Blessing In Disguise

By Kiriya_Hiiragi

542 63 38

[Tsukipro Fanfiction] [Shu x Eichi] Quell ff. Eichi hanya bisa ber-facepalm. Hidupnya yang tenang, tiba-tiba... More

i
ii
iv
v

iii

75 11 3
By Kiriya_Hiiragi

Disclaimer: Tsukipro the Animation © Tsukino Talent Production

Summary: [Shu x Eichi] Quell ff. / Tsubasa senyum lebar. "Jadi kenapa kamu pakai baju Shu?"| Ceritanya panjang. | "Papa kok kepo berkarbonasi narsis." |Berkarbonasi...?| "Berkolaborasi kali, nak." Shu perlu loading tiga detik. Anak tk jangan sok gaul, jadinya ngaco.

XoXo-XoXo-XoXo

Blessing in Disguise © Kiriya Arecia

XoXo-XoXo-XoXo

Suatu pagi cerah untuk memulai hari. Mumpung liburan, karena hal itu jarang sekali terjadi—Eichi memutuskan berjalan-jalan di lingkungan baru. Ada beberapa tempat menarik untuk di datangi. Café kecil di sudut kompleks. Ada dua minimarket telah ia lewati, taman kota yang cukup besar dan di datangi oleh keluarga-keluarga yang menikmati hari libur. Banyak anak-anak kecil bermain di sana. Juga ada abang penjual getuk lindri lewat.

Kota tempat tinggal Eichi sekarang memang unik[?].

Ada banyak tempat menarik untuk dijelajahi. Lebih bagus kalau ada teman gandengan, biar tidak nyasar. Seperti apa yang terjadi pada Eichi saat ini.

"Aneh... kupikir aku tadi sudah lewat jalan ini. Apa aku tersesat...?"

Ah, gampang sih. Tinggal tanya jalan pada orang atau lihat gugel map. Opsi lain; nelpon Shu untuk nanya jalan. Sekarang nikmati aja kesesatan ini dulu. Jalan yang sesat memang selalu menggoda.

"A—"

"Eichi!"

Suara yang kecil itu, Eichi mengenalinya.

"Issei, Ichiru!" Eichi mendapati kedua anak itu berlari ke arahnya, ia mengedarkan pandangan, mencari sosok Shu, namun lelaki itu tak terlihat.

"Sedang apa kalian berdua—jangan bilang kalian tersesat?!"

Issei menggeleng, "Enggak, kami habis main ke rumah teman."

"Main ke rumah Kouki!"

"Oh, gitu. Syukur deh." Eichi menghela napas lega.

Yang sedang tersesat kan kamu, Eichi!

"Eichi ngapain di sini?"

"Eh itu—jalan-jalan, hehe."

Nggak keren dong kalau bilang nyasar, ya kan bro.

"Sendirian?"

"Bukannya udah jelas, Issei. Kan Eichi jomblo, pastinya sendirian."

Critical hit!

Oi dek. Defenisi jomblo di kepalamu itu gimana sih. Jomblo itu artinya gak punya pacar, bukannya gak punya teman. Hiks.

Issei meraih tangan Eichi, membuat Ichiru meliriknya sesaat.

"Kenapa Issei?" Dahi Eichi berkerut karena hal itu.

Ichiru berdehem pelan, "K—karena sepertinya Eichi sendirian, biar jalan-jalannya kami temani."

"Eh~ benarkah?"

Ichiru mengulurkan tangannya malu-malu. Sikap tsundere itu, manisnya~

Jadi pedofil itu melanggar hukum tapinya ya—

Gapapa, Ei. Kan ada bapaknya. Bapaknya aja. (y)

XoXo-XoXo-XoXo

"Kucing!"

"Lucunyaa~"

Jalan-jalan bersama kedua anak itu membuat Eichi lupa kalau dia sedang nyasar dan lupa nyari jalan pulang. Meskipun ada kedai es krim di seberang jalan, mereka malah lebih fokus memperhatikan seekor kucing hitam bergelung di bawah pohon.

