THE WAR GALAXY

By ParkSeRyung

20.8K 3.4K 2.2K

#Rank 25 in Superpower | 19-05-2020 #Rank 5 in scifi | 23-01-2019 #Rank 1 in Action | 26-12-2018 #Rank 3 in F... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31

Chapter 28

351 76 14
By ParkSeRyung

🎶Playlist🎶

Coldplay - Viva La Vida
.
.
.
.
.
Hi...Aku kembali dengan membawa ff ini
.
.
Uda lama ya
😢😢😢
.
.
Aku juga kangen sebenernya sih, cuman kemarin radak ragu mau up cerita apa nggak?
.
.
Soalnya lemes wkwk
Mikir suka bikin laper
Bener nggak sih?
😂😂😂
.
.
Kalau nggak bener, berarti kalian nggak puasa ya wkwk
😂😂😂
.
.
.
.
Vote x Komen
JANGAN LUPA!!!
.
.
.
Thanks
🙏🙏🙏
.
.
.
Happy Ready
📖📖📖
.
.
.

Keheningan yang mengantarkan ketenangan, ditengah semesta yang dipenuhi dengan bintang-bintang, kupu-kupu dan pohon bercahaya. Tubuhnya terangkat dan sesuatu terus masuk dalam dirinya, mengantarkan sebuah energi yang berbeda.

Namun, realitanya beberapa pasang mata itu masih tertutup seolah terlalu jauh jatuh kedalam kegelapan yang memerangkap mereka cukup kuat.

Disini, tengah ruang gelap, hanya ada sinar-sinar yang membentuk seperti simbol, tubuh ketiga gadis itu masih melayang-layang disaksikan oleh Adelar, Ave dan Mate.

"Sampai kapan mereka akan seperti itu?" Ave penasaran.

"Sampai energi mereka penuh dan sampai Yang Mulia berhasil mempengaruhi mereka," terang Adelar.

"Tapi bagaimana yang mulia bisa mempengaruhi mereka?" Mate masih tak mengerti dan Adelar menunjuk pada tubuh Enzio yang juga melayang-layang seperti gadis itu.

"Di dalam dirinya telah mengalir darah Yang Mulia dan hanya perlu memantrainya agar tunduk, kemudian membiarkannya untuk mempengaruhi ketiga gadis itu," lanjut Adelar yang tentu saja membuat Ave dan Mate mulai mengerti.

"Yang Mulia..." panggil Adelar yang kini membungkuk, Mate dan Ave mengikuti. Pria berperawakan tinggi gagah, meskipun rambutnya telah memutih memasuki ruangan aneh ini.

Seperti sebuah ruang virtual yang sengaja dibuat. Tak ada apa pun kecuali cahaya dan kegelapan. Tubuh empat orang yang melayang dengan aliran cahaya yang nampak saling menghubungkan.

"Kau sudah menyiapkannya?" Czar bertanya pada Adelar dan pria tua itu mengangguk.

Czar tersenyum. "Bagus, tidak lama lagi. Kita memiliki pasukan terkuat seluruh galaxy," gumamnya dengan senyum bahagia tak tertahankan.

"Dan siapkan semua pasukan Cybrog yang telah kalian latih. Mungkin mereka akan melakukan sedikit perlawanan kemari. Kita perlu menggeretak mereka agar tak terlalu kurang ajar," lanjut Czar dan ketiganya mengangguk.

Czar pun mulai mendekati tubuh Enzio dan mengelus kepala darah dagingnya itu. "Sebenarnya aku sangat membenci kaum ksatria, aku menyuruh Adelar untuk mencari keturunan yang tersisa untuk menciptakanmu, Tristan dan Nero. Kemudian kalian besar dan kau yang paling bermanfaat untuk ku, karena itu aku sangat melindungimu. Ku pikir, kini saatnya kau membalas segala kebaikanku, Enzio."

Czar pun mencium dahi putra bungsunya dan cahaya menyilaukan muncul di dahi itu. Membentuk sebuah lambang yang memperjelas jika Enzio memiliki kekuatan pengendali pikiran.

"Sekarang, aku perintahkan kau untuk membuat 3 gadis itu tunduk kepadaku!" seru Czar dan cahaya di dahi Enzio berpencar, jatuh diatas dahi ketiga gadis itu.

"Bagus, kau memang yang terbaik anakku," bisiknya pada telinga Enzio.

