Happy reading🖤🖤🖤
.
.
.
.
.
“Astaga, ya Tuhan!” Hoseok refleks memegang dadanya karena terkejut.
Ia terkejut saat memasuki ruangan Yoongi di pagi hari ini. Ada seseorang yang tengah duduk di sofa ruangan Yoongi. Yang membuat Hoseok kaget adalah, seseorang itu adalah wanita dengan rambut hitam panjang dan duduk membelakangi pintu masuk.
“Wae?” sahut wanita itu berbalik menatap Hoseok.
Hoseok yang telah kembali pada kesadarannya mengelus dadanya dan menghela nafas lega.
“Ini masih pagi sekali. Sedang apa kau disini, Wen?”
Wanita itu, Wendy, terkekeh pelan sebelum menjawab, “Ingin memberi Yoongi oppa kejutan?” jawabnya yang malah terdengar seperti pertanyaan, “Seperti aku mengejutkanmu.” Lanjutnya.
Hoseok hanya menggelengkan kepala menanggapinya.
Omong-omong ini memang masih sangat pagi, pukul 07.00. Jangankan datang ke kantor, Yoongi mungkin sedang bersiap-siap, atau bahkan baru bangun dari tidur lelapnya.
“Kau sendiri kenapa datang pagi-pagi?” Tanya balik Wendy.
Hoseok mengedikkan bahu, “Aku meninggalkan berkasku kemarin, padahal laporan itu belum selesai. Jadi aku mau melanjutkannya sekarang.”
“Tertinggal disini?”
“Tentu saja di ruanganku. Aku kesini karena samar-samar mendengar suara kegaduhan.” Hoseok menatap datar Wendy.
Wendy terbahak. Pasalnya tadi ia sedang bermain game, dan heboh karenanya. Tapi bukankah ruangan Yoongi ini kedap suara? Mengapa pria itu tetap bisa mendengarnya ya?
“Uh, tertawamu bahkan terlalu keras, Wen. Ruang kedap suara ini tidak bisa mengendapnya.” Sahut Hoseok, membuat Wendy menghentikan tawanya perlahan.
“Hobi-ya.”
Hoseok tertegun sesaat mendengar panggilan itu. Panggilan yang sudah lama tidak ia dengar dari wanita di hadapannya.
“Terimakasih.” Ucap Wendy.
“Untuk?”
“Tetap menjadi temanku.”
Hoseok terdiam, lalu kemudian mengangguk. Meski ada bagian di hatinya yang tidak rela dengan kata ‘tetap teman’ dari Wendy.
“Kau sudah sarapan?” Tanya Hoseok.
Wendy terlihat berpikir sejenak, “Belum.” Jawabnya.
“Ayo, sarapan denganku.”
Wendy tersenyum masam, “Bagaimana jika kita tunggu Yoongi oppa dulu?”
Hoseok menatap Wendy, mencoba menahan diri untuk tidak mengutuk gadis itu. Yang benar saja, dia mau menunggu Yoongi, pria itu pasti sudah sarapan di rumahnya. Ada Heeyeon dan juga Jennie disana yang tidak akan membiarkan Yoongi berangkat sebelum sarapan.
“Terserah kau saja.” Pasrah Hoseok akhirnya. “Kau mau tetap disini?”
Wendy terlihat menimang, “Ya, aku mau menyelesaikan game-ku. Kau mau ikut main?”
“Tentu saja tidak.” Hoseok berbalik. Tapi sebelum dirinya mencapai pintu, dia kembali menoleh pada Wendy, “Kalau kau bosan, aku ada di sebelah.”
📍📍📍
Jennie dan Minji melambaikan tangan pada Eunwoo yang baru saja datang dan berjalan bersama ibunya.
“Kau sudah datang?” Tanya Jisoo.
Jennie mengangguk, “Sekitar 2 menit sebelum kau, Eonni.”
Jisoo tersenyum lalu menatap Eunwoo dan Minji. “Ayo anak-anak, cepat masuk ke kelas kalian.”
Minji dan Eunwoo mengangguk lalu berjalan mendahului kedua wanita itu.
“Jungkook sudah menyelesaikan hukumannya?” Tanya Jennie.
Jisoo terkikik, “Aku hanya mengerjainya, tapi bocah itu sungguh-sungguh menjalani hukuman selama seminggu.”
Jennie ikut terkekeh, “Dia paman yang baik.”
