Fii Amanillah (Telah Terbit)

By rahminurfitriana

5.7K 262 5

Gee, gadis kelahiran Jakarta itu adalah satu-satunya anak perempuan dalam keluarganya. Orangtuanya melarang k... More

[FII AMANILLAH, GEE]
[AWAL RASA]
[SENYUM PENUTUP PILU PADA YUSUF]
[TENTANG LUKA YANG PERNAH TERJADI]
[ILUSI CINTA]
[HANYA TERUNGKAP DALAM HATI]
[CINTA SALAH AKAN MEMATAHKAN]
[SEBUAH USAHA UNTUK LUPA]
[KETIKA GEE KEMBALI KECEWA]
[PERSAHABATAN YANG DILANDA]
[RAHASIA PILU IKO]
[PERNIKAHAN IMPIAN?]
[JANGAN MENINGGALKAN]
[RASA YANG MASIH DITUTUPI]
[SELAMAT TINGGAL, GEE]
[?]
[?]
[TENTANG NOVEL]
[SUARA DARI GEE]
[SUARA DARI YUSUF]
[DARI IKO UNTUK GEE]
[PILIH COVER]
[TELAH TERBIT]
[ORDER VIA SHOPEE]
❀️❀️
[UNTUK: PEMBACA]

[BERTEPUK SEBELAH TANGAN?]

338 19 0
By rahminurfitriana

Suasana kampus sangat ramai seperti biasanya. Mahasiswa terlihat ada yang keluar dan ada yang memasuki ruangan. Keseruan selalu bermunculan di setiap waktu, yaitu adanya para anak muda yang saling bercerita tentang keseharian dan melakukan kegiatan bersama-sama. Tak lama kemudian terlihat Yusuf keluar dari kelas, nampaknya Yusuf sedang mencari seseorang, sesekali ia bertanya kepada teman di sekitar namun ia tak menerima jawaban yang sesuai dengan harapannya.

"Nyari siapa, Suf?" tanya salah satu teman sekelasnya yang sedang sibuk menempel pengumuman lomba di mading kampus.

"Ada liat Iko?"

"Iko, ya? Waduh ga tau nih, soalnya Iko sejak masuk kelas pertama tadi udah duluan keluar, katanya sih mau nemuin seseorang."

"Nemuin seseorang?" tanya Yusuf kepada temannya itu.

"Iya, ya udah aku ke sana dulu yaaa. Mau nempel pengumuman lagi."

"Oh, iya, makasih." Yusuf mempersilakan temannya untuk kembali melanjutkan kesibukan, "mana coba nih si Iko?"

Beberapa saat kemudian terlihat Iko melangkahkan kaki ke arah Yusuf dengan tatapan gembiranya, setelah Yusuf mengetahui bahwa Iko akan mendekatinya, Yusuf pun memasang wajah datar melihat sang sahabat yang dicari akhirnya menampakkan diri.

"Dari mana aja lu, Ko?"

"Kangen ya, Suf? Aww baper deh gue jadinya." Ledek Iko.

"Kagaaakkkk! Idih kagak banget." Tolak Yusuf dengan suara canda yang sedikit keras.

"Kata mereka lu nyariin gua, ada apa emang?"

"Tuh, lu liat." Yusuf menunjuk ke arah kertas yang tertempel di mading kampus kemudian mengajak Iko untuk membacanya.

"Lombanya minggu depan?" teriak Iko.

"Santai aja dong, Ko. Ngomongnya ga usah kenceng-kenceng!!!! Ya iya, lombanya minggu depan, kita jadi ikut ga?"

"Ya jadi dong, ini yang kita tunggu, ga sabar gue buat pertandingan basket ini, kita harus menang, Suf."

"Ya udah, sekarang kita kasih tau teman-teman tim di kelas, biar bisa latihan seminggu ini, ingat yaaa doa dan usaha." Yusuf menepuk pundak Iko beberapa kali kemudian kembali ke dalam kelasnya.

***

Dua hari setelah pemberitahuan lomba disebar, akhirnya Yusuf dan Iko berhasil membentuk tim dari kelasnya, Yusuf mengajak semua anggota untuk ikut latihan di saat jam perkuliahan telah selesai.

Lapangan basket yang berada di tengah-tengah gedung membuat mereka mudah diperhatikan oleh banyak orang. Sesekali sekelompok perempuan meneriaki nama Yusuf dan Iko untuk memberikan semangat.

