LUKA

By LeonitaSaputri

1K 6 2

Renita Wijaya, seorang perempuan mandiri dan selalu berusaha terlihat tegar di hadapan semua orang. Dia selal... More

Prolog
Satu - Tentang Kita

Dua - Mencoba Menerima

258 1 0
By LeonitaSaputri

Nita masih berusaha menenangkan tangisnya, sudah hampir 2 jam dia menangis di dalam kamar. Mamanya pun tak mampu membuat Nita keluar kamar, bahkan untuk makan.

"Ka, ayo makan. Lagi ngapain sih daritadi di kamar terus? Kamu ga lapar?" Mama Nita memanggil anak gadis satu-satunya itu untuk makan.

"Nanti aja ma, kakak belum lapar." Jawab Nita berusaha terdengar baik-baik saja.

"Yasudah, makanannya ada di lemari ya kalau mau makan."

"Iya ma." Jawab Nita sekenanya.

Nita masih membaringkan tubuhnya di kasur, air matanya masih belum ingin berhenti mengalir menangisi kisah cintanya yang baru saja berakhir. Sampai akhirnya dia tertidur karena kelelahan menangis.

Alarm handphone Nita berbunyi, menunjukkan jam 5 pagi. Nita terbangun untuk shalat subuh sambil lebih dulu melihat ke cermin yang ada di kamarnya.

"Ya ampun, mata gue bengkak! Bisa-bisa ditanyain Mama Papa ini kenapa bisa bengkak" gerutu Nita saat melihat wajah dan matanya yang bengkak karena terlalu banyak menangis. Perut Nita berbunyi, tanda bahwa dia sangat lapar karena semalam belum makan sama sekali.

Nita menengok ke layar handphone yang ada di kasurnya. "Dia tidak membalas sama sekali, huft. Ngapain juga gue masih ngarep."

Setelah shalat subuh, Nita berpapasan dengan Mamanya saat hendak mengambil makan.

"Ka, mata kamu kenapa? Kok bengkak? Kamu abis nangis? Ada apa?" Tanya Mama Nita bertubi-tubi.

"Engga apa-apa ma, semalem abis nonton drama korea yang ceritanya sedih. Makanya nangis, jadi bengkak deh matanya." Jawab Nita sekenanya supaya Mamanya tidak khawatir.

"Kamu ini, nonton drama korea terus sampe lupa makan. Awas ya kalau sampe sakit lambung kamu kumat gara-gara telat makan." Omel Mamanya pagi-pagi sekali.

"Siap Ibu Negara, engga bakal sakit kok! Tenang aja." Ucap Nita sambil mencium wanita yang paling disayanginya itu.

Bagi Nita, Mama dan Papa adalah pahlawan dalam hidupnya. Sang Ayah yang hanya seorang Satpam di sebuah pabrik, rela banting tulang menghidupi Mama dan 4 anaknya tanpa kenal lelah. Ayah Nita rela menempuh jarak ratusan kilometer untuk bekerja setiap harinya, dia tidak mau mengontrak atau menetap di kota tempat dia bekerja. Baginya jarak ratusan kilometer tidak ada apa-apanya dibandingkan waktu yang bisa dihabiskan bersama keluarga.

Sang Mama hanyalah seorang ibu rumah tangga. Sejak Nita lahir, Mamanya memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai pegawai pabrik di kota pinggiran Jakarta. Nita lahir saat Mama dan Papanya masih berjuang untuk hidup layak.

Mama dan Papanya kerap bercerita bagaimana dulu kehidupan mereka sangatlah susah. Mengadu nasib di kota saat Nita dan adik pertamanya lahir, mengontrak di kontrakan yang kecil, berhutang ke sana kemari saat Nita sakit keras tapi mereka tidak punya uang untuk berobat, ditipu keluarga sendiri saat diiming-imingi untuk menjadi PNS hingga rugi sangat banyak. 

Ya, hidup mereka tidak pernah mudah, itulah sebabnya selama ini Nita selalu menyembunyikan masalahnya sendiri. Nita tidak pernah bercerita tentang kesulitannya kepada Mama dan Papanya karena tidak mau menambah beban hidup mereka.

"Maaf ya Ma aku harus berbohong, aku ga mau Mama sedih lihat anaknya disakitin sama orang yang selama ini sudah Mama anggap anak sendiri. Nita bisa laluin ini semua ko Ma, pasti bisa." Batin Nita meyakinkan dirinya sendiri kalau dia akan baik-baik saja.

***

"Kaka berangkat ya Ma, Assalamualaikum." Pamit Nita pada Mamanya sambil mengecup pipi wanita paruh baya itu.

"Iya, walaikumsalam. Hati-hati ya" Ucap Mamanya sambil menatap gadis ceria yang selalu membuatnya bangga menjadi seorang ibu.