(Kata papa gak boleh sering makan es krim, nanti sakit gigi.)

"Dulu pertama kali ketemu Eichi juga begini."

"Waktu itu asik melihat kucing ya."

Kupikir saat itu aku akan di jemput malaikat.

"Aa—kucingnya lari."

Mata mereka mengarah pada kucing yang tiba-tiba berlari ke balik semak-semak. Membuat Ichiru mengejarnya.

"Akan aku tangkap!"

"Tunggu Ichiru!"

Refleks mereka mengikuti langkah adik kembar Issei melewati semak-semak dan pepohonan. Kecil-kecil cabe rawit, larinya cepet juga. Gedenya bisa jadi pencuri ini; pencuri hati. Eichi sempat membatin. Gak bisa lari cepat karena banyak dahan pohon, kalau tidak fokus bisa kejedot. Resiko pemilik bodi menjulang; dahi kepentok atau kena suruh memasang bohlam.

"Huh...? Ini dimana lagi..." Eichi semakin tidak mengenali tempat yang mereka lalui.

"Kucingnya, aku dapat." Ichiru memeluk kucing yang dikejarnya.

"Tapi kita tidak dapat memeliharanya di rumah, Ichiru." Issei mengingatkan.

"Kau benar... kita mengurus diri sendiri saja masih belum baik. Sering lupa naroh kaos kaki dimana."

"Huum. Masih sering merepotkan papa. Kita belum bisa bertanggung jawab untuk kehidupan makhluk hidup lain."

Eichi jawdrop. Dek, kalian belajar dari mana pembicaraan macam ini?! Pengaruh dari papa kalian yak?! Anak tk bicara tentang tanggung jawab, harusnya para pemimpin yang mikir begitu—

"Ehm, mungkin saja ia punya pemilik. Lihat, penampilannya manis dan terawat, kan?" Eichi berujar.

Dengan enggan Ichiru melepaskan sang kucing. Namun kucing itu justru duduk manis di samping kakinya. Ia mengeong sebelum berjalan pelan, seakan mengajak mereka untuk mengikuti. Issei tampak tertarik dan mengiringinya.

"E—eh, Issei...? Mau kemana?" Eichi turut mengikutinya.

Kenapa dua anak ini mudah sekali terbawa arus?! (Kamu juga begitu Eichi!)

Kucing hitam itu berhenti di sebuah pintu café. Tsukiuta Café.

Café nya tidak terlalu mencolok, namun ada blackboard bertulis menu hari ini di depannya. Papan menu terlihat lucu karena di dekorasi penuh tulisan warna warni, gambar kelinci serta kucing.

"Yamato. Aku mencarimu kemana-mana. Makan siangmu sudah siap lho."

Seseorang bersurai pirang mendekati sang kucing hitam. Ia menyadari keberadaan Eichi, senyum menyilaukan tertangkap netra Eichi.

"Pengunjung? Kalian beruntung sekali, kami punya banyak kue yang baru keluar dari pemanggang."

"Kue!" Ichiru meraih tangan Eichi. "Ayo ke sana! Ayo!"

"Aku baru tahu ada tempat seperti ini." Issei kalem, tapi matanya berbinar.

"Tenang aja, papa ngasih uang buat jajan. Biar Eichi kami traktir!"

"Eh—" Ia digandeng dua anak kecil secara sepihak masuk ke dalam. Berasa kayak ditarik paksa malaikat ke surga.

Jadi sekarang nyasarnya jadi bertiga ya—

[Blessing in Disguise]

Tempat yang di penuhi cake, roti, parfait, es krim; secara metafora memang surga bagi para pecinta makanan manis. Benar, penampakan luar cafenya terlihat sederhana. Tapi para pegawainya benar-benar menyegarkan mata. Eichi sampai terpesona. Ada dua orang yang tampaknya bertugas di konter, ber-name tag Aoi dan Yoru. Beberapa pelayan sibuk melayani pelanggan dan menangani pembeli yang membayar di meja kasir. Café ini ternyata cukup ramai.