---***---

Titanium J10 sudah sampai di kota kecil sebelah Mozarky, mereka berhenti untuk pengisihan bahan bakar. Melihat penduduk disekitar kota yang gemerlap dengan neon dan gedung baja menjulang, namun herannya cukup sepi.

Montana, adalah sebuah distrik indah yang sepi. Tidak terlalu banyak penduduk yang hilir-mudik, hanya ada kemerlap lampu neon dan proyeksi soligram disepanjang jalan. Membuatnya nampak seperti kota mati.

Raidon dibuat penasaran dengan suasana ini. "Dimana para penduduk?" tanyanya, ksatria ini sudah terbiasa dengan kota Baracky yang dipenuhi dengan hilir-mudik penduduknya.

"Kerja paksa di Mozarky. Dalam beberapa hal, mereka membutuhkan tenaga untuk mengurus dan menciptakan banyak hal," sahut Demian yang lebih banyak tahu, dibandingkan yang lain.

Mereka mengangguk tapi juga tak percaya. "Apa semua kondisi kota di sekitar Mozarky seperti ini?" Genio bertanya dan Demian mengangguk.

"Ya, kecuali beberapa kota yang merupakan pusat sumber daya dan bahan-bahan yang sengaja dibuat disana. Akan ada ribuan pasukan cybrog disana dan kalian harus berhati-hati. Pasukan khusus itu, kekuatannya sama seperti kita," ucap Demian.

"Lalu kenapa, mereka masih menginginkan Aido?" Linux sama sekali tak mengerti dengan semua ini.

"Kurasa mereka belum bisa menyempurnakan pasukan itu. Mereka hanya tubuh baja dengan otak seperti kita. Pasti ada kelemahan disana dan aku sangat penasaran apa itu?" ucap Genio dan Linux nampaknya memikirkannya.

Dua ilmuan yang cukup tangkas ini tentu memiliki cara berpikir yang rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan fakta. Dengan banyaknya penelitian yang telah mereka lalui, membuat mereka begitu tajam untuk mencari cela disetiap obyek penelitian. Kemungkinan besar itu adalah kekurangan dalam penelitian yang menyebabkan ketidak sempurnaan pada obyek.

"Anak-anak ..." Anora menyela, ia berjalan mendekat bersama Zakline membuat perhatian 9 ksatria ini teralih kepadanya.

"Kita harus cepat, aku bisa merasakan energi besar. Sepertinya mereka mulai bertindak, kita tidak boleh terlambat!" serunya yang membuat semuanya mengangguk.

Perjalanan pun di lanjutkan dengan Titanium J10, mereka terlihat begitu tegang. Dapat dipastikan pikiran mereka berkelana, memikirkan segala kemungkinan yang akan segera mereka hadapi.

Anora yang melihat semua itu mendesah. "Aku tahu, ini mungkin akan menjadi peperangan besar. Aku mohon kalian tetap waspada," pintanya dan kesembilan ksatria itu pun mengangguk.

"Aku tidak akan mundur meskipun kita kalah, setidaknya nanti jika keadaan tidak memungkinkan, aku akan menyusup dan menemukan ketiga puteri," celetuh Demian yang tentu membuat semuanya terdiam, merenung memikirkan perkataan pria satu ini.

"Jangan hanya kau, aku juga akan pergi bersamamu," kata Axel diluar dugaan banyak orang, jika itu Xeno mungkin tidak akan ada pertanyaan dalam benak mereka tapi ini adalah Axel? pria tengil yang terkadang picik ini dengan suka rela menawarkan dirinya? Sungguh, ini sesuatu yang menakjubkan.

Demian tersenyum dan menepuk pundak Axel. "Dengan senang hati, aku akan menerima tawaranmu. Kau memiliki teleport dan kita akan mudah berpindah dengan kekuatanmu itu. Tidak terlalu buruk," ucap Demian dan Axel mengangguk.

"Baiklah, aku dan Linux akan mempersiapkan beberapa alat yang akan memudahkan kalian untuk terbang, bagi yang tak bisa terbang," sahut Genio dan Linux mengangguk.

"Aku akan menyusun strategi perang." Raidon bersuara dan mereka semua menyetujuinya.

Hanya beberapa meter, diatas jantung kota Mozarky. Sampai beberapa kendaraan tempur berusaha mengepung mereka.

"Mereka lebih cepat dari yang ku duga," komentar Genio.

"Apa yang akan kalian lakukan?" Demian meminta Genio dan Linux memikirkan ini.