Jisoo mengangguk. “Dia menitip salam untukmu. Katanya doakan untuk kuis-nya hari ini.”
Jennie tersenyum, “Ya, dia mengirim pesan padaku pagi tadi.”
Mereka sudah sampai di depan pintu kelas Minji dan Eunwoo. Kedua anak itu berbalik menatap Jennie dan Jisoo.
“Eomma, Noona, aku masuk kelas dulu, ya.” Pamit Eunwoo.
“Eomma, Eonni, Minji juga, ya.” Sahut Minji.
“Iya, sayang.” Jisoo kemudian mengecup pucuk kepala keduanya. “Belajar yang baik.” Pesannya.
Jennie mengacak pelan rambut keduanya, “Semangat adik-adik kecilku! Pulang sekolah nanti kita beli es krim. Bagaimana?”
Keduanya jelas mengangguk dengan semangat dan berseru senang. Jisoo jadi tertawa kecil melihatnya.
Kedua perempuan itu kemudian berjalan ke arah pohon rindang di pinggir koridor kelas.
“Eonni.” Panggil Jennie.
“Kenapa, Jen?” Jisoo menepuk tempat duduknya, lalu duduk diatasnya.
“Minji memanggilmu dan Seokjin oppa dengan sebutan Eomma dan Appa?”
Jisoo mengangguk, “Sama seperti Eunwoo yang memanggil Yoongi oppa dengan ‘Appa’.”
Keduanya terdiam. Tapi kemudian Jisoo menoleh menatap Jennie. Lalu tersenyum pada gadis itu.
“Yoongi oppa belum bercerita padamu ya? Aku tahu apa yang sedang ada di pikiranmu, Jen. Tapi sebaiknya kau menyimpannya dan mendapat jawabannya langsung dari Yoongi oppa.” ujar Jisoo panjang lebar.
Jennie menaikan sebelah alisnya. Sekali lagi, apa ia benar-benar mudah terbaca?
Jennie tersenyum kaku lalu menggaruk leher belakangnya.
“Ah omong-omong, bagaimana kalau sepulang sekolah kalian mampir ke rumahku?!.” Seru Jisoo kemudian.
Jennie mengangguk, “Boleh, Eonni. Ayo ke rumahmu.”
Jisoo tersenyum mendengar Jennie yang bersemangat.
“Eonni, kau mau ajarkan aku memasak?” tanya Jennie.
Jisoo menoleh, “Tentu saja!” serunya.
Senyum Jennie merekah mendengarnya.
“Aku akan memberimu tips untuk membuat masakan yang enak dan membuat siapapun yang memakannya jadi ketagihan, lalu serasa terbang sampai ke tujuh lapis langit!” seru Jisoo.
Keduanya tertawa, kemudian larut dalam obrolan asik tentang fashion, make up, gosip, serta hal lainnya. Berbicara kesana kemari.
🔐🔐🔐
“Astaga, ya Tuhan!” Yoongi membelalakan matanya saat melihat seseorang tengah berbaring sembari memegangi gadget dengan rambut yang menjuntai di sofanya.
“Whoa, daebak!” Wendy membalikkan tubuhnya menghadap Yoongi. “Bagaimana bisa responmu dan Hoseok sama seperti itu?”
Wajah Yoongi berubah datar, “Sialan.” Decihnya karena semula ia berpikir itu hantu, tapi ternyata itu Wendy.
“Sedang apa kau?” Yoongi kemudian berjalan menuju singgasananya. Kursi kerja besar kesayangannya.
“Bermain game.” Jawab Wendy.
Yoongi melengos.
“Kau sudah sarapan?” Tanya Wendy.
“Tentu saja.” Jawab Yoongi.
Wendy cemberut, kemudian merajuk. “Padahal aku menahan diri untuk tidak sarapan duluan, karena ingin sarapan bersamamu.”
Yoongi melirik Wendy, kemudian ia bangkit dan berjalan ke luar pintu.
Wendy ikut bangkit mengikuti.
“Hoseok-ah.” Panggil Yoongi pada Hoseok yang tengah mengerjakan laporan di ruangannya.
Hoseok beralih dari laptopnya, dengan kacamata yang masih bertengger di wajahnya. “Ada apa, hyung?”
“Temani Wendy sarapan.” Titahnya. Dengan nada yang tak ingin mendapat penolakan.
