SABRINA [Completed]

By oktaviaerlianasari

975K 29.3K 828

(SEDANG DALAM TAHAP REVISI) Ketika takdir mempermainkan perasaan seorang Sabrina Veronica dengan apiknya. Dim... More

Prolog.
1.Awal segalanya
2.Dia
3.Kenapa?
4.Kenapa? 2
5.Rasa?
6.Sebuah keputusan
Tokoh Pemain
7.Akhir Pekan
8.Kejadian tak terduga
9. Terkejut
10.Sebuah pesan
11.Menunggu
12.Penggangu
13.Sebuah Mimpi
14.Kejadian Memalukan
15.Kejadian Memalukan 2.
16.Awal yang Baru.
17.Sebuah Senyum.
18.Kencan?
19. Hari yang menyebalkan.
20. Cemburu
21. Arga
22. Salah paham?
23. Sebuah pengakuan
24. Arleta
25. Perlakuan manis
26. Pertanyaan
27. Luka lama
28. Luka lama 2
29. Memperkenalkan
30. Ada apa dengan vanesa?
31. Janji dan hujan
32. Hal konyol
33.Kejutan
34. Bersenang-senang
35. Pesta Aldo
36. Kecelakaan
37. Koma
38. Kenyataan pahit
39. Ulang tahun
40. Putus
41. Akhir segalanya
Bca aja.
Extra Chapter 2
Extra Chapter 3
Extra Chapter 4
CUMA INFO
Extra Chapter 5
Extra Chapter terakhir
SEKUEL CERITA SABRINA!

Extra Chapter

27.1K 745 48
By oktaviaerlianasari


"Sabrina!" teriak vanesa yang memekakan telinga.

Saat melihat sabrina memasuki cafe tempat mereka janjian.

Sabrina yang mendengarkan teriakan maut vanesa hanya dapat menutup telinganya. "Sakit kuping gue gara-gara denger teriakan lo" ucap sabrina kesal.

Sabrina langsung mengambil duduk di samping vanesa.

"Uh, gue rindu banget sama lo" ucap vanesa yang langsung memeluk sabrina dengan erat.

"Gue fikir lo---"

"Gue gapapa" potong sabrina yang seakan tau arah pembicaraan vanesa.

"Na, lo gak perlu sedih. Masih ada gue sama aldo yang sayang sama lo" ucap vanesa mencoba menyemangati sahabatnya yang baru saja patah hati.

Sabrina hanya tersenyum kecut saat vanesa lagi-lagi membuka luka yang sabrina coba kubur dalam-dalam.

Vanesa dan aldo memang sudah tau tentang berakhirnya hubungan sabrina dan arga. Dan vanesa pun turut sedih atas perilaku arga yang hanya berpura-pura mencintai sabrina, agar ia bisa balas dendam atas kematian kekasihnya pada peristiwa kelam itu.

"Gue udah mutusin, kalo gue..." sabrina mengambil nafas terlebih dahulu sebelum melanjutkan kata-katanya. "Gue bakal pindah ke paris" ucapnya dengan susah payah.

"What?! Are you serious?" ucap vanesa terkejut atas ucapan sabrina.

"Gue udah pertimbangin ini semua matang-matang, dan akhirnya gue mutusin untuk pindah dan menetap di paris" ucap sabrina dengan senyum yang dipaksakan.

"What are you kidding me?"

"No, I seriously"

"Why? Na... "

"Gue gak bakal bisa lupain arga sa, kalo gue masih liat muka dia setiap harinya.. Dan untuk benci sama dia pun rasanya gue gak sanggup.." lirih sabrina yang terdengar begitu memilukan.

Bagaimana tidak, sabrina telah mencintai dan mempercayai arga lebih dari ia mencintai dan mempercayai dirinya sendiri. Tapi semua itu hancur saat arga mengatakan bahwa ia hanya berpura-pura mencintai sabrina, agar dendamnya terbalaskan.