Keduanya tersenyum dan sepertinya Demian sedikit tahu jika keduanya telah berhasil merancang beberapa alat.

"Kami sudah menciptakan semua senjata yang akan sangat tangkas. Hanya tinggal menekan tombol ini dan ..."

Terdengar suara ledakan. Linux tersenyum, sekarang ia akan menjadi sedikit sibuk untuk berada disamping Genio yang mengemudikan Titanium J10.

"Wah, itu senjata yang keren!" Aaron terlihat puas saat melihat beberapa kendaraan tempur Mozarky meledak atau terjatuh.

"Jangan lengah, serangan mereka sekarang mengarah dari banyak sisi. Kita tidak akan punya banyak waktu untuk menangani mereka. Kita harus segera menyusup kedalam." Anora berpesan dan mereka semuanya nampak berpikir. Mencoba memperingatkan mereka tentang pentingnya menemukan ketiga cucunya.

"Apa kita tidak akan memanggil para Aido?" Aaron memberikan usul.

"Tidak! Kita hanya meminta bantuan mereka saat pasukan tempur mereka muncul. Untuk saat ini, mari kita tangani sendiri. Xeno, Denta, Aaron dan Raidon, sepertinya kalian harus benar-benar keluar dan menyelesaikan ini karena aku tidak bisa menanganinya sendiri," pinta Genio dan Linux yang semenjak tadi sibuk menekan tombol pada mesin mengangguk. Linux terlihat sekali kewalahan menangani mereka.

"Aiden, tolong bantu mereka untuk menambah kekuatan mereka." Demian pun berkata dan Aiden mengangguk.

Kelima ksatria itu pun keluar dan mulai menyerang kendaraan tempur Mozarky. Anora memandangi Demian. "Demian, ayo cepat sebelum mereka berhasil menguasai ketiga cucuku," katanya dan Demian pun mengangguk.

"Kami juga harus pergi, Axel ayo!" ajak Demian dan Axel pun mengangguk. Ia memegang tangan Demian dan Anora dan menghilang begitu saja.

"Berhati-hatilah Putri," guman Zakline yang terlihat begitu mengkhawatirkan semuanya.

Genio meliriknya sekilas. "Jangan menunjukkan wajah seperti itu Pak Tua, bukankah kau selalu bilang jika kita harus selalu berpikir optimis? Kurasa ini saatnya kita tunjukkan seberapa hebatnya itu berpikir optimis," ucap Genio yang tentu saja membuat Linux menahan tawanya.

Semua orang cukup tahu jika saat ini bukan saatnya untuk bercanda tapi Genio mengatakan ini bukan untuk candaan. Ia, hanya ingin semua orang memiliki keyakinan jika mereka akan berhasil dengan misi ini. Sehingga, mereka bisa mengusahakan segala yang mereka punya termasuk nyawa. Jika nantinya mereka tidak berhasil, tidak akan ada kekecewaan yang mendalam.

Wajah tua Zakline terlihat lebih rileks dan tersenyum kearah Genio. "Apa kau tak merasa jika dirimu terlalu banyak bicara?" sindir Zakline yang tentu membuat Genio tertawa.

"Ya, aku sekarang tidak pemilih. Aku sangat senang berbicara dengan banyak orang, bukan hanya dengan Xoxo saja," terangnya yang kini membuat Linux pun tertawa.

---***---

Istana Mozarky yang dijaga dengan ketat, terutama beberapa bagian istana tempat peristirahatan para keluarga kerajaan. Terlihat sekali pangeran Hellion mondar-mandir dengan amarahnya yang tertahan. Jeisson yang duduk, hanya mampu menghela napas.

"Biarkan saja gadis itu, kenapa kau memusingkannya?" ucap Jeisson yang mencoba menenangkan saudaranya itu. Wajahnya terlihat pucat tapi senyumnya tak pernah pudar.

"Kau bodoh atau bagaimana? Mereka keturunan Lev dan Ayahanda sudah menjanjikan tahta jika dari kita mendapatkannya," ucap Hellion.

"Tapi bukannya kau pernah bercerita, jika hanya Ayahanda yang bisa membawa pergi gadis-gadis itu?" Jession masih saja tidak mengerti dan entah mengapa ekspresinya menunjukkan keseriusan.