Kali ini Nita berangkat ke Kampus dengan naik bus kota, karena dia sudah putus dari Rimba dan sudah tidak mungkin juga untuk berangkat kuliah bersama. Setelah sampai di Kampus, Nita mulai berbaur dengan teman satu gengnya, Naura, Cindy, Tyas, dan Metha, Bayu, Ilham.

"Ta, kenapa tuh mata? Kaya abis disengat tawon gitu bengkaknya!" Ucap Tyas saat pertama kali melihat Nita di hadapannya.

"Semalem gue abis nonton drama korea, sedih banget ceritanya sampe bikin gue nangis. Eh pas bangun malah bengkak mata gue." Ucap Nita lagi-lagi berusaha menutupi kesedihannya.

"Ah bohong lo, pasti abis berantem ya sama Rimba? Ngaku deh!" Potong Metha yang sudah tahu kalau sahabatnya yang satu ini pasti berbohong.

"Udah deh, lo tuh ga pinter bohong. Ga usah sok-sokan tegar depan kita, cerita aja." Tyas langsung menimpali.

"Iya gue gapapa, masih baik-baik aja sama Rimba. Kalau ada apa-apa gue pasti cerita kok ke kalian, yuk ah masuk kelas!" Dalih Nita berusaha meyakinkan sahabat-sahabatnya kalau dia baik-baik saja.

"Bener ya, awas loh kalau kenapa-kenapa. Kita yang paling pertama akan maju kalau lo disakitin sama dia" Ucap Ilham sambil merangkul Nita dan berakhir dengan cubitan di perutnya.

"Khawatir sih khawatir tapi ga usah rangkul-rangkul juga kali!" Canda Nita sambil berusaha lepas dari rangkulan Ilham yang sedang kesakitan akibat cubitan di perutnya.

Terima kasih Tuhan, Engkau memberiku sahabat-sahabat yang sangat baik dan selalu bersedia menemaniku. Aku pasti bisa melewati semua ini, iya aku yakin. Batin Nita sambil memandangi wajah sahabat-sahabatnya yang dia kenal dari awal kuliah.


***

Sudah 3 hari setelah Rimba memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Nita, dan sudah 3 hari juga Nita berusaha keras untuk bangkit dari kesedihan yang seakan begitu erat memeluknya. Sulit rasanya mulai membiasakan diri untuk tidak peduli pada Rimba yang dulu selalu ada menemani aktivitasnya. Namun disatu sisi, Nita juga enggan untuk menghubungi Rimba duluan karena gengsi.

"Masa iya gue yang hubungin duluan, gengsi." Ucap Nita sambil berkali-kali melihat layar ponselnya yang dia harap tiba-tiba muncul pesan dari Rimba.

Nita menghabiskan waktunya dengan berangkat kuliah, lalu menonton drama korea favoritnya setiap pulang kuliah. Nita berharap hal itu bisa membuat hatinya merasa lebih baik dan untuk mengalihkan konsentrasinya pada kesedihan yang sedang dia alami.

 Tapi nihil, dia tetap saja menangis setiap malam setiap kali teringat semua kenangan yang mereka lewati bersama. Bagaimana dulu awal mereka bertemu, dan bagaimana gigihnya perjuangan Rimba untuk mendekati Renita yang dikenal sebagai wanita yang susah untuk didekati karena jutek dan keras.

Nita mulai tidak nafsu makan, dan mulai sering begadang. Karena setiap makan, perutnya akan langsung mual dan tidak menerima untuk diisi.

"Ma, kayanya asam lambungku kumat." Ucap Nita pada Mamanya yang sedang menonton televisi.

"Tuh kan, apa Mama bilang. Jangan suka telat makan, kamu tuh punya sakit lambung. Pola makannya dijaga." Omelan khas ibu-ibu saat anaknya mengeluh sakit.

"Iya-iya, orang lagi sakit malah diomelin. Papa pulang kapan Ma? Kaka mau dianter berobat" Ucap Nita mulai kesal karena diomeli Mamanya.

"Sebentar lagi juga pulang, tunggu aja ya. Nanti langsung berobat. Kamu kenapa Ka, akhir-akhir ini kok mukanya sedih terus kaya engga punya semangat hidup gitu. Dan Rimba juga kemana Ka, kok ga pernah ke sini lagi?" Cecar Mama pada Nita.

"Duh Ma, banyak banget sih pertanyaannya kayak wartawan aja. Rimba lagi banyak tugas, makanya belum sempet ke sini. Dan Kakak cuma lagi capek aja, stress ngerjain skripsi." Jawab Nita sekenanya karena malas menanggapi pertanyaan seputar Rimba.