Sabrina meneteskan air matanya lagi ketika mengingat luka yang arga berikan padanya. "Gue gak bisa terus-terusan hidup dalam bayang-bayang arga sa.. "

Vanesa pun langsung memeluk sabrina yang menangis, sebenarnya vanesa juga merasa kasihan pada sabrina yang harus tersiksa setiap harinya saat ia harus bertemu arga walaupun itu tanpa di sengaja.

Vanesa mengusap punggung sabrina mencoba menenangkan sahabatnya tersebut. "Udah na, jangan nangisin orang kaya arga. Dia gak pantes buat lo tangisin!"

"Kenapa harus arga sa? Kenapa harus arga yang nyakitin gue... " ujar sabrina disela isak tangisnya.

"Mungkin ini cara tuhan buat nujukin ke lo kalo arga itu gak pantes buat lo na"

Sabrina pun melepaskan pelukannya pada vanesa dan menghapus sisa air matanya.

"Gue bakal dukung setiap keputusan lo selagi itu baik buat lo" ujar vanesa dengan senyumnya.

"Makasih ya sa, gue beruntung masih punya sahabat kaya lo sama aldo" ucap sabrina.

"Gue bakal selalu ada kok buat lo di saat lo butuh" balas vanesa.

"Thanks"

"Sure"

"Jadi lo mau berangkat kapan?" tanya vanesa pada sabrina.

"Besok"

"Apa itu gak terlalu cepat? Dan tentang berkas-berkas surat kepindahan lo?"

"Bokap bakal urus itu semua"

"Lo tinggal sama siapa na disana?"

"Gue bakal tinggal di apartemen, dan tentang apartemen sama sekolah baru gue disana bokap udah urus itu semua dari jauh-jauh hari, jadi gue tinggal pindah ke sana"

"Gue gak nyangka kalo bakal pisah sama lo" ucap vanesa yang menujukan raut sedih.

"Lo bisa jenguk gue setiap akhir pekan, kan. Sama aldo, itung-itung aja lo sama dia liburan"

"Hm oke, jadi kapan lo take out"

"Jam delapan pagi"

"Gue pastiin kalo gue sama aldo bakal sampek disana sebelum lo take out"

"Oke"

Setelah itu sabrina dan vanesa menghabiskan waktu bersama untuk berbincang-bincang sebelum sabrina berangkat ke paris.

Sabrina dan vanesa baru pergi daru cafe tersebut saat menjelang sore.

"Yaudah gue balik dulu" ucap sabrina pada vanesa.

"Oke hati-hati" balas vanesa yang sedang menunggu taxi, sebenarnya sabrina telah mengajaknya untuk pulang bersama, namun vanesa menolaknya dengan alasan ingin mampir dulu ke supermarket untuk membeli beberapa keperluan.

Sabrina langsung menjalankan mobil ferrari putihnya membelah jalan raya.

Ponsel sabrina berdering pertanda ada panggilan masuk. Segera saja sabrina mengangkat telefon yang ternyata dari airin.

"Halo iya tante?"

"...."

"Oh iya udah entar sabrina beliin sekalian pulang"

"...."

Setelah itu panggilan tersebut pun terputus.

Sabrina langsung melajukan mobilnya menuju kedai kue langganan airin membeli kue coklat kesukaan sang ayah dan dirinya.

Sabrina keluar dari dalam mobil mewahnya dan berjalan menuju ke dalam kedai sederhana yang menjual beraneka ragam kue yang terlihat lezat.

"Selamat datang di toko kue kami" ujar seorang pelayan wanita begitu ramah.

"Ada yang bisa saya bantu" lanjutnya.

"Saya mau beli satu kue coklat dengan extra cocochips" ucapnya.

Pelayanan wanita tersebut pun langsung mengambil kue yang sabrina inginkan dan membungkusnya.

Sabrina melihat-melihat kedai kue sederhana tersebut yang terlihat sangat nyaman.

Deg.

Pandangan sabrina terpaku pada kedua sosok pria dan wanita yang sedang asik mengobrol di meja ujung dekat jendela.