"Ya, sebab Greggror juga sama bingungnya denganku. Enzio, aku yakin ia juga tak akan mampu melakukan itu meskipun anak itu sama liciknya denganku. Aku memiliki banyak mata-mata dan ia masih berada dikediamannya bersama yang lain. Dari semua orang yang ku mata-matai, aku hanya tak dapat melacak keberadaan Adelar, Mate dan Ave. Mereka benar-benar merendahkanku begitu banyak, sialan!" runtuk Hellion yang sangat kesal.

"Sudah ku katakan kepadamu, kau tidak harus mempercaya Ayahanda," rancau Jession membuat Hellion memandangnya bingung. Jession sedikit berbeda hari ini dan Hellion tak mengetahui kenapa itu bisa terjadi.

"Kenapa?" Hellion terlihat seperti orang bodoh sekarang.

Wajah Jession yang tenang itu tiba-tiba berubah, terlihat lebih sendu. Seolah ia menyimpan berjuta derita yang selama ini mencoba ia tutupi, "Ia lebih mencintai dirinya sendiri dari pada siapa pun," lanjut Jeisson "kalian tidak harus berperang untuk tahta karena semua itu sia-sia, aku akan memperingatkanmu untuk pergi segera! Bangunlah kerajaan sendiri, sebelum ia menjadikanmu bonekanya." Jession terus merancau membuat Hellion bertambah geram, ia mendekati Jession dan memukulnya.

BUAK

"Apa kau sudah gila! Kenapa juga aku harus pergi? Aku pangeran kerajaan ini yang pertama dan aku akan menjadi calon pewaris tahta di periode berikutnya saat Ayahanda tak sanggup lagi untuk memerintah Mozarky dan kau berbicara omong kosong seperti ini, apa kau mencoba menjebakku? Kau juga menginginkan tahta ini?" geram Hellion dan Jession menggeleng sambil tersenyum miris.

"Saudaraku, tidak lama lagi. Kekacauan akan datang dan kita semua akan lenyap. Hanya ada orang-orang tamak dan kejam di sini," ucap Jession yang kini pergi, meninggalkan Hellion membuatnya sama sekali tak mengerti.

Meskipun ia sudah melontarkan dugaannya tentang Jession yang menginginkan tahta ini, ia masih belum bisa mempercayainya. Hellion mengenal Jession cukup dalam, saudaranya itu memang tak memiliki ambisi tentang tahta, ia adalah sosok yang ramah dan ceria. Namun, semenjak Jade saudari kembarnya meninggal saat mereka berumur 10 tahun, Jession lebih sering menghabiskan waktunya bereksperimen dengan banyak ramuan untuk mengimbangi kekuatan penyembuhannya dan yang selalu menjadi pertanyaannya selama ini adalah saat Jession juga semakin menjauh dari Ayahandanya.

Hellion tiba-tiba saja berlari, ia mencoba mengejar Jession tapi ia bertemu Greggor serta Morfeo. "Apa yang kalian lakukan di istanaku?" sengitnya.

Greggor diam, kirut di dahinya nampak dan Morfeo terlihat begitu shock. "Kenapa kalian diam saja? Katakan ada apa!" sentak Hellion dan tangan Morfeo mengarah pada taman, disana seseorang tergeletak dan itu adalah Jession, dengan beberapa orang pelayan yang mencoba menolongnya.

"Jession!" Hellion berlari, mencoba meraih tubuh lemah itu. Menyuruh seluruh pelayan untuk menyingkir. "Jession, bangun!" Ia mencoba menggoyang-goyang tubuh saudaranya itu. "Panggilkan Alkimia istana cepat!" teriak Hellion pada pelayan dan mereka berlari.

Hellion terlihat begitu panik, Greggror dan Morfeo datang dan berjongkok dihadapannya. "Apa yang terjadi? Kenapa ia bisa seperti itu dan ia mengatakan hal aneh kepada kami." Morfeo terlihat berkaca-kaca.

"Apa?" Hellion mendongak, menatap tajam Morfeo.

"Menyuruh kami pergi dari sini," sahut Greggor yang tentu saja membuat Hellion terkejut.

"Alkimia, dimana kalian!" Hellion tak mengerti, karena itu Jession harus sadar agar ia bisa menanyakannya langsung.

"Dan ia menyerahkan ini kepadaku," Greggor memberikan sebuah kunci dan Hellion segera mengambilnya.