Baik Wendy maupun Hoseok terbelalak mendengarnya.
“Oppa! Aku kan berniat sarapan denganmu!” Wendy tahu ia sudah menolak ajakan Hoseok tadi karena dia mau menunggu Yoongi. Tapi sekarang Wendy harus sarapan hanya dengan Hoseok? Tahu begini lebih baik dari tadi ia setujui ajakan Hoseok.
“Yasudah, silahkan saja menikmati laparmu.” Itu Hoseok yang menyahut. Merasa tidak terima dengan penolakan Wendy. Kedua kalinya di tolak.
“Wendy-ya, cepatlah, sebelum cacing di perutmu menghabisimu.” Yoongi kemudian berjalan keluar meninggalkan Wendy dan Hoseok disana.
Wendy beralih menatap Hoseok yang malah kembali dengan kegiatan mengetiknya.
“Hoseokie, katanya kau mau menemaniku!” Wendy sedikit berteriak, membuat Hoseok menghentikan pekerjaannya.
Hoseok melepas kacamatanya, kemudian berjalan ke arah Wendy.
“Baiklah. Ayo, Swan-ie.”
Sekarang giliran Wendy yang tertegun mendengar panggilan itu kembali keluar dari mulut Hoseok.
Omong-omong sudah lama mereka tidak berjalan berdua bersama seperti ini. Wendy dan Hoseok adalah sepasang sahabat sejak mereka menjadi teman sekelas di kelas satu sekolah menengah atas.
Tapi saat Wendy menjadi tunangan Yoongi sejak hampir delapan bulan yang lalu, Wendy jadi sibuk dengan gencatan senjatanya untuk menjadi peri bagi Yoongi. Meski Hoseok sudah berkali-kali bertaruh kalau gadis itu gagal, Wendy tetap mencoba menjadi perinya Yoongi.
“Bagaimana dengan Yoongi hyung?” Tanya Hoseok setelah menyesap secangkir kopi pesanannya.
Wendy mengangkat bahu acuh, “Aku sudah mencoba, tapi sepertinya dia sudah terlanjur melihatku sebagai seorang adik, bukan seorang wanita.”
Hoseok mengangguk paham, “Dan kau akan terus bertahan?”
Wendy menatap wajah Hoseok yang benar-benar berbeda dari yang ia lihat saat pertama bertemu dulu. Tegas dan… sangat tampan. “Ya, sampai Yoongi bisa menemukan siapa wanita yang benar-benar ia cintai.”
Keduanya terdiam.
“Walaupun bukan aku orangnya, tapi aku harap bukan wanita di masa lalunya itu.” Sambung Wendy.
“Aku juga berharap begitu.” Sahut Hoseok.
“Berharap bukan aku?”
“Bukan. Si masa lalu, Bodoh.”
Wendy mengangguk paham sambil tertawa geli.
“Omong-omong pasti barusan kau tertidur saat menunggu Yoongi hyung. Wajahmu ada ilernya tuh.”
Wendy buru-buru mengambil cermin dari dalam tasnya, kemudian menatap tajam Hoseok yang berani-beraninya tertawa karena berhasil membohonginya.
“Semalam aku bertemu Yoongi oppa di mall.” Wendy menyendokkan nasi di hadapannya.
“Oh, ya, lalu?” sahut Hoseok.
“Bersama seorang wanita.” Sambung Wendy.
“Siapa?”
“Dia bilang temannya.”
Hoseok mengerutkan keningnya. Apa temannya itu sedang berkencan dengan wanita lain?
Hoseok kemudian menatap wajah Wendy yang sulit sekali terbaca olehnya.
Wanita itu terlihat khawatir, cemburu, takut, atau biasa saja ya?
"Aku tidak akan membiarkan wanita itu mendekati Yoongi oppa."
Hoseok jadi bertanya-tanya, siapa wanita yang dimaksud Wendy?
Apakah Jennie?
📍📍📍
.
TBC
.
.
HALOOOOO SIAPA YANG NYARIIN YOONNIE MOMENT, CUNG?
WKWKWK
Yoonnie moment lagi di pendem dulu gais, Wenhope ingin berlayar dulu katanya 😂🤣
.
Fyi, karena kesibukan mulai mencekikku, update eps selanjutnya sepertinya membutuhkan waktu yang lama, mian:')
Terimakasih sudah membacaaa💕💕