"Mau pesan apa?" pelayan tinggi bersurai kecoklatan bernama Kai berdiri di hadapan meja mereka. Cengiran tampan darinya membuat Eichi tergagap.

"E—eh, itu..."

"—Pesan ditemani kamu aja mas, boleh gak?"

Yang ngomong bukan Eichi kok, tapi pelanggan wanita di kursi sebelah, pada pelayan bersurai hitam legam bermuka poker face tapi ganteng.

"Maaf, aku lagi kerja ini mbak. Ntar istriku marah."

"Ehh~ sudah punya pasangan?"

"Itu, si pirang manis yang lagi motong cake pake piso tajam di konter."

Owalah, sudah ada yang punya toh. Refleks Eichi turut menujukan pandangan ke konter. Si pirang—maksudnya pasti sosok pembuat kue yang menawari mereka masuk tadi. Pisaunya barangkali baru di gerinda, kinclong banget. Pasti ampuh buat sekali potong, otomatis terbelah—kuenya. Buat nusuk juga kayaknya langsung jleb. Eichi bergidik.

"Eichi!" Ichiru berseru. Membuat fokus Eichi teralih padanya.

"Eeh, pesan apa ya? Kalian berdua mau yang mana?"

"Yang ini! Ada banyak krimnya!" Ichiru menunjuk gambar cake yang menurutnya enak. Begitu pula dengan Issei, meski tanpa suara, semangat untuk menikmati kue jelas terpancar dari irisnya.

"Oke, satu Strawberry Short Cake, Mille Crepe, Tiramisu Cake," Eichi berdehem. Memesan tiga potong cake dan jus buah untuk mereka. Ia menikmati waktu makan bareng, walau kadang cake bagiannya kena comot si kembar.

Ga papa, Eichi ikhlas. Dia memang ada niatan pengen diet makanan berkalori. Takutnya kena diabetes. Gara-gara sering kena gombalan Shu dan melihat kemanisan si kembar melulu—

Dalam hitungan beberapa menit, Eichi menemukan panggilan akrab untuk si kembar; Isse dan Icchi. Saat bayar di kasir, Eichi memutuskan untuk mentraktir keduanya agar ia terlihat sebagai sosok orang dewasa yang keren. Menghindari julukan jones kere dilontarkan oleh Ichiru.

Sang pegawai ber-name tag Yoru berkomentar, "Kembar ya, lucu banget."

Eichi tertawa canggung, ini pasti dia dikira ortu si kembar lagi.

"Iya mereka lucu, hehe."

Yoru menyerahkan uang kembalian, "Tapi ntar pasti bakal cakep kayak papanya, ya."

Eichi iyain aja.

XoXo-XoXo-XoXo

Ujung-ujungnya, tetap saja uang si kembar turut digunakan, untuk oleh-oleh buat Shu kata mereka. Uang saku anak tk yang papanya single pekerja keras memang tidak dapat diremehkan. Dari pada keduanya ngamuk, Eichi menyetujui saja, meskipun tidak tahu kesukaan Shu itu yang bagaimana.

Tapi dari si kembar katakan, sepertinya Shu menyukai Cheese Cake.

Hm, sepertinya Eichi bisa membuat cake seperti itu. Mungkin dia perlu belajar membuatnya nanti. Y—ya, anggap aja sebagai ucapan terima kasih karena ia sering nebeng dan ditraktir makan.

Meskipun sungkan, setengah berbisik, Eichi menanyakan jalan tempat pada Yoru serta arah menuju jalan besar tanpa berniat di notis si kembar kalau mereka sebenarnya nyasar.

Tidak jauh, rutenya adalah lurus saja dari café, belok kanan, belok kiri, lurus di persimpangan jalan. Eichi menghela napas lega. Syukur rutenya tidak zigzag.

"Pulang yuk."

