Introvert?

By VikaRiskianti

110K 10.1K 537

Dia menjadi dirinya sendiri. Menjadi seorang Alsava Beatarisa, sosok remaja yang benar-benar membentengi dir... More

Prolog
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
12.1
13.
14.
15
16.
16.1
17.
18.
19.1
20.
21.
22.
23.
24.
25.
QnA about Introvert?
26.
Info GC
27.
28.
29. End

19.

2.3K 178 6
By VikaRiskianti

“Jangan nyakitin cewek, entar kena sumpahnya, bakal susah sendiri. Kutukan mantan itu menakutkan loh!”

Dio terlihat lesu, tubuhnya enggan beranjak dari kasur kost-kostan nya. Jari tangannya sibuk menscroll layar smartphone yang terlihat membosankan. Padahal hari ini, dia memiliki jadwal kuliah yang sayangnya tidak terlalu dipedulikan.

Sam, hanya bisa memperhatikan sahabat karibnya malas. Sudah sejak satu jam tadi dirinya–teman kost Dio–berkoar-koar meminta sahabat karibnya untuk segera bangun dan membersihkan diri untuk berangkat ke kampus bersama, tapi sayangnya kalimat perintah yang sejak tadi Sam koarkan tak lantas membuat Dio bangun dari kasurnya.

“Yo, ini jam lo udah mepet tahu gak? 1 jam lagi mapel pertama lo!” teriak Sam frustasi.

Dio hanya menggumam, tanpa melirik Sam sedikitpun. Merasa masa bodoh dengan sahabatnya yang hampir marah karena tingkahnya. Rasa malas benar-benar telah menghinggap pada tubuhnya, sampai-sampai dirinya tak ingin beranjak dari kasur yang tiba-tiba terasa sangat empuk ini.

“Ya ampun!! Ini anak. Gak masuk lagi?” Sam berdecak kesal melihat Dio yang sama sekali tak merespon perkataannya. Bukannya Sam terlalu sensi layaknya ibu kost yang tidak menerima uang sewa selama 2 bulan, hanya saja Sam merasa muak dengan tingkah sahabatnya–sekaligus teman kost–yang makin hari makin malas. Sam hanya ingin sahabat karibnya ini bisa menyelesaikan kuliah dengan segera agar bisa bahagia tanpa beban skripsi yang lama tidak mendapat ACC. Tapi Dio malah tidak pernah mempedulikan perhatiannya.

“Hayati lelah bang ngomong terus.” Keluh Sam, meniru salah satu dialog film.Dio hanya melirik sekilas, melanjutkan kegiatan yang terasa membosankan yang selalu dirinya lakukan. Menggulirkan layar smartphone miliknya–lebih tepatnya beranda Instagram–tanpa peduli ada sesuatu yang menarik atau tidak yang jelas jarinya bisa menggeser-geser layar smartphone tanpa henti.

Sam yang lelah lantas pergi meninggalkan Dio yang masih sibuk melakukan kegiatannya yang begitu membosankan. Baru satu langkah pergi, panggilan Dio lantas membuat langkahnya otomatis terhenti. Kini Sam melakukan balas dendam dengan mengabaikan panggilannya, kakinya kembali melangkah tanpa peduli dengan panggilan Dio yang semakin keras.

"Tidak semudah itu Paijo," ucap Sam dalam hati, diiringi tawa jahat layaknya ibu tiri dalam sinetron Azab.

“Sialan lo! Pulang gak gue bukain pintu!” teriak Dio kencang yang sukses menghentikan langkah Sam. Dengan gesit, kini Sam kembali mendekat ke dalam kamar, menghampiri Dio yang masih menampilkan raut muka datar seolah kesal dengan tingkah
Sam.

“Gitu aja ngancem. Gue yang dari tadi lo cuekin aja diem gak ngan-”

Kalimatnya terhenti begitu melihat sebuah postingan yang ada dalam beranda
instagram milik Dio. Matanya memicing memperhatikan sosok wanita cantik dengan make up tebal yang tersenyum bahagia dengan tangan menggandeng sosok pria yang tak kalah
bahagia juga. Gaun putih dan latar foto dengan rerumputan hijau lantas membuat Sam sedikit
bingung.

“Lo mau pesen make up penganten? Atau lo mau jadi model?”

Dio hanya mendengus mendengar jawaban Sam yang sedikit menggelikan. Dio tidak mungkin ingin di make up, terlebih menjadi model. TIDAK AKAN.

Melihat tanggapan Dio, Sam semakin dibuat binggung karena pertanyaannya sama
sekali tidak terjawab oleh sahabat yang sekarang tepat dihadapannya.

“Bocah kayak cewek PMS elah, dikit-dikit marah.” Kesal Sam.

“Daripada lo, kayak cabe-cabean dari tadi ngomong terus.” Jawab Dio tak kalah sengit yang berhasil membuat Sam mendengus. Senyum miring tercetak dibibir Dio, puas dengan ekspresi sahabat karibnya.

“Terus ini maksudnya opo le?”