Sejak mereka masuk kuliah, Yusuf dan Iko telah menjadi idola di kampus. Saat Iko mengambil kesempatan itu untuk dekat dengan perempuan-perempuannya, namun Yusuf memilih untuk tidak memberi harapan kepada siapa pun.

"Semangat Ikooo!"

"Semangat Yusuf!"

Satu per satu suara terdengar.

"Eh, Suf. Liat deh di belakang lu, ada Dena." Bisik Iko yang sesekali memainkan bola basket sebelum latihan dimulai.

"Kenapa emangnya?" tanya Yusuf setelah mengetahui bahwa ada seorang perempuan yang tengah duduk di belakang sambil memerhatikannya.

Dena Marina; Si Cantik jurusan psikologi yang sudah lama menyimpan rasa kepada Yusuf. Rambutnya yang selalu dikuncir satu serta kameja khasnya yang penuh kerapian. Ia teramat sangat menyukai Yusuf. Semua berawal karena dulu Yusuf pernah membantunya saat hampir pingsan di lapangan. Sejak itu hati Dena berbisik akan makna cinta. Gedung perkuliahan yang terletak sangat jauh dengan Yusuf tak membuatnya enggan memerhatikan Yusuf di waktu luang.

"Dena dari dulu ngincer lu tuh. Udah cantik, mulus. Sayang dong kalo lu cuekin terus."

"Mmmm kalo urusam cewek aja tau banget lu, Ko. Gue aja ga tau dia siapa."

"Namanya Dena, lu lupa? Itu yang dulu asmanya kambuh terus lu datang nolongin dia waktu acara peresmian gedung G."

"Lupa, Ko."

"Ah, masa lu lupa?"

"Ya, mana gue ingat. Kan waktu itu banyak cewek-cewek asma, kesurupan, pingsan dan apalah sebagainya. Mana mungkin gue ingat. Lagian gue nolong ga pernah gue ingetin orang-orangnya satu per satu terus gue mintain nomor telponnya kayak lu!"

"Eh, dia pernah curhat ke gue tentang perasaannya ke lu. Kasian tau, dia suka banget sama lu."

"Lalu, lu mau gue ngapain?"

"Coba dong lu kasih kesempatan sedikit buat hati lu itu, Suf. Siapa tau lu juga suka."

"Kenapa harus gitu?"

"Ya, karena kita harusnya menghargai orang yang memiliki penilaian khusus untuk kita, kasian tau, dia cintanya bertepuk sebelah tangan."

"Bukan cinta itu namanya dan menurut gua ga baik mencintai sesuatu yang berlebihan sampai melupakan betapa berharga diri sendiri, gimana mau menghargai orang lain kalau diri sendiri aja ga dihargai."

"Tapi kan, Suf......"

"Gua ga bisa, Ko." Yusuf merebut bola basket dari tangan Iko kemudian memasukannya ke dalam ring.

"Sufff." Iko kembali merebut bola basket dari tangan Yusuf, "lu beneran ga suka?"

"Kenapa emangnya? Mau lu deketin?"

"Ya engga, lah, dia sukanya sama lu, Suf. Bukan gue."

"Kali aja mau lu nikahin, gue sih dukung banget."

"Ah, gua masih betah lajang kali, masih banyak mimpi gue yang belum tercapai."

"Jangan kelamaan ngasih harapan palsu, ingat Ko. Laki-laki sejati itu yang bisa ngasih kepastian dengan jelas, buat apa ngasih hati kalau cuma buat tujuan yang samar." Yusuf merebut bola dari Iko kemudian diikuti oleh teman-teman tim mereka.

Latihan basket hari itu dimulai. Yusuf dan Iko terlihat semakin tampan. Tetesan keringat yang membasahi tubuh seakan menjadi semangat bagi keduanya. Tim yang terkenal hebat itu tentunya memiliki daya tarik sendiri bagi para penonton.

Lapangan pun dikelilingi banyak orang untuk menyaksikan tim Yusuf yang sedang latihan dengan kekuatan maksimalnya.

"Gee?" Yusuf menghentikan permainannya saat melihat Gee berada di pinggir lapangan dengan sebotol air mineral di tangannya, "Gee." Yusuf melambaikan tangan namun banyaknya penonton yang berada di sekitar membuat Gee tidak mampu mendengar suara panggilan dari Yusuf.

Dari arah belakang Yusuf, terlihat Iko berlari dan mendekati Gee.

