NATA [Selesai]โœ“

By trajec70ries

904K 96.8K 6K

Versi novel tersedia di Shopee Firaz Media. *** Adinata Emery Orlando merupakan pemuda yang tidak bisa mengek... More

PROLOGUE
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
EPILOGUE
For you...
Sequel?
๐Ÿ“ŒSkema Nestapa
ยฐโ€ข Elegi & Tawa โ€ขยฐ
MAU TANYA
INPO TERBIT MAZEHHH
VOTE COVER
PILIH BONUS NOVEL
OPEN PO

CHAPTER 14

16.8K 2.2K 82
By trajec70ries

#14

Bola mata Nata menatap nanar dua gundukan tanah yang berdampingan. Semilir angin yang berhembus tenang seolah menjadi melodi untuk menyempurnakan keheningan di sana. Pria itu berjongkok dan mulai mencabuti rumput-rumput liar yang mengelilingi makam tersebut. Mulutnya masih enggan untuk sekedar menyuarakan satu kalimat. Bahkan, yang terdengar hanyalah gesekan dedaunan yang beradu karena terpaan angin.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Nata meletakkan setangkai mawar di masing-masing gundukan bernisan itu. Masih dengan posisi yang sama, bola mata Nata menelisik batu nisan di hadapannya. Lengkungan bibir yang membentuk garis tipis terbit di wajahnya. Perlahan, jemarinya meraba nisan usang tersebut.

"Maaf, Nata baru sempet ke sini." Nata mulai bersuara. Mencoba memecahkan keheningan yang sempat menyelimuti.

Nata terkekeh, "kalian jangan marah. Nata janji nggak bakal telat ke sini lagi."

Sejurus kemudian, matanya berubah sendu dengan senyuman miris yang menyeimbangi mimiknya. "Semuanya semakin berantakan. Bahkan Nata udah mati rasa sama yang namanya hidup... "

Ucapannya di biarkan mengambang-- layaknya mempersilahkan hembusan angin untuk mengisi keheningan sebagai jeda.

"Mungkin karena itu kalian ninggalin Nata sendirian?" lanjutnya lesu. Hembusan nafas lemah terdengar dari bibir Nata. "Nata butuh kalian."

Gemuruh petir yang mulai terdengar membuat pria itu mendongak. Terlihat gumpalan awan hitam yang sudah mendominasi di langit sana. Nata memutar arah pandangnya ke objek semula. Senyuman tipis pun kembali ia layangkan begitu menatap nama yang tertera pada nisan.

"Nata pulang duluan, yah? Nata janji nggak akan terlambat lagi." Pamit Nata.

Pria itu akhirnya berdiri. Sedikit meringis kala kakinya terasa kebas. Tangannya sedikit membenarkan seragamnya yang lusuh. Kemudian ia mulai melangkah pelan menjauhi makam. Sesekali Nata mengalihkan pandangannya lagi ke makam di belakangnya.

Nata menghampiri motornya yang berada dekat di pintu utama. Setelah memakai helm, pria itu akhirnya melajukan motornya dan berbaur bersama pengendara lain.

Deru motor yang terus bersahutan sudah menjadi melodi yang tak asing di telinga para insan. Begitupun bunyi klakson yang semakin membuat ricuh jalanan-- mungkin ini faktor mendung. Jadilah, mereka berlomba-lomba untuk sampai ke tujuan-- ataupun sekedar mencari tempat meneduh karena linangan air yang sudah mulai berjatuhan ke bumi.

Begitupun dengan Nata, pria itu memutuskan untuk berhenti sejenak kala obsidiannya melihat sebuah pet shop. Niat awalnya untuk menerobos hujan ia urungkan. Motornya mulai menepi dan terparkir rapi di depan bangunan sederhana itu.

Ingatannya tertuju pada Lily, kucing manis yang kini dirawat oleh Elzi. Pria itu memutuskan untuk mencarikan Lily makanan terlebih dahulu.

Setelah masuk dan membelikan makanan untuk Lily, pria itu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang. Kembali menerobos linangan yang terus menerus menghantam tiap lekuk tubuhnya.