“Ini Iren, man-”

“Oh!! Pantes muka lo gitu banget. Ini mantan lo yang paling di sayang? Udah nikah?!
Wah!! Suaminya lebih ganteng dari lo sumpah.” Sela Sam cepat yang cukup membuat Dio semakin kesal. Saat hatinya sedikit retak, sahabatnya malah semakin melebarkan retakan hatinya. Rasanya sakit.

“Bacot lo!” Kesal Dio yang sukses membuat Sam tertawa terbahak-bahak. Sam tahu bagaimana perasaan sahabatnya kali ini, karena memang dirinya pun pernah merasakan hal
yang Dio alami.

Sakit memang, rasanya kenangan masa lalu otomatis berputar layaknya
sebuah kaset. Tapi sekarang bukan waktunya untuk menceritakan pengalamannya, Sam
kembali terfokus pada masalah Dio sekarang.

“Haha sorry deh bro. Jadi, lo masih sayang nih ceritanya?” tanya Sam dengan nada menggoda.

Dio tidak bisa menutupi keterkejutan sekaligus rasa geroginya sekarang. Hatinya benar-benar tak terima menerima kabar yang sayangnya dia lihat sendiri bahwa Iren, mantan kekasih tercinta telah pergi dan menikah dengan seorang laki-laki lain, yang sayangnya lagi lebih ganteng dari dirinya.
Kalian tahu kan? Sakit.

“Ya gu-“

“Gak perlu dijawab karena ekspresi lo udah menjawab semuanya kok.” Potong Sam
cepat.

Dio baru saja melupakan fakta bahwa Sam merupakan mahasiswa psikologi semester
akhir yang nantinya akan ahli membaca gerak-gerik seseorang, seperti tadi.

“Gue baru sadar. Lo kan calon psikolog ya.” Jawab Dio polos.

Sam hanya tertawa menanggapi kalimat Dio yang terdengar seperti em ... pujian
untuknya. Tawanya terhenti, dirinya kembali terfokus untuk kembali mengintrogasi Dio
sekarang, yah setidaknya menguji kemampuannya memahami seseorang.

“Jadi, masalah lo sekarang?” tanya Sam dengan nada serius yang membuat Dio bingung sebentar.

“Ini gue bakal curhat ke lo gitu, kayak ABG cewek yang lagi uringan dong?” tanya Dio yang merasa geli dengan pernyataannya sendiri.

“Udah cepet cerita. Gak mau gue bantu apa? Itu hidup lo kelihatan sengsara tahu gak, gue sampai kasihan sama lo.”

Dio hanya mencebikkan bibirnya, menirukan gaya bicara Sam tanpa suara. Sekarang
sahabat karibnya sudah terlihat mirip dengan cabe-cabean yang tidak menerima biaya sewa, alias cerewet. Mirip juga dengan cewek kegatelan yang terus mengejar cowok yang dicintai.

“Lo pasti lagi ngejelek-jelekin gue sekarang. Gak bakal gue bantu lo!”

“Gak perlu gue jelek-jelekin aja lo udah jelek Sam.” Ejek Dio.

“Ya udah. Gue berangkat. Awas aja lo ya kalau ngemis-ngemis minta bantuan ke
gue,”

Dio menaikkan alisnya sebelah, meremehkan Sam yang berusaha mengancam dirinya
sekarang.

“Bakal gue bantu kok. Haha.”

***

Dio menyisir rambutnya ke arah belakang sambil bercermin, memperhatikan penampilannya, takut ada yang kurang rapih. Saat dirasa cukup, cowok jangkung tersebut pergi meninggalkan kamar kost yang masih berantakan.

Dio berjalan kaki untuk menuju jalan besar, menanti ojek online yang sudah dipesannya tadi. Tujuannya kali ini cafe tempat janjiannya bersama Sam dan teman cewek Sam. Jika bukan karena masalah tadi pagi, mungkin Dio malas untuk menemui Sam. Hanya saja ini masalah tentang kehidupan di masa depan yang harus segera diselesaikan sekarang.

Saat menunggu ojolnya datang, tanpa sengaja tatapan matanya bertemu dengan salah seorang cewek yang sepertinya dia kenali. Dio hanya tersenyum simpul. Tidak terlalu memusingkan cewek tadi.

Mungkin lain ceritanya jika Dio yang dulu bertemu cewek cantik, ditambah body aduhai. Dio tak segan-segan untuk memberika siulan bahkan mendekat untuk sekadar gombal receh yang ujungnya akan meminta nomor telephone dan PDKT. Selalu begitu ceritanya, tapi sekarang rasanya dirinya malas untuk bermain-main dengan wanita, yah karena memang wanita bukanlah mainan, melainkan mereka perhiasan.

Tapi ingat, yang disebut perhiasan hanya wanita baik-baik, bukan wanita murah yang dengan mudah memberi semua yang lelaki mau, layaknya sampah yang banyak ditemukan di mana saja tanpa perlu dicari kemana-mana.