Nita pun akhirnya pergi ke Dokter diantar oleh Papanya. Sebenarnya Nita terbiasa pergi sendiri karena tidak ingin merepotkan siapa-siapa, tapi untuk kali ini Nita tidak ingin pergi sendirian karena badannya sangat lemas karena terus-terusan muntah saat diisi makanan.

"Kamu lagi stress ya? Makanya asam lambungnya naik." Selidik dokter Yeni, dokter langganan keluarga Nita.

"Iya dok, stress lagi ngerjain penelitian skripsi."

"Yaudah, ini saya resepkan obat lambung ya, makannya dijaga jangan sampai telat. Jangan makan yang terlalu asam, santan dan pedas" Ucap dokter Yeni sambil menuliskan resep di kertas.

"Siap dok, terima kasih banyak." Balas Nita sambil tersenyum ramah.


***

Sudah 3 hari Nita tidak tidur, asam lambungnya pun tak kunjung membaik. Setiap ingin tidur, jantung Nita berdebar sangat kencang, dan membuat dia sesak napas. Nita tidak tahu apa yang dia alami saat ini, yang pasti dia sekarang hanya ingin tidur. 

Mama Nita pun kebingungan dengan apa yang terjadi pada anaknya, walaupun sudah ditemani tidurnya, Nita tetap saja gelisah dan tidak bisa tidur sama sekali. Hingga pada hari ke empat, Nita sudah benar-benar lelah.

"Ma, aku capek. Aku pengen tidur. Kenapa setiap mau tidur dadaku sesak, ayo kita ke dokter Ma. Aku mau minta obat tidur." Keluh Nita pada Mamanya.

"Iya sayang, kita ke dokter sekarang, kamu lagi ada masalah atau kenapa Kak? Sampai uring-uringan kaya gini. Cerita dong ke Mama, supaya lebih lega." Ucap Mama Nita sambil memeluk anak kesayangannya itu.

Nita berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengatakan segala kejadian yang dia alami akhir-akhir ini, hingga membuat dia sampai tidak bisa tidur sama sekali. Segala kejadian yang dia kira bisa dia atasi sendiri. Tapi mungkin ini adalah batas akhir Nita memendam segala sedihnya sendirian tanpa pernah bercerita pada siapapun.

"Aku udah putus Ma sama Rimba, dia mutusin aku." Kata pertama yang Nita ucapkan dengan sekuat hatinya.

"Sejak kapan Kak? Apa masalahnya sudah engga bisa diperbaiki lagi sampai kalian putus?"

Nita mulai menangis, tangis yang dia tahan beberapa waktu ini pun akhirnya pecah.

"Dia lebih milih cewe lain ma, dia selingkuh dari aku. Salah aku apa Ma? Salah aku apa sampe dia tega ninggalin aku kaya gini?" Ucap Nita sambil menangis semakin keras.

"Udah Kak, udah. Semua pasti ada hikmahnya, engga perlu nangisin orang yang udah nyakitin kamu. Ga ada gunanya." Mamanya memeluk untuk menenangkan Nita.

"Aku berusaha buat ikhlas Ma, tapi engga bisa. Rasanya sakit banget dada ini tiap inget semua kejadian yang udah aku alami. Aku selalu maafin dia tiap dia bohong sama aku, aku udah berusaha selalu ngalah sama sikap cuek dia. Tapi itu semua ga ada gunanya Ma, dia tetap pergi." Ucap Nita sambil berusaha menenangkan diri tapi tetap tidak bisa, tangisnya semakin pecah.

Rasanya semua kekuatan yang dia punya sudah benar-benar habis, pertahanan yang dia bangun selama ini sudah runtuh, nita hancur sehancur-hancurnya. Dia kehilangan dirinya sendiri dan semangat hidupnya. Hanya karena seorang pria yang berhasil mencuri hatinya lalu pergi meninggalkan luka menganga.

"Aku cuma mau tidur Ma, tidur. Aku capek, aku sakit." Pinta Nita pada Mamanya yang mulai ikut menangis melihat anak perempuan yang sangat dia sayangi begitu terluka.

"Iya sayang iya, kamu tenangin diri kamu dulu ya. Kita ke dokter sekarang." Ucap Mama sambil berusaha membuat Nita tenang.

***

Ayah Nita akhirnya pulang setelah ditelpon oleh sang istri dan mengabarkan kalau kondisi Nita memburuk. Sesampainya di rumah, dia segera masuk ke kamar anak perempuan satu-satunya ini.

"Ka, kamu kenapa? Kata Mama kamu engga bisa tidur berhari-hari." Ucap sang Ayah sambil mengelus rambut anaknya.

"Ayo ke dokter Pa, aku mau minta obat tidur. Aku cuma pengen tidur." Ucap Nita sambil memeluk Papanya.

Sang Ayah pun tidak berusaha bertanya lebih jauh, karena khawatir anaknya akan lebih sedih nantinya.

