HOME

By hiregulus

190K 41.9K 11.4K

tidak pernah ada yang normal di rumah itu. ㅡ ft. 03/04line More

✨ intro
i. something different
iii. hierarchy
iv. something unusual
v. shift
vi. sleep walkin
vii. nocturne
viii. smile flower
ix. holy day
x. spirit animal as your mask
xi. spiritual power comes by killing your own totem
xii. her turn
xiii. tonight you belong to me
xiv. running away
xv. the peculiar children
xvi. difference beteeen weekday and friday
xvii. a knife and a skin
announcement: hereditary x home
announcement 2.0: title reveal

ii. a new family

15.4K 3.7K 1.6K
By hiregulus





























Banyak hal yang dibicarakan sepanjang perjalanan menuju rumah baru. Kali ini pasangan yang mengadopsi Yujin sangat ramah dan baik.


Mulai dari hal kecil seperti makanan kesukaan, hingga gurauan Suho soal Irene yang jadi sensitif kalau sudah malam.


Yujin jadi tak sabar untuk segera tiba.


Mobil terus menempuh hingga masuk ke daerah perhutanan. Lewat kaca mobil Yujin dapat melihat banyaknya pohon besar seluas mata memandang.


"Jadi Yujin, umur kamu berapa?"


Pertanyaan Irene membuat Yujin tersadar dari lamunan. "Tahun ini lima belas."


"Wah, seumuran dong sama anak-anak tante."seru wanita itu sambil tersenyum lebar. "pas dong, pah?"


Yujin dapat melihat senyuman kecil Suho dari spion tengah.









Anak-anak...






Jadi bukan hanya dirinya ya?




























































Mobil diparkir di tepi pantai. Mereka berjalan diatas dermaga kayu. Ada sebuah yacht mewah berwarna putih disana.


Yujin jadi berpikir sekaya apa dua orang tua angkatnya kali ini?


"Papa-mu gak suka kalo berisik, makanya kami tinggal di pulau pribadi." jelas Irene sembari tersenyum lebar.



Yujin hanya menangguk pelan menanggapinya.



























































Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah pulau beberapa menit kemudian.



Ada enam orang berdiri di pesisir pantai, sedang menyambut dirinya dengan senyuman hangat. Salah seorang anak laki-laki tampak tak tersenyum sedikitpun, cowok itu memandang Yujin dengan tatapan aneh yang tak dapat dijabarkan dengan kata-kata.



Yang Yujin tau tatapan itu begitu tak bersahabat.



Setelah menepi, Irene dan Suho bergegas membawa barang barang milik Yujin, membiarkan anak-anak saling berkenalan dengan si anak baru.



"Aku Yuna, ini Jiheon."ujar seseorang bersurai merah. Senyumannya selebar telapak tangan, Yujin khawatir gadis itu akan merobek pipinya sendiri.



"Yujin."



Pandangan Yujin dan Jiheon bertemu. Hanya perasaan Yujin saja atau Jiheon terlihat pucat?




Wajahnya lesu, seperti orang yang energinya terkuras. Ada bekas lebam di ujung mata kanannya seolah habis dipukul dengan benda tumpul.



Walupun begitu, Jiheon masih mencoba untuk tetap tersenyum.



"Itu si kembar, Haruto sama Wonyoung. Satu lagi Jeongwoo." ujar Yuna, memperkenalkan adik-adiknya.



Ketiga bocah itu memberi salam dengan serempak, mengerumuni Yujin dengan bersemangat.


"Kembar?" gumam Yujin pelan.



Bukannya apa-apa, Haruto dan Wonyoung tampak sangat berbeda. Mulai dari nama serta jenis kulit yang mereka punya.



Haruto terdengar seperti nama orang Jepang, kulitnya putih pucat, garis wajah yang tegas, serta hidung mancung.



Sementara Wonyoung seperti nama Korea pada umumnya, kulitnya merah, berwajah seperti anak-anak dengan tubuh menjulang tinggi, serta berhidung mungil.



"Kalo yang itu?" tanya Yujin, menunjuk pemuda yang tak jauh dari tempatnya berpijak.



"Oh, itu Doyoung. Dia galak, hati-hati aja hehehe."

Continue Reading

You'll Also Like

301K 23.4K 101
Kita temenan karena tetanggaan juga, gue kenal dia udah dari dia masih dalem perut bundanya
56.8K 5.1K 14
[FOLLOW SEBELUM BACA] Brothership, Harsh words, Skinship‼️ ❥Sequel Dream House ❥NOT BXB ⚠️ ❥Baca Dream House terlebih dahulu🐾 Satu atap yang mempe...
67K 8.8K 95
This is just fanfiction, don't hate me! This is short story! Happy reading💜
48.4K 8.2K 12
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...