Tak butuh waktu lama, ia pun sampai di apartemen dengan balutan seragam yang sudah basah kuyup. Terlihat wanita tua yang tengah berdiri di depan pintu apartemennya. Kontan sebuah senyuman langsung terbit dibibir Nata.

"Assalamu'alaikum Omah." Salam Nata yang langsung mengambil punggung tangan sang omah untuk ia cium.

Senyuman hangat pun terlontar dari wanita yang di panggil omah tersebut, "wa'alaikumsalam cucu omah."

"Omah ke sini bawa makanan lagi?" dengan langkah yang menyeimbangi sang Omah, Nata pun melontarkan pertanyaan.

Omah mengusap lengan Nata lembut, "iya, buat persediaan di apartemen kamu."

Nata mendesah, "yang Omah bawa lusa aja masih banyak, Omah."

Wanita berumur itu tertawa, "kamu lupa punya banyak gentong?"

Menangkap maksud sang omah, pria itu pun terkekeh. Hampir saja ia melupakan fakta bahwa para sahabatnya itu penikmat makanan gratis.

Omah memang selalu mengantar makanan jika mengunjungi Nata. Sengaja membawa banyak karena tau teman-teman Nata sering berkumpul di sana. Mengingat mereka mampu menghilangkan rasa kesepian Nata sejenak, sang omah pun selalu menjaga stok makanan untuk Nata juga teman-temannya.

"Ya sudah, sana mandi dulu. Omah sudah masak makanan, nanti kita makan bersama." Ujar Omah.

Senyuman pun terbit dari bibir Nata, kemudian ia mengangguk singkat dan mulai bersiap-siap membersihkan diri.

***

Setapak demi setapak Nata mulai melangkah menyusuri lorong yang masih tampak sepi. Bola matanya melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangan, masih terlalu pagi memang. Begitulah jika Sang Omah menginap di apartemennya. Ia pasti akan berangkat sekolah lebih awal dikarenakan segala kebutuhan Nata telah disiapkan oleh Omah. Sangat berbeda sekali jika tak ada omah, lelaki itu pasti akan berangkat kesiangan dan lebih parahnya terlambat seperti kemarin.

Kening Nata berkerut saat kakinya menapaki lantai yang sedikit licin. Sejurus kemudian, terdengarlah teriakan yang memekakan gendang telinga Nata. Pria berseragam itu berbalik dan terlihatlah Elzi yang sudah berkacak pinggang sembari menatapnya garang.

"Nata!! Lantainya udah gue pel!" ucapnya dengan kabut emosi.

Asal kalian tau, Elzi hari ini berangkat pagi-pagi buta. Rela menerjang kabut pagi yang masih sangat tebal-- setebal buku-buku milik Nata, lalu menyusuri jalanan yang sepi nan amat sunyi-- layaknya aksi uji nyali, serta menabrak semilir angin pagi yang dinginnya menusuk kulit hingga kulit lapisan terdalam, karena sialnya ia lupa memakai jaket. Dan itu semua ia lakukan hanya demi piket! Dan juga, karena kapok akan hal kemarin tentunya. Huftt.

Tapi, semua usahanya berakhir naas-- dihancurkan oleh pria yang berjalan penuh percaya diri, dengan memasang tampang sok keren serta raut wajah tenangnya yang semakin menambah kesan apatis! Sebuah poin yang semakin membuat darah Elzi naik ke titik paling atas! Sangat atas hingga rasa-rasanya akan meledak amat keras!

Oke, abaikan sindrom lebay Elzi beberapa detik yang lalu.

Tak mau basa basi, gadis itu langsung mendekati Nata dengan diiringi hentakkan langkah panjangnya. Kalo kalian ingin tau, ia kini sangat emosi. Sedangkan raut wajah Nata masih tenang, santai serta terkesan sangat tak peduli. Kontan hal itu semakin mengundang kabut panas dalam kepala Elzi-- meletup-letup siap diledakkan dihadapan Nata. Saat ini juga.