"Ngapain Iko sama Gee?" hati Yusuf bersuara kemudian ia ikut serta mendekati Gee.

"Heiii, udah selesai latihannya?" tanya Gee kepada Iko dengan akrab.

"Bentar lagi, Gee. Tunggu aku ya. Oiyaa kenalin, ini Yusuf, sahabat aku" Iko memperkenalkan Yusuf kepada Gee.

"Kita udah kenal, malahan aku lebih dulu kenal sama Yusuf daripada sama kamu. Iya, kan, Suf?"

Yusuf terdiam memandang wajah Gee yang sudah beberapa minggu tidak dilihatnya itu.

"Owhh kalian udah saling kenal?" tanya Iko kepada Gee dan Yusuf.

"Iya, kita udah kenal, Yusuf asik banget orangnya." Jawab Gee.

"Wah lu, Suf. Kok kenalan sama cewek ga ngasih tau gua." Ledek Iko.

Yusuf hanya terdiam menyaksikan kejadian tersebut, dengan sedikit rasa sesal saat dirinya tidak pernah menceritakan sosok Gee yang dicintainya kepada Iko dan sedikit rasa cemburu saat dirinya memang sudah mengetahui bahwa setiap perempuan yang mengenal Iko akan mudah dibuat jatuh cinta.

Perlahan Yusuf mengatur napas, berusaha menerima apa yang ada di depannya, tanpa dijelaskan pun Yusuf telah memahami, kini Iko dan Gee memiliki sebuah kedekatan.

"Balik dulu, ya." Yusuf segera berlari untuk kembali ke lapangan.

"Ya udah Gee, aku main sebentar lagi." Ucap Iko kepada Gee.

"Ya udah, semangat. Oh iya ini minum dulu." Gee menyerahkan air mineral untuk Iko dan Iko segera meminumnya, "ya udah balik sana, jangan capek-capek ya, Ko."

Iko melemparkan senyumannya kepada Gee kemudian kembali untuk bermain, "daadaaaaahh, Gee."

Penonton terus memberikan semangat untuk tim tersebut. Yusuf, Iko dan teman-temannya melanjutkan permainan. Gerak tubuh yang hebat dari semua anggota dalam tim. Setelah bola berhasil dikendalikan oleh Iko, Yusuf segera merebutnya dengan keras sehingga tanpa sengaja membuat Iko terjatuh.

"Ikoooo." Teriak para penonton.

"Ikooooo." Gee berlari mendekati Iko di tengah lapangan, "kamu ga papa? Kaki mana yang sakit?"

"Ga papa, Gee."

"Sorry, Ko." Yusuf membungkukkan badannya dan membantu Iko untuk berdiri.

"Iyaaa, santai aja, Suf. Wajar lah namanya juga permainan." Iko menyambut tangan Yusuf.

Yusuf membantu Iko berdiri dengan perlahan dan keduanya saling bergandengan melangkahkan kaki untuk keluar dari lapangan dengan penuh kehati-hatian. Yusuf kembali meminta maaf kepada sahabat yang sangat ia sayangi itu, bagai saudara kembar yang tidak pernah saling jauh, Yusuf dan Iko semakin erat dalam menyatukan langkah.

"Ga tau seberapa besar kecewa tentang hal ini, tapi yang pasti keyakinan akan diberikannya hal lebih baik selalu menjadi cara untuk kembali bangkit," ucap Yusuf dalam hatinya, "duduk di sini." Yusuf mengarahkan Iko untuk duduk di sebuah bangku panjang.

"Makasih, Suf."

"Ikoooo." Susul Gee dan segera mendekati Iko, "tadi aku liat kaki kamu kelipat pas jatuh, sakit banget ya?"

"Aku udah ga kenapa-kenapa kok."

"Gue, ke sana dulu, ya." Yusuf menunjuk ke arah lapangan.

"Mau ke mana, Suf?" tanya Iko.

"Mau ngasih tau ke teman-teman kalau sebentar lagi latihan selesai, lapangan mau dipakai lagi sama tim C." Jawab Yusuf.

"Udaah ah ga usah, tadi kan gue udah kasih tau ke mereka, mereka udah pasti paham kok, biasanya kan juga gitu, Suf."

"Tapi Ko...."

"Udah, lu di sini aja."

"Iya Yusuf, kamu di sini aja sama kita." Sambung Gee dan membuat Yusuf enggan untuk memandang mata indah dari perempuan anggunnya itu.