Beberapa Alkimia datang, memeriksa tubuh Jession dan mereka terlihat menunduk, menahan air mata mereka. "Maafkan kami, pangeran Hellion tidak bisa diselamatkan lagi," kata mereka dan amarah Hellion meledak, dipandangnya para Alkimia itu dan akan menyerang mereka kalau Greggor tak segera menghalanginya.

"Tidak, jangan lakukan itu! Kita perlu tahu, apa penyebab semua ini," mohon Greggor, sungguh mata itu tidak lagi menunjukkan persaingan. Kedinginan pria ini seolah hilang tertelan angin malam.

Morfeo menangis dalam diam, ia memang terkenal cukup dekat dengan Jession. Ia sering kali merengek, meminta beberapa ramuan untuk mengobati luka saat peperangan usai dan Jession yang penuh perhatian itu akan merawatnya.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" lirih Hellion.

"Ada apa?"

Suara seseorang yang tiba-tiba saja memenuhi ruangan dan itu adalah Mate. Hellion mendongak, menatap tajam pria itu dan entah apa yang ia pikirkan. Hellion bergerak cepat, mengepung Mate dengan wujudnya yang banyak.

"Apa yang Anda lakukan pangeran?" Mate bertanya, tidak menunjukkan kepanikan sama sekali.

"Apa kau yang melakukan ini?" sentak Hellion dan Mate menggeleng.

"Tidak, bukan dia. Jession memang seharusnya menemani Jade di surga," seru seseorang yang tak lain adalah Enzio.

"Kurang ajar kau!" geram Hellion yang tiba-tiba menyerang Enzio tapi tiba-tiba Jennie muncul dihadapan Hellion membuatnya terkejut.

"Tidak seharusnya kau seberani ini," ucap Jennie dan ia mendorong tubuh Hellion dengan gerakan cepat, membuat Hellion tidak dapat menghindarinya lagi. Ia terpental hingga menembus dinding istana.

BLEEEDAAARRR

Suara ledakan yang menggema, padahal itu hanya dorongan biasa tapi berhasil membuat Hellion seolah mendapatkan serangan maha dasyat. Tidak, sepertinya ada yang tidak beres.

Greggor dan Morfeo menganga, mereka tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi disini. "Bersujudlah sekarang jika kalian ingin selamat," gumam Enzio yang tentu membuat Morfeo sangat kesal.

"Kau sangat tidak sopan! Kami lebih tua darimu!" teriaknya dan ia pun berlari cepat tapi terhenti saat tiba-tiba sosok Sinb berdiri dihadapannya. "Jangan bertindak bodoh!" cibir Sinb dan angin pun datang, menggulung tubuh Morfeo. Membuatnya tidak dapat bergerak.

"Sierra!" Greggor memangil Mina yang kini menghadangnya. Gadis manis ini tersenyum, senyum yang jika diteliti dengan benar hampir terlihat seperti senyuman sinis.

"Aku akan menyedot tenagamu dan menjadikanmu pria tak berguna," ucap Mina yang kini mengarahkan tangannya pada Greggor, sebuah cahaya muncul dan membuat tubuh Greggor mulai bereaksi.

Enzio terlihat puas, ia cukup menyukai permainan ini. "Buat mereka tidak sadar, setelah itu bawah mereka menuju portal," perintah Enzio.

"Ya, seperti itu Pangeran. Ayo kita pergi, Adelar sudah menunggu kita. Nampaknya, mereka telah datang," ucap Mate yang kini berjalan beriringan dengan Enzio.

"Ya, kita harus membuat semua orang tunduk kepada Yang Mulia Czar Hedoin Karoleky," ucap Enzio dengan matanya menyala terang. Bibir Mate yang tertutup masker itu hanya tersenyum senang, sepertinya Tuannya berhasil memberikan pengaruh kuat pada Enzio.

--- Tbc ---

Chapter selanjutnya bener-bener perang jadi tunggu ya 😉






Continue Reading

You'll Also Like

2.5K 506 27
-Bahasa semi formal- Bunuh diri? Sepelik itukah kehidupan mu? Air di laut yang sangat menyesakkan dan menusuk kulit dengan hawanya. Ia akan mati...
20.1K 4K 46
Sihir. Satu kata yang familiar di kalangan para penggemar rumor fantasia. Kata yang selalu dikaitkan dengan sosok penyembah setan yang menguasai ilmu...
3.8K 1.1K 52
apa yang kalian pikirkan tentang pandemi zombie? Pasti yang terbesit di pikiran adalah sebuah bencana di mana banyak sekali orang-orang yang ingin me...