Cintaku berbeda

By Afisya97

294 3 0

perbedaan menjadi penghalang cinta mereka, Kinan dan Stevan. bukan hanya perbedaan pemikiran, namun perbedaan... More

Terungkap

TAK TERDUGA

90 1 0
By Afisya97

Pagi yang kemaren tidak sama dengan pagi yang sekarang. Pagi yang dihiasi dengan tawa bahagia kini berubah menjadi pagi yang penuh dengan rasa yang kalut akan kepedihan. Luka itu masih menganga. Menyisakan bekas membengkak. Sesak akan ketidakadilan takdir Sang Kuasa. Tapi apa boleh buat. Bubur tidak akan bisa kembali menjadi nasi. Semuanya harus diterima dengan rasa sabar dan tabah. Begitulah kiranya yang dirasakan oleh Kinnatus Saudah, yang sudah satu minggu yang lalu tak lagi ada tawa bahagia terhias di wajahnya. Cinta suci yang telah terjalin begitu lama nyatanya adalah cinta terlarang yang terhalang tembok agama. Dia tidak mungkin meninggalkan agamanya, namun kemungkinan kecil dia bisa menghapus bayang-bayang Stevan Hadi Kusuma dalam pikirannya. Satu minggu yang lalu, dia berjanji tak akan menjalin hubungan dengan orang yang tidak halal baginya. Sudah cukup sampai disini dia merasakan sakitnya bermain-main dengan cinta.

"Kinan......." panggil seseorang membuatnya membalikkan badan. Terlihat di seberang sana seseorang tengah melambaikan tangannya dan bibirnya tak lepas dari ulasan senyum. Kinan memilih untuk membalikkan badannya kembali untuk melangkah ke tempat tujuannya, membuat orang di belakangnya manyun dan berlari-lari kecil mengejar Kinan.

"Kinan, tungguin donk...." pintanya seraya mensejajarkan langkahnya dengan Kinan. Kinan memasang telinga tuli. Seakan tidak ada seseorang yang tengah berada disampingnya.

"Kinan.............??" teriaknya, membuat Kinan melotot ke arahnya. Serta merta langkah mereka terhenti. Begitu pula dengan orang yang berlalu-lalang.

"Gak usah teriak, Kayla. Malu diliatin orang." gerutunya berhasil membuat Kayla bungkam.

"Habisnya kamu dipanggil-panggil gak nyawot-nyawot sih..." timpalnya sembari melangkah di belakang Kinan.

"Aku dengar Kayla...."

"Terus.......?"

"Aku lagi gak mood aja,....."

"Gak mood lagi, gak mood lagi,.... semenjak Stevan ninggalin kamu, kamu gak mood terus..." perkataan Kayla mampu menghentikan langkah Kinan. Kinan berbalik dan menatap Kayla serius.

"Tolong, jangan sebut namanya di hadapanku...."

"Kinan....." panggil Kayla lirih. Kinan kembali membalikkan tubuhnya.

Stevan....

Ucap Kinan dalam hati. Kedatangan Stevan yang tiba-tiba membuat kaki Kinan terpaku di bumi dia berdiri. Mulutnya kelu. Nafasnya naik-turun. Jantungnya berdegup kencang. Hatinya berkecamuk. Matanya mulai berkaca-kaca sebelum akhirnya jatuh ke lesung pipinya, Kinan bergegas pergi meninggalkan Stevan. Stevan menatap kepergian Kinan dengan sendu. Ada sesak menyelimuti hatinya mendengar perkataan Kinan yang mampu membuat hatinya hancur berkeping-keping.

"Kayla...." panggil Stevan menyadari akan kepergian Kayla untuk menyusul Kinan.

"Jangan tampakkan wajahmu di hadapan Kinan, stevan...." ancam Kayla sengit. Kemudian dia bergegas menyusul Kinan tak peduli akan teriakan Stevan yang memanggil-manggil namanya. Stevan masih terpaku di tempatnya. Menatap kepergian orang-orang yang disayanginya menjauh dari hidupnya.

"Hey, ada anak pastur nich......" ledek seseorang yang baru muncul bersama dengan teman-temannya. Mereka saling tertawa terbahak-bahak mendengar ledekan itu. Stevan menyadari akan kedatangan seseorang yang begitu asing baginya. Mengingat tempatnya sekarang bukanlah tempat yang seharusnya dia tuju.

"Kamu ngapain kesini,.....?" tanya seseorang yang berambut cepak dengan tubuh cungkringnya.

