media tanpa berani bilang ke kamu."

"Baal..."

"You deserve better, Salsha. Aku sama sekali gak berniat untuk ngehancurin hubungan kalian. Dia baik, jauh lebih bisa bikin kamu bahagia daripada aku. Aku..." Iqbaal berusaha mengusir perasaan tak enak di tenggorokannya. Kenapa rasanya sesakit ini membohongi perasaannya? Kenapa rasanya sulit untuk menyatakan bahwa dia tak suka dengan kebahagiaan Salsha?

"Maaf, aku cinta sama kamu," katanya pada akhirnya.

Salsha bahkan tak bisa berkata apa-apa. Gadis itu masih diam selang tiga menit ungkapan gamblang Iqbaal.

Iqbaal menoleh mendapati gadis yang tengah menatapnya karna tak kunjung mendapat respons. Lelaki itu tersenyum mengusir suasana canggung antara mereka.

"Jangan dipikirin. Aku cuma mau bilang itu biar aku lega. Aku sama sekali gak ada niat untuk ngerusak hubungan kamu sama Mark."

"Kapan sih kamu bersikap gentle dan berhenti mengalah buat orang lain?"

"Maksud kamu?"

"Kenapa harus bersikap seolah gak apa-apa disaat hati kamu berkata enggak. Kenapa gak berusaha untuk bilang ini dan ngerusak hubunganku sama Mark dari awal?"

Iqbaal mengernyit tak suka. Gadis itu tampak berkaca.

"Kamu lupa ya? Dulu aku begitu gencar ngerusak hubunganmu sama Vanesh. Karna apa? Karna aku cinta sama kamu. Tapi kenapa setelah keadaan seolah berbalik kamu bersikap mengalah kayak gini?"

"Berhenti menyangkutpautkan semua dengan masa lalu, Salsha."

"Kalo begitu, berhenti buat berpikir tentang perasaan bersalah kamu di masa lalu!" Salsha menaikkan satu oktaf suaranya.

Gadis itu tak habis pikir kenapa ia bisa mencintai lelaki semacam Iqbaal. Lelaki yang jelas mengalah pada cintanya.

"Aku bahkan masih bingung apa kamu bener cinta atau cuma ngerasa bersalah."

"Aku mengalah karna keadaan," jawab Iqbaal memberi pengertian.

Niat baiknya disalah artikan. Padahal ia hanya ingin Salsha melanjutkan hidup tanpa embel-embel kenangan buruk darinya. Dia hanya merasa tak pantas untuk merebut kebahagiaan Salsha. Mengapa semua orang seolah menyalahkannya? Padahal ia sendiri enggan.

Dia hanya mengalah pada keadaan yang seolah masih belum berpihak untuk mewujudkan keinginan dan perasaannya.

Memangnya, orang waras mana yang tak ingin cintanya berbalas?

"Kalau keadaannya Mark sepupu aku, apa kamu masih bisa berjuang buat milikin aku?"

Iqbaal linglung seketika, "Maksud kamu?" katanya gugup.

"Mark itu sepupu jauh aku yang ada di Kanada dan for your information dia udah punya tunangan."

Hah?



***



Kira-kira Salsha bakal langsung terima ga ya? Atau ditarik ulur dulu perasaan Iqbaalnya?

What do you think about this part?


Cium beceq
sels.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 17.3K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
Aurora By Ainiileni

General Fiction

41.4K 3.1K 45
Sembilan tahun telah berlalu, bertemankan sepi yang menyiksa hati. Alexa mulanya telah menekadkan hati untuk tetap sendiri sebab semua mimpi yang ing...
7M 296K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...