Namun agaknya itu hanya angan, karena angannya itu kembali pupus-- dihancurkan oleh langkah kakinya sendiri. Mungkin karena terlalu berghairah untuk mengebom Nata dengan emosinya, Elzi justru terpeleset tepat dihadapan Nata. Dengan gaya yang tidak elit pastinya.

Mungkin kalian dan Elzi akan berpikir jika Elzi terjatuh dengan jarak yang dekat dengan Nata, maka pria itu akan sigap menahan tubuhnya ataupun mengulurkan tangannya guna membantu Elzi. Lagi-lagi, realita memang tak seindah ekspektasi. Pria itu masih pada posisi semula seolah enggan melakukan pergerakan walau sejengkal saja, namun obsidiannya masih tertuju pada gadis di hadapannya-- yang tengah meringis kesakitan sembari mengusap pantatnya sendiri.

"Nggak papa?"

Masih dengan sedikit meringis serta mengusap-usap area yang sakit, Elzi menjawab, "nggak papa."

"Bukan lo, handphone lo." Ucap Nata sembari mengarahkan dagunya ke arah ponsel yang tertelungkup di samping Elzi.

Dengan kecepatan kilat, Elzi langsung menatap Nata. Kini perasaannya bercampur aduk menjadi satu. Menendang Nata sampai ke angkasa mungkih tidak sih?

Memusnahkan Nata dari dunia sepertinya akan menjadi jasa terbesar Elzi, karena menyelamatkan semesta dari monster bermuka kaku macam Nata. Makhluk tak berperasaan!

Laki-laki itu berjongkok, lalu tangannya meraih ponsel 6 inci milik Elzi. Lensanya mengamati benda tersebut, mencoba mencari tau apakah ada kerusakan yang terjadi. Terlihat peduli sekalipun Elzi dapat menangkap maksud gerak-gerik Nata yang tak lain adalah mengejek dirinya. Huft, sangat menyebalkan!

Nata menyodorkan ponsel Elzi, "nih."

Masih dengan menatap manik Nata, gadis itu mengambil ponselnya dengan kasar. Seakan merasa puas dengan melihat raut kesal Elzi, pria itu pun terkekeh tanpa suara.

"Puas 'kan lo?! Liat gue menderita kayak gini!" hardik Elzi.

"Puas."

"Bahagia liat gue kayak gini?!"

"Bahagia."

Elzi melotot, "iya gue tau lo dendam sama gue! Iya!"

"Lumayan." Jawab lelaki itu seraya manggut-manggut meledek.

Elzi menggeram kesal melihat wajah Nata yang amat menyebalkan. "Nggak usah senyum-senyum kek gitu! Nggak ada yang lucu!"

"Ada."

"Nggak ada! Emang lo mau gue ketawain kalo lagi sengsara?!"

Kepala Nata meneleng, tatapannya sedikit mengawang ke atas, "mau."

"Ngeselin banget si lo!"

Nata lagi-lagi tersenyum, "nggak usah marah-marah kek gitu bisa?"

"Nggak bisa! Kenapa?! Nggak suka?!"

"Suka."

Elzi melotot, "suka lihat gue marah-marah?! Iya?!"

"Hemm." Dehem Nata dengan menaikan kedua alisnya, meledek Elzi.

"Iiisshh, Nataaa! Gue sumpahin pantat lo kena bisul jumbo! Mampus lo duduknya kayak jungkat-jungkit!" cerocos Elzi.

"Oke."

"Iihhh Nata! Ngeselin banget si lo!" geram Elzi.

"Lanjutin." Ucap Nata.

"Bisulnya?!"

"Lucunya."

Blush

Pipi Elzi merona. Gadis itu salah tingkah sekarang. Tunggu? Kenapa ia harus salah tingkah? Kata-kata Nata itu bukan sebuah gombalan 'kan? Hei! Sadar! Cowok itu hanya sedang meledeknya! Jadi, kenapa pipinya harus bersemu merah seperti ini sih! Aish. Sangat memalukan!

Pletak

Nata menyentil kening Elzi, "jangan bengong. Mikir jorok lo?"

Mendengar tudingan Nata, kontan membuat Elzi memukul lengan pria itu cukup keras. "Lo pikir gue cewek apaan!"

"Cewek bantet." Jawab Nata yang langsung berdiri.

"Yeee, itu mah lo yang kelebihan kalsium!" sungut gadis yang masih terkapar di bawah sana.

Tangan panjangnya pun terulur, lalu netra elangnya mengisyaratkan agar Elzi segera menerima uluran tangannya itu.

Elzi memutar netra-nya malas, "gue bisa sendiri."

Pria itu menaikan alisnya kemudian menarik tangannya kembali lalu dimasukkan ke dalam saku celananya.

Gadis itu pun bangkit lalu sedikit merapikan seragamnya yang lusuh. Terlihat Nata mengamatinya, kemudian kepala Nata sedikit meneleng dengan alis yang bertaut. Pria itu mencondongkan badannya-- mensejajarkan tingginya dengan sang gadis. Lalu mengamati wajah Elzi dengan lekat. Untuk sesaat rongga dada Elzi terasa sangat sempit karena perlakuan Nata. Tak sadarkah pria itu bahwa perbuatannya membuat Elzi susah untuk sekedar menghirup oksigen?

"Lo jatuhnya duduk, tapi kenapa pipi lo yang merah?"

Spontan Elzi meraba pipinya, matanya pun menerjap-nerjap lucu. "Gue cuma... "

"Nggak usah ngelawak dengan bilang kepanasan."

"Ini masih pagi." Lanjut Nata.

Elzi meneguk salivanya bulat-bulat. Apakah ia harus jujur pipinya bersemu karena perbuatan pria tengil itu? Aishh! Mau di taruh mana muka Elzi nantinya?! Bisa-bisa cowok itu kembali meledeknya habis-habisan! Elzi tidak mau itu terjadi!

"Pak Raden!" teriak Elzi dengan telunjuknya yang mengarah ke belakang Nata.

Kontan pria itu pun mengikuti arah tunjuk Elzi. Namun, yang ia dapati hanya lorong yang masih terlihat sepi. Nata membalikan arah pandangnya lalu terkekeh begitu mendapati Elzi tengah berlari hingga siluet tubuhnya menghilang di persimpangan koridor.

Nata menggelengkan kepalanya dengan bibir yang membentuk lengkungan tipis. Entah menertawakan tingkah Elzi ataupun tingkahnya sendiri yang sengaja menggoda gadis itu. Ternyata menggoda Elzi tidak seburuk yang Nata pikirkan. Ia sangat menikmati raut kesal Elzi tadi. Gadis itu terlihat-- menggemaskan.

Eh?

Lupakan! Sepertinya Nata memang sudah gila. Sangat gila hingga ucapannya melantur tidak jelas. Oke, Nata butuh obat untuk merubah jalan pikirnya sekarang!

***

TBC ...
KALO KALIAN SUKA BAB INI SILAHKAN TINGGALKAN VOTE DAN KOMEN YAH
TERIMA KASIH❤️

MAAF TYPO BERTEBARAN

SEE YOU❤️

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 156K 51
(SADNESS STORYโš ๏ธ) SUDAH TERBIT Ini tentang seseorang sang pengagum hujan, si penikmat tangisan sang semesta yang terlihat tegar namun rapuh didalam. ...
2K 357 36
เผบAgmissionเผป -๐““๐“พ๐“ช ๐“๐“ฝ๐“ถ๐“ช ๐“Ÿ๐“ฎ๐“ถ๐“ซ๐“ฎ๐“ท๐“ฌ๐“ฒ ๐“ข๐“ฎ๐“ถ๐“ฎ๐“ผ๐“ฝ๐“ช- "Mengenal diri sendiri aja susah, apalagi orang lain, 'kan?" Mita, gadis yang memiliki...
20K 2.9K 49
[SUDAH TERBIT] Untuk pemesanan buku hubungi WA : 081774845134 Dear Pembaca ... kisah ini bukan kisah edukasi yang bisa membuat wawasan kali...
2.5M 126K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET ๐Ÿšซ "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...