"Mau cari Kinan, kali'....." jawab seseorang yang berambut agak keriting.

"Apa...........? dia cari Kinan, emangnya Kinan mau apa dicari oleh orang najis ini..." hina seorang bertubuh tegap dan paling cool diantara mereka berlima. Mereka tertawa lepas. Stevan mencoba untuk menahan amarahnya yang semakin tersungut. Kedua tangannya mengepal.

"Hey,.... kamu gak pantes sama Kinan, Kinan itu pantesnya ama bos kami..." ucap seorang bertubuh gempal sembari menunjuk Rasyid yang tengah membangga-banggakan diri.

"Kamu denger itu, dasar orang najis...." ucapan Rasyid mampu membuncahkan amarah Stevan.

BRUKK.

Stevan telah melayangkan tinjunya pada wajah Rasyid dan membuatnya tersungkur ke lantai tak berdaya. Teman-temannya membantu Rasyid untuk bangkit. Rasyid memegang sudut bibirnya. Berdarah. Kini semua orang yang melintas telah menghentikan langkahnya demi untuk melihat pertengkaran sengit antara Stevan dan Rasyid.

"Berani juga kamu ya,.. terima ini..." Rasyid membalas Stevan dengan melayangkan tinjunya, namun dengan cepat Stevan memegang tangan Rasyid dan memukuli perut Rasyid berkali-kali. Rasyid tersungkur kembali.

"Hey,.... kalian pada ngapain, cepat lawan dia..." perintah Rasyid pada teman-temannya. Dengan cepat mereka mengeroyok Stevan. namun Stevan masih bisa mengendalikan mereka. Empat banding satu sangat begitu sulit baginya. Stevan terus menghindar tanpa menyerang mereka. Serangan yang bertubi-tubi mampu melemahkan Stevan.Sstevan tersungkur ke lantai.

"STOP...........!!!!!!!!!" teriakan Kinan mampu menghentikan serangan mereka. Mereka mengerang kesal. Rasyid menyadari akan keberadaan Kinan, diapun dengan cepat menghampirinya.

"Kinan, orang ini sudah membuat keonaran disini...." tuduhnya meyakinkan. Kinan memalingkan wajahnya. Jengah.

"Stevan, kamu tidak apa-apa...?" tanya Kayla seraya membantu Stevan bangkit. Kinan merasakan sakit melihat wajah Stevan penuh dengan lebam.

"Tidak apa-apa, Kayla..." jawabnya bohong.

"Kinan, dia telah berani memukulku sampai kayak gini..." keluh Rasyid.

"Kamu lebih berani mengeroyok orang di lingkungan kampus, akan aku adukan kelakuan kalian pada Fakultas...." ancam Kinan seraya meninggalkan mereka. Entah apa Kinan akan melaporkannya atau tidak.

"Sial...." Rasyid mengerang kesal.

"Giman ini, bos...?" tanya si tubuh gembal takut.

"Kinan,....."

"Awas, kamu ya.... jangan harap kau bisa menang bermain-main dengan Rasyid...." ucapnya lirih.

"Hey.... kalian cepat bubar, bubar.... emangnya ini film kung fu apa...?" suruh Kayla kepada seluruh mahasiswa yang sedari tadi berdiri menonton mereka. Satu persatu merekapun berlalu.

"Hey,.... urusan kita belum selesai..." tantang Rasyid pada Stevan. merekapun juga berlalu dari tempat itu.

"Kamu bisa berjalan sendiri, kan...?" tanya Kayla yang langsung di jawab dengan anggukan kepala Stevan.

"Kira-kira Kinan akan melaporkan kejadian ini apa tidak...?" tanya Stevan khawatir. Kayla hanya bisa mengerdikkan bahunya sebelah.

"Kalo melihat luka lebam di wajahmu.... pastinya Kinan gak akan terima..." terang Kayla menyiratkan rasa penasaran di hati Stevan. dan menatap Kayla lekat-lekat. Minta penjelasan.

"Hah, sudahlah lupakan saja..." ucap Kayla mengalihkan pembicaraan.

"Kamu sebaiknya cepat pergi dari sini kalo perlu jangan kesini lagi, karena mungkin Rasyid dan kelompoknya akan mengeroyok kamu lagi..." saran Kayla.

"Terima kasih, Kayla...." ucapnya seraya membalikkan badan.

"Kayla...." panggil Stevan kembali membuat Kayla menatapnya.

"Sampaikan permintaan maafku pada Kinan,..." pinta Stevan. Kayla mengembangkan senyumnya.

...+_+...

Hari mulai petang. Matahari telah menguning. Keramaian di ruas jalan mulai reda. Hanya segelintir orang saja yang duduk termangu di kedai-kedai makanan. Sibuk mengisi kekosongan perut masing-masing. Ada juga yang masih bercengkrama dengan buku bacaannya. Seakan dunia hanya miliknya. Yang lain pada ngungsi. Kinan masih sibuk membolak-balik rak buku yang penuh dengan jejeran buku beragam. Sesekali dia membuka lembaran demi lembaran lalu meletakkannya kembali. Tak terlihat Kayla berada di sampingnya. Entah mengapa untuk kali ini dia tidak bersama dengan sahabat sejatinya yang kemana-kemana pasti bersama. Mungkin Kinan menghindar dari topik Stevan yang selalu diungkit-ungkit oleh Kayla. Begitulah dugaannya.

"Ayo cepat, perpusnya udah mau ditutup..." perintah seorang wanita paruh baya dengan tubuh gempalnya. Kinan dan beberapa orang disana langsung bergegas ke tempat layanan peminjaman. Tak lama kemudian dia sudah berada di locker.

"Kinan, tumben sendirian..?" tanya seorang wanita seumurannya penasaran.

"Heh,... Oliv.." jawabnya menyadari akan kehadiran Oliv Widiawati yang tak lain adalah teman kelasnya.

"Kayla kemana..?" tanyanya kembali.

"Hmmm oh Kayla,.... dia ada kok..." merekapun berjalan beriringan menuju pintu.

"Tumben gak bareng...?" tanya Oliv kepo. Kinan kelimpungan untuk menjawab. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya pada Oliv.

"Kayla mungkin ada urusan lain, jadi aku ke perpus sendirian..." jawab Kinan bohong. Olivpun mengangguk mengerti.

Mereka terus melangkah hingga keluar dari area perpus. Dan benar saja setelah beberapa menit, seorang wanita paruh baya juga keluar dan mengunci pintu perpus dari luar. Merekapun hanyut dalam pembicaraan masalah tugas dan mata kuliah. Sesekali mereka juga membicarakan dosen-dosen yang menurut mereka baik, killer, dan sebagainya.

Dring. Dring.

Suara ponsel Kinan memghentikan percakapan mereka. Kinan meraih benda pipih itu dalam tas ranselnya. Dengan sekali usap saja layar ponsel itu menyala. Ada sms masuk. Entah dari mana. Namun, ketika membaca deretan kata dari sms itu wajah Kinan berubah khawatir dan diselimuti rasa takut. Takut akan kehilangan seseorang.

"Masya Allah...?" kekagetan Kinan membuat Oliv menatapnya lekat-lekat.

"Ada apa, Kinan...?"

"Kayla terkurung di gudang Fakultas, aku harus cepat kesana..." Terang Kinan dan bergegas pergi meninggalkan Oliv.

"Hati-hati, Kinan....!" tanya Oliv sedikit berteriak. Namun, suaranya mungkin terbawa angin sehingga tak dapat didengar oleh Kinan yang terus menjauh pergi.

Oliv terus berjalan menuju gerbang keluar. Rasanya hambar jika harus pulang sendirian, mengingat semua sudut kampus sudah mulai sepi. Hanya tinggal satpam penjaga pintu gerbang. Oliv duduk di halte depan kampusnya. Sebentar lagi, ayahnya akan datang menjemputnya seperti biasa. Diapun meraih ponselnya dan bermain-main di layar benda tersebut. Kejenuhan mulai menyapanya. Sudah sekitar lima belas menit ayahnya tak kunjung datang.

"Oliv.........." panggil seseorang dari kejauhan. Membuat Oliv mengedarkan pandangannya ke seluruh ruas jalan. Dan mendapati Kayla melambai-lambai dan menghampirinya. Oliv sedikit kaget.

"Loch, kamu kok sendirian. Kinan kemana....?" tanya Oliv setelah Kayla berada di sampingnya.

"Justru itu, aku nyamperin kamu mau tanya dimana Kinan."

"Tadi Kinan bilang mau nyamperin kamu...." pernyataan Oliv mampu membuat Kayla mengangkat alisnya sebelah. "Katanya, Kinan mau nyalametin kamu yang terkunci di gudang Fakultas."

"APA...??" tanya Kayla kaget. Oliv hanya menganggukkan kepala.

"Sejak tadi siang aku udah ada di kosan nunggu Kinan, Liv. Berhubung Kinan gak kunjung datang jadi aku nyari dia kesini..." papar Kayla.

"Bukannya tadi kamu sms sama Kinan...?"

"Masalahnya Hpku hilang entah kemana.."

"Terus yang sms sama Kinan siapa...?" tanya Oliv kebingungan. Kayla mengedikkan bahunya. Sedetik kemudian mereka saling tatap.

"Kinan dijebak...." ucap mereka bersamaan. Merekapun langsung berlari.

...+_+...

Kinan malangkah hati-hati di dalam gudang yang tak berlampu itu. Bahkan sinar mentaripun tak bisa menyelinap ke dalamnya. Bisa dikatakan tak ada celah untuk menengok ke luar. Sudah dari tadi Kinan memanggil nama Kayla, namun tak satupun panggilannya mendapat jawaban.

Krek.

Terdengar suara pintu dikunci. Kinan terperanjat. Seingatnya, sebelum dia masuk ke gudang itu, kuncinya masih bertengger di knopnya. Tapi, seseorang telah menguncinya. Entah dari dalam ataupun dari luar.

"Siapa itu....?" tanya Kinan takut. Tak terdengar jawabab hanya derup langkah seseorang atau lebih yang melangkah mendekati Kinan. Kinan terus merjalan mundur. Dia mencoba untuk meraih ponselnya. Namun, tangannya yang gemetar tak mampu meraihnya bahkan membuat ponsel itu terjatuh ke lantai.

"Jangan takut, Kinan... kami hanya ingin bermain-main sebentar dengan tubuh indahmu..." seru seseorang seraya mengelus pipi Kinan. Kinan hanya bisa menghalau tangan nakal itu agar tak menyerambat ke bagian tubuhnya yang lain.

"Jangan macam-macam kalian..."

Kinan terperangah. Seseorang memeluknya dari belakang. Tentunya seorang yang berbeda dari sebelumnya.tubuhnya meronta minta dilepaskan. Kinan berteriak minta tolong. Namun seakan gudang itu kedap suara sehingga tak kan ada orang yang akan mendengarnya. Air matanya mulai bercucuran. Hatinya terus-menerus melafadkan do'a-do'a. Semoga Allah mengirimkan seorang malaikat untuk menolongnya dari cengkraman manusia iblis.

"Lepaskan...... tolong jangan lakukan itu... aku mohon... tolong...." Kinan menangis histeris jilbab suci telah direnggut oleh manusia bejat itu dan dilemparkan entah kemana. Terdengar tawa penuh kemenangan dari mereka.

"Diam.......... dasar wanita lajang...." hina seorang diantara mereka yang kemudian diikuti dengan tamparan keras ke pipi Kinan. Tubuh Kinanpun tersungkur ke lantai yang penuh dengan debu.

Kinan mengerang kesakitan. Rasa panas nan nyeri merambat dari pipinya ke semuruh tubuhnya. Bahkan hatinya merasakan sakit yang luar biasa. Dadanya sesak. Perkataan dari lelaki di depannya benar-benar telah menyayat hati Kinan. Kinan tak henti-hentinya memanjat do'a dalam isak tangisnya, sementara kedua sosok iblis yang menyerupai manusia tertawa terbahak-bahak yang menambah ketakutan Kinan. Kinan berusaha untuk meraih apapun yang bisa dia gunakan untuk menyelamatkan dirinya. Perlahan-lahan dia meraih tongkat besinya yang lumayan besar. Ruangan yang gelap cukup membantu. Kedua orang itu masih tertawa kemenangan. Kinan berusaha berdiri dan mengayunkan tongkat besi itu. Matanya tak melihat apapun di depannya. Semuanya gelap. Dia hanya bisa mendengar suara tawa dari mereka dan itu cukup membantunya. Diapun mengayunkan tongkat besi ke samping kanannya. Dan benar saja, terdengar raungan keras dari salah satu mereka.

"Awwww.... kepalaku..." raungnya. Kinan bisa mendengar itu.

"Hey, kenapa...?" tanya laki-laki yang lain.

Kinan tidak ingin melepaskan kesempat untuk mengayunkan kembali tongkat besinya. Dan benar saja, ayunannya kali ini mengenai pundak laki-laki tersebut. Merekapun meraung kesakitan. Kinan tidak peduli seberapa besar luka yang telah dia timpakan kepada mereka. yang hanya dia pikirkan adalah caranya dia keluar dari gudang. dengan sisa tenaganya, Kinan melangkah tertatih-tatih. Namun hanya beberapa langkah baru dia tapaki, langkahnya tercegat oleh orang yang kini tengah menahan kakinya.

"Mau kemana kamu, hah.."

Kinan tak ingin terjebak. Tongkat besinya dia ayunkan kembali. Dan mengenai tangan laki-laki tersebut sehingga membuat cengkramannya terlepas dari kaki Kinan. Kinan melangkah lebih cepat, meskipun hanya tertatih-tatih. Dia berusaha terus menyusuri sela-sela gudang yang penuh dengan barang-barang bekas yang tidak diketahui bentuknya.

Kinan meraba-raba dinding mencari knop pintu. Nafasnya menggebu-gebu. Tubuhnya masih gemetar. Suara dua orang itu masih meraung kesakitan, dan sesekali terdengar umpatan mereka pada kinan. Kinan tak peduli. Hatinya terus berdikir menyebut nama Allah. Meminta pertolongan pada Yang Maha Penolong.

Akhirnya Kinan mendapat knop pintu, dan untungnya kuncinya masih bertengger disana. Betapa bodohnya kedua laki-laki bejat itu, seharusnya kan kuncinya di bawa. Kinan berucap syukur lirih. Dia berusaha membuka pintu dengan sisa tenaganya. Tak lama kemudian pintunya terbuka. Sepi. Benar-benar sepi. Tak ada seorangpun. Penglihatan Kinan kabur. Namun, dia berusaha menyusuri jalan dengan bantuan diding bangunan. Dia terus tertatih dengan deraian air mata.

Terdengar suara derap langkah orang berlari. Kinan melihat bayangan dua orang berlari ke arahnya. Kinan tidak tau siapa mereka. penglihatannya mulai meredup. Dan langkahnya terhenti. Perlahan dunia terasa gelap. Tubuh Kinan tersungkur ke lantai. Dengan cepat dua orang itu mendekati Kinan dan memangkunya.

"Kinan, Kinan, bangun. Apa yang terjadi denganmu...?" deru Kayla khawatir. Pipinya telah basah dengan air mata. Sahabatnya kini tengah terbaring lemah dengan luka lebam di pipi kirinya tanpa kain penutup kepala yang biasa dia kenakan dan tak pernah dia lepaskan. Oliv mengedarkan pandangannya sekeliling untuk mencari seseorang yang dapat membantu mereka. namun, tak ada satupun seseorang di sekitar. Akhirnya Oliv memilih beranjak dari duduknya dan berkeliling kesana-kemari mencari bantuan.

Pandangan Oliv tak lepas dari sekeliling. Kakinya terus berlari-lari kecil. Namun, sekejap kemudian matanya berbinar. Pencariannya tak berujung sia-sia. Mobil Avanza warna silver tengah melintas di jalan depan gerbang fakultasnya. Dia cepat melambaikan tangannya meminta untuk sang pengemudi menghentikan mobilnya. Seakan mengerti, akhirnya mobil itu terhenti dan kaca depannya terbuka. Menampakkan seorang laki-laki berwajah cerah nan tampan, namun tak disadari oleh Oliv. Pikirannya penuh dengan Kinan yang tak sadarkan diri.

"Siapapun kamu dan kemana tujuanmu, saya mohon tolongin teman saya. Dia pingsan disana. Wajahnya lebam. Saya mohon,..." Pinta Oliv seraya menarik-narik lengan laki-laki tersebut yang sudah berdiri dekat mobilnya. Tanpa pikir panjang, laki-laki itu memenuhi permintaan Oliv dan mengikuti langkahnya.

"Tolongin teman saya..." pinta Oliv ketika mereka sudah berada di dekat Kayla dan Kinan. Tampak laki-laki itu berjongkok dan hendak menggendong tubuh Kinan. Namun, niatnya terhenti, ketika melihat sosok yang tengah terbaring lemah.

"Kinan...." ucapnya lirih.

Kayla mendengarnya. Diapunmenatap laki-laki tersebut. Matanya melotot tak menyangka akan sosok yangtengah duduk di depannya.

Continue Reading

You'll Also Like

518K 14.8K 53
what happened when the biggest mafia in the world hid his real identity and married an innocent, sweet girl?
1.1M 62.1K 40
Millie Ripley has only ever known one player next door. Luke Dawson. But with only a couple months left before he graduates and a blackmailer on th...
163K 972 31
spoiler "Berani main-main sama gue iya? Gimana kalau gue ajak lo main bareng diranjang, hm? " ucap kilian sambil menujukan smirk nya. Sontak hal ter...
76.6K 250 11
As the title says