"Kata-kata dari orang yang kamu cintai itu cukup didengar saja, jika menatap matanya menghadirkan luka terdalam, sekarang aku merasakan apa itu cinta bertepuk sebelah tangan. Ternyata perasaanku selama ini benar-benar salah." Ucap Yusuf dalam hatinya.

"Suf, lu kenapa?" tanya Iko.

"Mmm ga kenapa-kenapa. Gue laperrr sebenarnya." Jawab Yusuf dengan tawa menutup haru.

"Gimana kalau kita makan burger di kantin deket masjid itu, kan bentar lagi masuk sholat Ashar. Habis sholat aja kita makannya." Ajak Iko.

"Aku ikut, ya." Pinta Gee.

"Gue ga bisa nih, Ko. Gua mau pulang cepet hari ini, mau nemenin Ibu." Ucap Yusuf.

"Ahhh, tumben lu nolak ajakan gua, Suf." Iko mengeluarkan suara kecewanya.

"Ya ampun, Ko. Biasa aja dong, kayak ga bakal ketemu gue lagi aja lu." Sahut Yusuf, "ya udah gua balik dulu ya, semoga kaki lu bisa cepat sembuh, kita kan bentar lagi tanding dan buruan ke kantin sana, ga baik berduaan di sini. Daahhh." Yusuf segera melangkahkan kaki untuk pulang meninggalkan Iko yang masih bersama Gee.

"Iyaa,,,, iyaaa, ya udah, hati-hati, ya." Teriak Iko kepada Yusuf.

"Fii amanillah, ganti ucapan kita dengan doa agar di setiap langkah kita selalu dilindungi Allah." Yusuf tersenyum menoleh ke arah Iko.

"Fii amanillah...." Iko membalas senyuman Yusuf.

"Ko?" Gee menatap laki-laki yang ada di sebelahnya itu.

"Iya, kenapa, Gee?"

"Kalian mirip banget kayak orang kembar." Gee tersenyum.

"Kamu tau ga? Kamu adalah orang urutan seribu yang udah bilang kayak gitu."

"Masa, sih?"

"Ya iya. Banyak yang bilang kayak gitu sama kita, tapi sebenarnya aku merasa kalau aku dan Yusuf itu banyak perbedaannya. Wajah juga, wajah kita beda, beda banget malah, coba kamu lihat aku."

Gee semakin memandang wajah Iko yang begitu tampan, laki-laki yang berhasil membuat ia merasakan jatuh cinta kembali. Iko sangat mudah memikat hatinya. Dengan cara sederhana yang begitu akrab Iko pun mendapatkannya. Gee kini mulai memendam perasaan kepada Iko, keseharian mereka lewati bersama, Gee yang mendukung Iko saat mereka melakukan latihan untuk pertandingan, Gee yang memberikan masakan-masakan untuk Iko dan Gee yang selalu ada di samping Iko kapan saja.

Cinta, begitu katanya. Nampak indah, teduh dan mengagumkan. Cinta, begitu katanya, saat mata bersatu merasakan hal serupa dengan tujuan saling memiliki. Namun sayangnya, yang katanya cinta itu diikat dalam sebuah hubungan menenggelamkan. Hubungan yang akan berakibat kekecewaan.

***

Hujan rintik-rintik hadir pada malam itu. Yusuf kembali memasuki kamarnya setelah baru saja ia melaksanakan sholat isya berjamaah bersama ayah dan ibunya. Baju koko berwarna jingga serta peci hitam masih dikenakannya. Sajadah putih yang telah dirapikan diletakannya di atas meja. Dipandanginya foto dirinya sedang bersama Iko sambil memegang bangga piala kejuaraan basket tahun lalu. Wajah bahagia tergambar dari keduanya dalam foto tersebut.
Dengan sengaja, Yusuf menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan kaki yang masih terjuntai tersentuh lantai. Mata yang mengisyaratkan sebuah hal.

"Jadi, perasaan ini hanya ada pada aku sendiri? Tidak ada di dia?" tanya Yusuf dalam kesendiriannya, "lalu hal yang menggetarkan itu maksudnya apa?"

Apa bisa sesegera mungkin rasa itu hilang dan tak muncul lagi? Mungkin jika itu bisa dilakukan dengan mudah, Yusuf akan melakukannya. Menghilangkan rasa yang pernah hadir di dalam hatinya. Meski hanya beberapa saat ia bahagia atas semua itu. Tapi, ia selalu berusaha mengingat bahwa apa yang ia inginkan belum tentu itu yang terbaik.