Dan tanpa ia sadar, tangan kiri kanannya digandeng si kembar saat menuju keluar café.

"Anaknya kembar lho, lucu banget ya." Yoru bergumam.

"Pengen punya kembar juga? Ajak You bikin dong, pasti mau dia. Proses pembuatan memang paling penting." Arata bercelutuk.

"Iih!"

Arata kena tampol buku menu.

XoXo-XoXo-XoXo

"Eichi, lihat ada taman bunga!"

Dan sekali lagi, Eichi terseret dari rute seharusnya. Jalan pulang.

"Benar. Cantik sekali."

Ichiru dan Issei berjongkok. Ada banyak hal yang sepertinya menarik perhatian mereka. Termasuk tentang para semut yang terlihat mata Ichiru, hingga ia menanyakannya pada Eichi.

"Eichi, mereka punya keluarga nggak?"

Eichi mana tahu kan, bisa jadi semut itu adalah kepala keluarga yang banting tulang demi keluarganya, atau justru semut itu terlahir sebatang kara untuk bertahan hidup. Tsaahh.

"Semut itu hidupnya berkoloni—berkelompok, jadi mereka semua berteman dan saling bekerja sama! Saling berbagi juga membantu."

"Ohh, mereka hebat! Kalau semut yang ini, cowok atau cewek?"

"Kalau hewan, kita nyebutnya jantan dan betina, bukan cowok dan cewek, Icchi." Eichi menjelaskan.

"Jadi cowo—jantan yang mana?"

Kami-sama... bagaimana cara menjelaskan pelajaran biologi level anak smp pada anak teka. Intinya, Eichi berkata kalau semut ada beberapa jenis, betina biasanya lebih gede dari pada yang jantan. Ichiru manggut-manggut doang. Entah ingat atau nggak setelah dijelasin.

Kalau Issei, tampaknya lebih rasional dari sang adik kalau tentang bertanya.

"Eichi, nama bunga ini apa?"

"Yang merah muda kecil-kecil itu, namanya bunga kosmos. Yang biru, namanya bunga baby blue eyes. Sedangkan yang putih kecil dan wangi itu namanya melati."

"Eichi tahu banyak hal!"

"Itu karena aku suka pada banyak hal, terutama tumbuhan dan bunga. Ketika suka dengan sesuatu, kita akan berusaha mencari tahu tentangnya."

"Ohh!"

"Baiklah. Ayo lanjutkan perjalanan kita!" Eichi tidak ingin terlarut lama-lama, cemas kedua anak itu sudah dicari-cari bapaknya. Khawatir juga bakal ditanyain cara perkembangbiakan tumbuhan serta hewan. Gimana kalau pertanyaannya nyasar ke perkembangbiakan manusia?!

"Aku akan beritahu papa kalau ada tempat makan cake yang enak!" seru Ichiru.

"Dan ada taman yang indah." Tambah Issei. "Nanti kita ke sana ke sana lagi ya, Eichi. Bareng papa juga."

"Hmm... kapan-kapan ya."

XoXo-XoXo-XoXo

"Jalan pulang ke rumah, apa kalian ingat?" mereka berhasil sampai di jalan besar. Eichi menghela napas lega.

Issei mengangguk, "Ingat. Dari sini lurus sampai ke depan."

"Eh, kita searah." Ucap Eichi.

Searah. Lebih tepatnya, tempat tinggal Shu dan dirinya hanya berjarak tidak lebih dari dua belas rumah. Apartemennya bahkan terlihat jelas dari sini. I—Ini pasti kebetulan kan? Eichi langsung seudzon pada Shu. Jangan-jangan Haiduki Fumihiko-san sengaja nyariin apartemen dekat rumah Shu atas permintaan Shu? Tapi Shu bukan sosok yang licik seperti itu?!

Sepertinya ini memang hanyalah kebetulan saja. Eichi mengelus dada, berusaha menyucikan hati dan pikiran yang mulai keruh.