Nita dan Ayahnya akhirnya pergi ke dokter, dan Nita menceritakan keluhan yang dia alami. Tentang asam lambungnya yang tak kunjung membaik dan diperparah dengan tidak bisa tidur sama sekali.

"Kamu engga perlu obat tidur ta, kamu cuma lagi stress berat, saya engga bisa sembarangan kasih obat tidur ke pasien." Ucap dokter Yeni kepada Nita.

"Tapi saya mau tidur dok, saya capek. Udah berhari-hari saya engga tidur sama sekali." Pinta Nita dengan memelas.

"Ini bukan masalah di fisik kamu, tapi hati kamu yang lagi engga karuan, benar kan?"

"Iya dok." Jawab Nita.

"Yasudah, saya kasih obat tidur dengan dosis yang rendah. Tapi kalau sudah bisa tidur jangan diminum lagi ya." Ucap Dokter Yeni akhirnya mengalah.

"Terima kasih dok, terima kasih banyak." Wajah Nita mulai tersenyum karena berharap kali ini dia bisa tidur.

***

Sudah 2 hari sejak Nita berobat dan mulai meminum obat tidur, tapi sepertinya obat tidur yang dia minum tidak berpengaruh apa-apa, karena nyatanya Nita tetap tidak bisa tidur.

Nita lebih sering terlihat murung, tidak punya semangat hidup, sering menangis dan mulai menyalahkan dirinya sendiri atas segala hal yang dia alami. 

Dia mulai menyalahkan dirinya sendiri yang manja, dan sering ngambek saat berhubungan dengan Rimba. Dia sekarang menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menjadi yang terbaik untuk kekasihnya itu.

"Ini semua salahku, aku bukan wanita yang baik untuk dia. Aku yang manja, aku yang sering ngambek karena hal sepele sama Rimba. Aku yang terlalu posesif sama dia." Ucap Nita pada dirinya sendiri.

"Kenapa selalu aku yang kecewa saat jatuh cinta, dengan yang lain pun sama. Baru kali ini aku serius punya hubungan dan berjalan lama, tapi ternyata sama aja. Aku memang buka cewe yang baik." Lagi-lagi Nita menyalahkan dirinya sendiri.

"Gimana nanti kalau aku punya hubungan lagi? Apa aku akan terus disakiti seperti ini? Apa memang aku engga pantas disayangi? Kenapa Tuhan?" Nita mulai menangis lagi.

Nita menghampiri Mamanya yang sedang memasak di dapur, dan memeluk wanita yang paling dia sayangi ini.

"Ma, aku kenapa sih? Kenapa aku jadi kaya gini? Aku engga ngerti. Aku merasa engga ada gunanya aku ada, aku mulai takut menghadapi sesuatu di masa depan. Aku kenapa Ma, kenapa?"

Sang Mama langsung memeluk anak perempuannya itu. "Ka, sabar sayang. Kamu engga kenapa-kenapa. Kamu yang kuat, kamu pasti bisa hadapin semua ini, percaya sama Mama."

"Aku capek Ma, capek. Aku pengen tidur." Tangis nita kembali pecah.

Nita depresi.

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 131K 45
✫ 𝐁𝐨𝐨𝐀 𝐎𝐧𝐞 𝐈𝐧 π‘πšπ­π‘π¨π«πž π†πžπ§'𝐬 π‹π¨π―πž π’πšπ πš π’πžπ«π’πžπ¬ ⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎ She is shy He is outspoken She is clumsy He is graceful...
3M 95.7K 28
"Stop trying to act like my fiancΓ©e because I don't give a damn about you!" His words echoed through the room breaking my remaining hopes - Alizeh (...
857K 71.5K 34
"Excuse me!! How dare you to talk to me like this?? Do you know who I am?" He roared at Vanika in loud voice pointing his index finger towards her. "...
267K 15.7K 17
"α€˜α€±α€Έα€α€Όα€Άα€€α€œα€¬α€•α€Όα€±α€¬α€α€šα€Ί α€„α€œα€»α€Ύα€„α€Ία€œα€Ύα€―α€•α€Ία€žα€½α€¬α€Έα€œα€­α€―α€·α€α€²α€·.... α€™α€Ÿα€―α€α€Ία€›α€•α€«α€˜α€°α€Έα€—α€»α€¬...... ကျွန်တော် α€”α€Ύα€œα€―α€Άα€Έα€žα€¬α€Έα€€ α€žα€°α€·α€”α€¬α€™α€Šα€Ία€œα€±α€Έα€€α€Όα€½α€±α€€α€»α€α€¬α€•α€«.... α€€α€»α€½α€”α€Ία€α€±α€¬α€Ία€›α€„α€Ία€α€―α€”α€Ία€žα€Άα€α€½α€±α€€...