"Mungkin, bukan Gee orangnya. Mungkin ada yang lain, mungkin saja orang yang sama sekali tak pernah kupikirkan. Siapa pun dia, aku akan terima dengan ikhlas. Ampuni hamba Ya Allah." Yusuf mulai memejamkan matanya dengan hati yang menahan pedih sendiri.

"Yusuffff." Panggil sang ayah dari depan pintu kamar Yusuf yang sudah tertutup rapat.

"Iya, Ayah?" dengan segera Yusuf bangkit dan membukakan pintu untuk ayahnya.

"Kamu sibuk?"

"Engga, Kok."

"Bisa bantu Ayah?"

"Mmm bisa. Ayah perlu apa?"

"Tolong antarkan berkas yang Ayah letakkan di atas meja tamu itu ke rumah Iko. Terus kamu kasih ke ayahnya Iko. Secepatnya, ya."

"Ke rumah Iko?" simbol mata Yusuf terlihat tak biasa.

"Iya? Bisa, kan?"

"Bisa, Ayah. Yusuf langsung berangkat ya. Assalamualaikum." Yusuf melangkahkan kaki untuk menjalankan perintah dari ayahnya.

"Waalaikumsalam... Fii amanillah, Nak."

Hanya memerlukan sedikit waktu untuk menuju ke rumah Iko. Setelah keluar dari pagar rumahnya, cukup melangkahkan kaki sekitar lima kali maka ia sudah berada di depan rumah Iko yang menjadi sahabat sekaligus tetangganya itu.

"Assalamualaikum." Ucap Yusuf tepat di depan pintu rumah Iko.

"Waalaikumsalam." Suara Ibu Iko terdengar, "ehhh kamu Yusuf? Mau ketemu Iko, ya?"

"Engga kok, Bu. Yusuf disuruh ayah buat ngasih berkas ini. Katanya diserahkan kepada Ayah Iko."

"Wah kebetulan ayahnya Iko lagi pergi ke luar kota. Kamu bisa titipkan ke Ibu kok."

"Mmmm baik, Bu. Ini berkasnya." Yusuf menyerahkan berkas tersebut dengan mata yang memerhatikan keadaan isi rumah Iko, "Iko ada, Bu?"

"Iko sedang pergi. Memangnya Iko ga cerita sama kamu, Suf?"

"Ohhh mungkin Iko ada ngasih tau lewat pesan singkat. Tapi kebetulan Yusuf ga ada ngecek handphone dari tadi, Bu."

"Kalau ga salah sih dia tadi bilang mau ngajak temannya yang bernama Gee untuk makan malam. Udah pergi sejak satu jam yang lalu."

Yusuf terdiam atas penjelasan yang diterimanya itu.

"Kamu mau masuk dulu? Tuh adik-adiknya Iko lagi pada main di dalam kamar." Tawar Ibu Iko kepada Yusuf.

"Mungkin lain kali aja dulu, Bu. Makasih. Kalau begitu Yusuf langsung balik ya. Salam buat adik-adik. Permisi, Bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Sorot mata itu lagi-lagi terlukis setelah nama Gee kembali didengarnya. Langkah terasa sangat berat untuk kembali ke dalam rumahnya. Kekuatan hanya pada doa yang diucapkan dalam hati kecil. Yusuf tak pernah ingin jika rasa cinta membuatnya melupakan dan menghancurkan banyak hal. Rintik hujan telah berhenti namun awan terlihat masih kelam. Awan yang serupa dengan hati kecilnya saat merasakan luka kala itu.

----------------------------------------------------------------------------

Uhhhhhh.... Sedih, kirain Gee juga jatuh hati sama Yusuf.

Eh ternyata :(


Sebelum lanjut ke part selanjutnya nikmatin dulu lagu di bawah ini biar makin kebawa suasana ceritanya, ya. Hehe.

🎶
Dewa - Pupus

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 294K 68
ZINNIA : CINTA TANPA KOMA Novelnya masih bisa dipesanπŸ“Œ β‰ͺβ€’β—¦ ❈ ◦‒≫ Fyi: alurnya masih berantakan, yang rapi versi novelnya. Gak maksa kamu buat baca...
439K 36.8K 38
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...
127K 9.8K 35
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
722K 67.5K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...