"Oh, kalian sudah pulang... bersama Eichi?" Shu tampaknya sedang membersihkan mobil. Shu yang pakai jas memang keren, tapi memakai pakaian biasa seperti ini juga cakep banget! Basah pula, itu nyuci mobil apa mandi mas? Body nya manly, bisa muncul di iklan parfum pria merk kapak. Punya abs, kami-samaaa. Pengen megang.

"Kami ketemu Eichi di jalan. Lalu makan cake sama-sama, jalan-jalan di taman lihat bunga dan semut!"

Selang air yang dipegang Shu jatuh. Kok kalian gak ngajak-ngajak papa nak. Tahu gini, Shu ikut tadi nganter-jemput si kembar main ke rumah Kouki.

"Oh iya, ini cake yang dipilihkan Isse dan Icchi untuk Shu."

"Wah, jadi ngerepotin."

"Ah, enggak. Belinya pakai uang mereka kok. Mereka maks—bersikeras untuk membeli kue dengan uang jajan sendiri."

"Papa! Lain kali, ayo jalan-jalan bareng Eichi!"

Sip banget itu!

Shu berdehem sambil meraih selang yang terabaikan, "Terima kasih. Itu ide yang bagus sekali. Eichi mau kan, di masa depan nanti bersama-sama dengan kami?"

Eichi menggaruk pipinya, "Eh, kalo soal itu sih ten..."

Tunggu—kok kata-katanya ambigu begitu?

XoXo-XoXo-XoXo

"Aku akan taruh kuenya papa di kulkas." Issei menginterupsi keheningan yang tercipta. Paper bag beralih tangan.

"Eichi pasti mau jalan-jalan bareng lagi! Soalnya udah janji. Oiya, Eichi mau mampir ke rumah? Aku punya banyak koleksi batu yang bagus!" Ichiru berseru.

"Batu...?"

Kerikil? Akik? Phosphophyllite?

"Iya! Ada basalt, obsidian, pumice, sandstone—sisanya aku lupa. Namanya susah-susah sih."

Ehhh?! Dek, kamu gak tau masalah semut tapi kok tahu batu-batuan segitunya?!

"Se—sepertinya menarik. Tapi sudah sore, aku harus pulang."

Siapa sangka kegantengan Shu terabaikan oleh keimutan si kembar. Tapi ngomong-ngomong soal terabaikan, Shu jadi bingung, kok tiba-tiba selangnya jadi mampet tidak berfungsi lagi.

"Kenapa Shu?" Eichi mendapati wajah heran itu.

"Padahal tagihan air udah bayar tepat waktu tapi mendadak airnya malah berhenti keluar."

Eichi memperhatikan lebih pasti, "Mungkin ada masalah pada keran atau selangnya...?"

Pandangan mereka berdua tertuju pada selang panjang yang ternyata terinjak oleh Ichiru.

"Aa—aku nggak lihat." Ichiru segera mundur beberapa langkah.

Air kembali menyembur dengan lancar, membuat Eichi merasakan sensasi yang dialami mobil Shu. Dingin bro. Tapi segar.

XoXo-XoXo-XoXo

"Eichi! Maaafff!" Ichiru berseru panik.

"Ichiru, tolong segera ambilin handuk ." Shu memberikan titah. Membuat Ichiru langsung melesat otw ke rumah.

"Eichi, kamu gak kenapa-kenapa? Apa airnya masuk mata? Hidung?"

Wajahnya dipegang Shu, surainya yang lepek menutupi dahi disingkirkan. Mendadak suhu wajah terasa hangat.

"Eeh, nggak apa-apa kok! Cuman basah doang!"

"Papa, Eichi, kok kalian mandi bareng di halaman sih, harusnya di kamar mandi dong." Issei muncul dengan wajah inosen tanpa tahu situasi. Heran kenapa dua orang itu basah-basahan di halaman, disana kan gak ada sabun.

Dek, kita nggak mandi bareng, jangan mengucapkan kata-kata yang dapat mengakibatkan fitnah.