Disana sabrina melihat arga yang terlihat sedang asik mengobrol dengan seorang wanita berambut pirang yang terlihat sang cantik.

Sabrina merasakan sesak pada dadanya saat melihat arga dengan wanita lain walaupun mereka sudah tidak memiliki hubungan apapun tapi tetap saja sabrina belum bisa melupakan arga. Tapi apa yang ia lihat saat ini telah membuktikan bahwa dirinya memang tidak lah berharga di mata arga, disini dirinya berusaha sekuat tenaga untuk melupakan arga, namun disisi lain pria itu dengan mudahnya melupakan dirinya.

Panggilan dari pelayanan wanita kedai tersebut pun mengalihkan pandangan sabrina pada arga. "Mba ini kuenya"

"O-oh iya berapa mba?"

"Dua ratus mba"

Sabrina langsung memberikan sejumlah uang pada pelayanan tersebut, ia bahkan tidak melihat nominal uang yang ia beri pada pelayanan tersebut. Sabrina langsung melangkah kan kakinya pergi meninggalkan kedai tersebut.

"Mba-mba uangnya kelebihan!" ujar pelayanan wanita tersebut.

Arga yang sedang ingin pergi dari kedai tersebut yang melihat pelayanan tersebut pun bertanya. "Ada apa?" ujar arga singkat.

"Itu, mba tadi beli kue. Tapi uangnya lebih mas"

"Yaudah biar mba biar saya yang ngasih" ucap angel yang berniat untuk mengembalikan uang sabrina.

Namun arga langsung mencegah angel untuk memberikan uang tersebut. "Biar gue aja, lo jaga kedai lo aja"

Kedai tempat sabrina membeli kue memanglah kedai milik angel sepupu arleta.

"Gak us-"

"Biar gue yang ngasih, sekalian gue pulang" potong arga.

"Yaudah kalau gitu"

Setelah itu arga berlari untuk mengembalikan uang lebih gadis yang membeli kue dari kedai angel.

"Sorry, uang yang lo kasih kelebihan" ujar arga yang belum menyadari bahwa gadis tersebut adalah sabrina.

Sabrina merasa benar-benar tidak tahan lagi saat mendengar suara itu berada tepat di belakang tubuhnya.

"Hei---" tiba-tiba ucapan arga menghilang begitu saja saat gadis dihadapannya berbalik dan menampakan wajah gadis tersebut yang ternyata adalah sabrina.

Sabrina menatap datar arga, gadis itu berusaha mati-matian untuk tidak menangis didepan pria berengsek yang telah menyakitinya.

Arga terpaku ketika melihat sabrinalah gadis tersebut. Ia bahkan tidak tau harus berkata apa.

"Uang lo lebih'' ucap arga yang sama-sama menampilkan wajah datar namun mengisyaratkan rasa kerinduan yang terpendam pada gadis yang ada di hadapannya.

Sabrina tidak mempedulikan ucapan arga dan langsung masuk ke dalam mobilnya sebelum ia menumpahkan tangisnya pada pria berengsek yang sialnya masih saja ia cintai.

Arga hanya menatap datar sabrina yang mengabaikannya. Setelah itu sabrina menjalankan mobilnya meninggalkan arga yang masih berdiri ditempatnya.

Sedangkan sabrina sedang menangis sejadi-jadinya di dalam mobilnya, ia bahkan tidak habis pikir pada perasannya sendiri yang masih saja mencintai arga, padahal sudah jelas-jelas arga telah menyakitinya.

--------------

Sabrina baru saja selesai mengemasi barang-barangnya. Setelah kejadian kemarin sore dirinya yang bertemu arga, semakin membuat tekatnya kuat untuk pindah ke paris dan menetap di sana.

"Sayang, kamu udah siap?" tanya airin yang masuk ke dalam kamar sabrina.

Sabrina pun hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan airin.

Setelah itu sabrina mengikuti airin turun ke bawah untuk segera menuju kebandara.