Dengan lamunan dimasa lalu, tanpa dirasa, abang ojol datang menjemput. Dio lantas naik. Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai ke cafe yang dituju. Dio lantas turun dan memberikan ongkos jalan. Kaki panjangnya melangkah lebar memasuki cafe. Di dalam sudah ada Sam yang sibuk berbincang dengan seseorang cewek yang bisa Dio simpulkan, dia yang Sam maksud. Otomatis, langkahnya menuju ke arah Sam, melambaikan tangan memberi kode Sam bahwa dirinya akan mendekat.

“Nah!! Itu tuh sohib gue Ka.” Ucap Sam antusias memperkenalkan Dio pada sosok cewek mungil yang dikenalnya dengan nama Vika. Anak Jawa yang berkuliah di Universitas Pendidikan Indonesia, dengan jurusan psikologi, sama dengan Sam.

Dio hanya tersenyum simpul dan memilih duduk di samping Sam.

“To the point aja deh Sam.”

“Lo gak pesen minum?” tanya Sam perhatian dengan sohibnya.

Dio hanya menggelengkan kepalanya, tak ingin berlama-lama di dalam cafe.

“Nah Ka, gue mau tanya nih. Gimana pendapat lo tentang cowok playboy?” Sam menekankan kata playboy yang sukses membuat Dio mengernyit bingung. Sementara Vika hanya tersenyum, menampilkan deretan gigi putih yang terlihat manis dimata Dio.

“Playboy ya? Gak suka. Sangat-sangat gak suka!” tegas Vika denan penekanan di akhir klimat.

Dio lantas merasa tersinggung dengan pernyataan cewek yang baru saja dia puji manis, tapi perkataannya cukup sadis untuk dirinya dengar.

“Nah, misalkan lo punya mantan nih, playboy ya, terus lo bakal dendam gak? Masalahnya misal lo di khianatin waktu pacaran. Dibohongin, diselingkuhin, diporotin nah ... tuh gimana?”

Pertanyaan Sam sukses membuat Dio tersenyum kecut. Lirikan tajam otomatis menghujam ke arah Sam. Sementara, Sam hanya tertawa lebar menanggapi respon Dio yang sudah dirinya bayangkan sejak tadi.

Vika lantas tersenyum, menanggapi dengan santai pertanyaan Sam yang sebenarnya
tidak ada hubungannya dengan tugas Psikologi yang kini sedang mereka kerjakan.

“Gue punya kok mantan yang gitu, kenal di sosmed terus yah ninggalin gitu aja. Padahal niatnya mau ketemuan, eh dianya malah ngilang gitu aja sama ngomong putus. Kan kesel!” Vika menjawab dengan napas yang memburu. Benar-benar terbawa rasa emosi seperti yang dulu dirinya rasa.

Vika menarik napas perlahan, hendak melanjutkan jawaban yang belum usai.
“Kalau ditanya dendam mungkin ada. Sedikit. Bahkan mungkin sebagian cewek juga bakal gitu lah. Ditambah lagi, kalau cewek disakitin tuh mereka gak segan-segan ngeluarin sumpah serapah ke orang yang udah nyakitin mereka. Termasuk juga gue. Ya ... walaupun kita gak tau bakal di aminin sama Tuhan atau gak, yang jelas si hoby cewek gitu,”

Vika tersenyum sebentar memandang Sam yang berekspresi datar dan Dio yang
terlihat sedikit pucat dari sebelumnya.
“Makannya jangan nyakitin cewek, entar kena sumpahnya, bakal susah sendiri.
Kutukan mantan itu menakutkan loh!” Vika mengatakannya sambil menatap Dio yang benar-
benar terlihat takut. Dari apa yang dia lihat, Dio memang yang mempunyai masalah disini. Bibir pucat jelas menyiratkan bahwa dirinya takut dengan apa yang Vika katakan.

Sam, hanya menampilkan tawa terbahak yang juga diikuti Vika. Satu tangannya menepuk pundak Dio seolah menyiratkan kata nah loh, sabar ya, yang hanya bisa Dio serap.

Sedangkan orang yang ditepuk sudah pucat dengan kenyataan yang untungnya bisa dirinya
serap dari perkataan Vika.

“Jadi ini yang dinamakan kutukan mantan?”

***

Saudara saudari pembaca Introvert?
Hallo. Ehe dateng lagi nih iklan. Mau baca? Atau pengen lanjut gak sih kalau cerita gitu?

Cerita tentang playboy yang ngeri sama kutukan mantannya yang udah kaya bilangan asli. 1 sampai bla1000.

Gimana? Komen ya. 💕

Continue Reading

You'll Also Like

1.7K 1.3K 39
meya aeleshea didefinisikan sebagai sebuah kesialan. dimana ada meya, pasti akan ada kesialan yang terjadi, itulah yang sering diucapkan oleh sherra...
3.2M 159K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
569K 22.1K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
8.3K 2K 38
"Lo nggak akan pernah bisa nyelamatin temen-temen yang nggak berguna itu." "Mungkin, tapi setidaknya mereka bisa pergi dengan tenang ke alam mereka."...