XoXo-XoXo-XoXo

"Suer, aku nggak sengaja, Eichi. Maafin ya." Ichiru menatapnya dengan puppy eyes.

Eichi mengeringkan kepalanya dengan handuk, "Gapapa Icchi."

Dipinjemin pakaian oleh Shu dan dibikinin teh hangat. Bahkan udah menelaah ruang tamu dan kamar mandi beraroma mountain pine. Ini moment tidak terduga.

"Anu, nanti sweaternya bakal aku balikin secepatnya, Shu."

"Santai aja. Balikin pas ketemu di kantor juga gak apa-apa."

No no no, itu berbahaya! Yang ada nanti Eichi malah diinterogasi staf kantor. Dikira modus ke Shu.

XoXo-XoXo-XoXo

Langkah Eichi didahului oleh mobil yang memasuki area parkir halaman apartemen, ia segera mengenali sosok yang keluar dengan kacamata hitam dan penampilan modis. Okui Tsubasa.

Di tangan kirinya ada beberapa paperbag berisi kain satin dan batik, juga cake karena ada aroma manis yang tercium, Eichi juga bawa sesuatu sih—kantung kresek berisi pakaiannya yang basah.

"Oh, Eichi!"

Eichi tersenyum simpul, "Tsubasa, selamat sore."

"Sore—" Tsubasa melepas kacamatanya, dahinya berkerut seraya memperhatikan penampilan Eichi, "Rambut tampak basah dan penampilan terlihat segar, yang dipakai juga bukan baju milik sendiri. Yang kau pakai ini sweater milik Shu kan? Kok Eichi bisa memakainya? Apakah kalian...?!" Mata Tsubasa menatapnya tidak percaya. Seakan Eichi telah melakukan dosa besar.

"Ehh?! Ehh?! Kami nggak ngapa-ngapain kok, serius! Sumpah! Lagian kok bisa tahu ini punya Shu?!"

Emangnya ada nama Shu gitu di sweater yang Eichi pakai?!

"Kirain abis mandi bareng."

Err—basah bareng sih iya.

"Tentu saja aku tahu, yang bikin pakaian ini kan aku! Dia rekues hadiah sweater keren buat ultahnya tahun kemarin."

Eichi sweatdrop, "Ehh, gitu ternyata..."

"Heeh~ Jadi Shu minjemin pakaiannya ke Eichi..." Sebuah senyum mencurigakan tertangkap mata Eichi.

"Kenapa, Tsubasa...?" Eichi waswas.

"Ah, gak apa-apa. Ngomong-ngomong aku tadi habis beli cake, makan bareng aku yuk."

"Tapi aku—"

"Oh iya, Rikka dan si kembar pernah jadi endorse di butik tempatku kerja, ada koleksi foto-foto mereka lho di apartemenku. Pengen lihat sambil makan cake?"

Si kembar, pakai macem-macem baju pasti cute!

"Pengen lihat." Diucapkan secara mantap dan pasti.

"Kuy."

Fix. Gagal diet.

"Sekalian, kita foto-foto bareng ya."

"Buat apa?"

"Hobi aku aja." Tsubasa senyum lebar. "Jadi kenapa kamu pakai baju Shu?"

Ceritanya panjang.

XoXo-XoXo-XoXo

Berlatar belakang tempat di ruang tamu, Shu menumpu dagu dengan kedua tangannya, wajah gantengnya terlihat serius. Ia menatap si kembar.

"Jadi... jalan-jalan ya. Apa ada orang lain yang pergi bersama kalian selain Eichi? Cowok yang lebih ganteng dari papa gitu?"

Ichiru menyendok cake jatah Shu, "Nggak ada. Cuma jalan dengan Eichi kok."

"Kalian ngobrol tentang apa? Ada gak Eichi bilang papa ganteng gitu?"

"Papa kok kepo berkarbonasi narsis."

Berkarbonasi...?