"Kamu udah siap sayang?" ujar wijaya yang melihat sabrina turun dengan membawa koper besar di tangannya.

"Iya"

"Gak ada yang ketinggalan kan?" ujar wijaya memastikan.

Sabrina hanya menggelengkan kepalanya.

Setelah itu sabrina, wijaya dan airin pun segera berangkat menuju bandara.

Sabrina hanya memandang keluar jendela mobil dengan tatapan kosong. Entah lah, logiknya memintanya untuk pergi, sedangkan hatinya menginginkannya untuk tetap tinggal di Indonesia dan tidak pergi ke paris.

"Sabrina!" panggil vanesa sambil melambaikan tangannya saat melihat sabrina yang baru saja memasuki bandara dengan kedua orangtuanya.

"Hei" ujar sabrina menghampiri vanesa yang ternyata sudah menunggunya.

"Aldo mana?" tanya sabrina yang tidak melihat aldo di samping vanesa.

"Tadi dia pamit pergi sebentar, katanya mau ada keperluan" ujar vanesa.

Sabrina hanya berohria mendengar jawaban dari vanesa.

Disisi lain...

"Lo harus pergi, lo harus cegah dia buat pergi tinggalin kita semua"

"Gue tau lo sebenarnya juga cinta sama sabrina!" ujar aldo pada arga.

Saat ini aldo memang sedang berada di dalam kamar arga. Aldo sedang berusaha meyakinkan arga dan menyadarkan pria bodoh tersebut agar tidak membiarkan sabrina pergi.

"Lo sendiri juga cinta kan sama dia? Kenapa gak lo aja yang cegah dia pergi"

Bugh.

Aldo memukul wajah arga dengan sangat keras hingga membuat arga menolehkan wajahnya kekanan namun tidak sampai membuat pria tersebut tersungkur.

Arga memegangi pipinya yang terkena tinjuan dari aldo.

"Andai aja yang sabrina cintai itu gue dan buka laki-laki berengsek kaya lo! Gue gak bakal biarin dia pergi, lo denger itu!!" ucap aldo dengan menekan kata cinta pada ucapannya.

"Tapi sayangnya bukan gue yang sabrina cinta, tapi lo! Jadi yang bisa cegah sabrina pergi itu cuma lo ga! Cuma lo!" lanjut aldo dengan Frustasi.

Arga hanya terdiam mendengarkan perkataan aldo.

"Inget ga, lo bakal nyesel seumur hidup lo kalo sampek lo biarin sabrina pergi, dan lo juga bakal kehilangan dia untuk selamanya!" ucap aldo yang terakhir kali dan langsung meninggalkan arga sendiri.

Arga tidak bisa membiarkan gadisnya pergi dari dirinya, setidaknya tidak untuk yang kedua kalinya. Setelah arleta, ia juga tidak mau kehilangan sabrina.

Arga langsung berlari keluar dari dalam kamarnya, ia harus menghentikan gadisnya pergi.

Arga bahkan tidak menghiraukan panggilan aldo, ia langsung memacu mobilnya dengan kecepatan penuh untuk segera sampai dibandara sebelum sabrina pergi.

Arga mengumpat dalam hati saat dirinya harus terjebak dalam kemacetan ibu kota. Arga akhirnya memutuskan untuk menaiki ojek dan meninggalkan mobilnya begitu saja, yang terpenting saat ini adalah ia dapat mencegah sabrina pergi untuk meninggalkannya.

"15 Menit lagi gue lending nih" ujar sabrina pada vanesa yang terlihat sedih.
"Huft, emang gak bisa di undur ya na?"

"Ya enggak lah sa" jawab sabrina sambil terkekeh.

"Sayang ayo, bentar lagi pesawat kamu bakal berangkat" ujar wijaya.

"Tapi aldo?" ujar sabrina sedikit risau karena belum berpamitan pada pria tersebut.

"Udah na, entar biar gue yang nitipin salah lo buat dia" ucap vanesa.

"Iya udah deh"

Setelah itu sabrina berjalan untuk cek in tiket miliknya sebelum masuk ke dalam pesawat.

Arga berlari sekuat tenaga berusaha mencari sabrina dari sekian banyak orang yang berada di bandara tersebut, ia harus bisa menghentikan gadisnya untuk meninggalkannya. Kalau tidak ia akan menyesal seumur hidupnya.

Arga mengacak-acak rambutnya frustasi saat tidak kunjung menemukan sabrina.

Sabrina melambaikan tangannya kepada sang ayah, airin dan juga vanesa yang juga melambaikan tangannya ke arahnya. Rasamya begitu berat untuk meninggalkam orang-orang yang ia sayang, tapi mau bagaimana pun ini adalah keputusannya.

Setelah itu sabrina langsung memberikan tiketnya dan masuk ke dalam pesawat yang akan lepas landas sebentar lagi.

Pesawat lion air tujuan Jakarta paris akan segera lepas landas....

Arga yang mendengar suara dari petugas bandara tersebut pun langsung berlari menuju pesawat yang akan segera berangkat menuju paris tersebut.

Disana arga menemukan vanesa dan juga kedua orang tua sabrina yang sedang berjalan pergi.

"Sabrina!...." teriak arga sambil berlari menuju pintu pesawat yang hampir ditutup.

Vanesa pun langsung terkejut ketika mendapati arga yang meneriaki nama sabrina dan berlari menuju pintu pesawat yang di naiki sabrina.

"Arga.. " lirih vanesa.

Arga berlari menuju petugas bandar yang baru saja menutup pintu pesawat tersebut.

"Mba tolong buka pintunya, saya mau cegah pacar saya pergi" ucap arga sambil memukul-mukul pintu tersebut.

"Maaf mas, tapi pesawat akan lepas landas" ujar petugas bandara tersebut..

"Mba saya mohon mba pacara saya ada di dalam dan saya gak mau di pergi!!" bentak arga tanpa sadar pada petugas bandara tersebut.

"Oh shit!"

Arga langsung berlari begitu saja saat mendapati pesawat yang di tumpangi sabrina sudah lepas landas.

"Sabrina!... Lo gak bisa pergi tinggalin gue gitu aja na!" ucap arga seraya berlari mengikuti pesawat tersebut yang sudah berjalan.

"Na gue sayang sama lo na.. "

"Na gue emang bodoh!  Lo bisa hukum gue sesuka lo"

"Na please jangan tinggalin gue... " arga terduduk dilantai didepan kaca besar yang transparan.

Terlambat, sabrina gadisnya telah meninggalkannya. Pesawat yang sabrina tumpangi sudah lepas landas.
Arga menatap pesawat tersebut dengan perasaan sesak di dadanya. Bodoh, ia telah terlambat mencegah gadisnya untuk pergi. Arga telah kehilangan sabrina untuk selamanya, ia tak akan lagi dapat melihat wajah gadisnya. Dirinya telah kehilangan lagi cintanya untuk kedua kalinya karena kebodohannya yang membalaskan dendam dimasa lalunya, yang telah membuat ia kehilangan cintanya lagi.

Tanpa sadar setetes air mata telah jatuh membasahi pipinya yang juga mewakili perasaannya saat ini.

Extra chapter buat kalian para pembaca setia sabrina 😊

Extra chapternya emang sedikit panjang ya hehe:)

Klo ada typo atau segala macam, harap maklumi:')

Update sesuai janji ya:D


Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 66.2K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
161K 12.2K 72
"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak...
61.8K 5.9K 43
(Belum Direvisi) Terkadang, apa yang terlihat baik di luar, tidak begitu pula di dalam. Seperti Daisy Ambarilis. Selebgram sekaligus vloger cantik ya...
32.7K 1.5K 41
Patah hati telah mengajarkanku berbagai pengalaman. Setiap jatuh cinta kita harus siap untuk terluka, patah hati, tangis, tawa dan lainnya.