"Berkolaborasi kali, nak." Shu perlu loading tiga detik. Anak tk jangan sok gaul, jadinya ngaco.

Ichiru mengangguk-angguk, "Iya itu deh pokoknya pa. Kami tadi ngebahas semut! Papa tau gak, kata Eichi, semut itu hidupnya berkoloni! Terus semut punya ratu loh!"

"Wah, itu pembicaraan yang berbobot sekali...?"

Jadi, ini artinya tidak ada list orang yang bakal jadi saingan pedekate. Sip!

"Aa—" Issei menatap Shu serius, "Papa suka sama Eichi ya?"

"Eh? Kenapa Issei berpikir begitu?" keringat dingin muncul.

Itu adalah pertanyaan berbahaya bagi masa depan Shu. Ia harus menjawabnya dengan hati-hati. Jangan sampai perasaannya terciduk dengan mudah.

"Kata Eichi, ketika suka dengan sesuatu, kita akan berusaha mencari tahu tentangnya."

"O—oh begitu..."

Tampaknya Issei akan jadi anak yang cerdas di masa depan.

Nak, papa bangga sama kalian.

[Blessing in Disguise]

Tsubasa : ping!

Pertanda pesan masuk muncul di layar ponsel Shu. Sepertinya Tsubasa mengiriminya foto.

Tsubasa : [foto Tsubasa bareng Eichi]

Tsubasa : [foto Eichi sendirian]

Tsubasa : [foto Eichi makan cake]

Shu : thx

Shu : [love] [love]

Tsubasa : [lol] [lol] kamu keliatan ooc

Tsubasa : harusnya send stiker [love] ke Eichi dong [lol]

Tsubasa : btw Eichi cocok pakai baju itu [lol]

Tsubasa : mo ku bikinin sweater versi couple nya? [wink]

Shu : nice idea

Shu : nanti aku traktir makan steak wagyu

Tsubasa : steak antelop

Shu : ok

Tsubasa : Yeay!

Save picture.

XoXo-XoXo-XoXo

Ini hari yang cukup mengesankan bagi Eichi. Di masa depan, mungkin banyak hal dan perjalanan yang lebih menarik, jika di lalui dengan mereka. Issei, Ichiru dan tentunya Shu.

Ia tersesat, bertemu Issei dan Ichiru, menemukan café penuh cake enak bernama Tsukiuta dan melihat taman bunga yang indah, membahas tentang semut. Juga melihat fanservice body Shu yang mantep pisan.

Udah gitu kesembur air keran, dipinjemin baju oleh Shu, ngeteh, sempat lihat batu koleksi Ichiru, dikepoin Tsubasa, makan cake lagi sambil ngobrol, lihat koleksi foto Rikka dan si kembar, selfie bareng—banyak yang terjadi hari ini. Termasuk gagal diet.

Some beautiful paths can't be discovered without getting lost.

Indeed.

XoXo-XoXo-XoXo

[tbc]

XoXo-XoXo-XoXo

a/n:

1] Terjemah: Beberapa jalan yang indah tidak dapat ditemukan tanpa tersesat lebih dahulu.

2] Ada yang nanya siapa John-san, dia penyanyi solo di agensi Tsukipro, sekaligus songwriternya Nagatsuki Yoru dan Asagiri Akane [Tsukiuta] Aslinya, dia yang bikin lagu-lagu Solids, Soara dan Growth. Cmiiw ;)

21/07/2018 (ffn, ao3)

28/02/2019 (wp)

-Kirea-

Continue Reading

You'll Also Like

165K 5.9K 91
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...
1.1M 61.2K 38
It's the 2nd season of " My Heaven's Flower " The most thrilling love triangle story in which Mohammad Abdullah ( Jeon Junghoon's ) daughter Mishel...
410K 12.3K 94
Theresa Murphy, singer-songwriter and rising film star, best friends with Conan Gray and Olivia Rodrigo. Charles Leclerc, Formula 1 driver for Ferrar...
1.2M 52K 98
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC