What Is Love?

Oleh Elismee

51.5K 7.2K 2K

Meskipun manis dan punya kepribadian bagus, Alexandra Dawson hanya pernah pacaran satu kali. Tumbuh dalam did... Lebih Banyak

Warning⚠
Visualisasi🎭
Halloween
Noah
Kota Hantu York
Insiden Di Toko Buku
Stop Noah
Dipatahkan Oleh Satu Orang
Drive-In Cinema
Jump Scare
Pengakuan
Maaf Noah
Emosional
Owen Nicole
Cewek Yang Ingin Move On
Word Association Bagian Satu
Word Association Bagian Dua
Thinking Of Loud
Bersama Nicole
Huh Pacar?
Masa Lalu Noah (Sudut Pandang Noah)
Formulir Kamp Musim Panas
Masa lalu Nicole Dan Alexa (Selingan)
Trailer Visualisasi Charakter
Pacar Pura-Pura Bagian Satu
Pacar Pura-Pura Bagian Kedua
Pacar Pura-Pura Bagian Ketiga
Pacar Pura-Pura Bagian Terakhir
Ayo Pacaran
Instagram
Serangan Panik
Video Palsu
Mimpi Buruk
Noah Dan Nicole Bagian Satu
Noah Dan Nicole Bagian Dua
I Love U Bagian Satu
I Love U Bagian Dua

Kau Menyukaiku Noah?

1.4K 238 82
Oleh Elismee





Tut..tut..tut..tut







Nicole langsung memutuskan panggilan secara sepihak.

Aku terhenyak memandangi layar ponsel yang menampilkan notifikasi 'panggilan video telah berakhir'. Ekspresiku kosong karena hal tak terduga ini, oh ya ampun, aku langsung lemas seakan rohku tersedot keluar. Vernon terheran memperhatikanku.

"Lexa?" panggil Vernon sekali lagi karena aku tidak merespon, "Kau oke?" dia sepertinya mulai menyadari sesuatu, "Tunggu dulu, barusan kau sedang menelepon siapa?"

Kegelisahan mulai menjalari benakku, astaga. Aku memandang Vernon lekat-lekat dengan tatapan gundah.

"Cole?" tebak Vernon tanpa suara.

Aku mengangguk meski hatiku tidak karuan dan Vernon langsung memasang tampang menyesal karena membuat kesalahan.

"Apa dia dengar..omonganku?"

"Kurasa." balasku sambil menutupi wajah dengan tangan.

"Maaf, princess," kata Vernon didera perasaan bersalah, "Aku tidak mengira kalau kau sedang menelepon Nicole, begini saja coba hubungi dia lagi, biar nanti aku yang bantu bicara." saran Vernon

Dan aku melakukannya tapi Nicole tidak menjawab panggilanku.

Aku berani bersumpah bahwa Nicole mendengar apa yang dikatakan Vernon, bagaimanapun kakakku bicara cukup keras. Nicole pasti telah salah paham karena kabar sialan tak bertanggung jawab ini, lagipula bisa-bisanya Noah— ugh, aku kesal sekali, kenapa si Noah Walsh harus datang merecoki di saat yang tidak tepat?

Maksudku aku dan Nicole sedang menikmati momen-momen reuni setelah sekian lama tidak bertemu, tapi mendadak hal menyenangkan ini langsung dirusak begitu saja oleh Noah. Dia itu seperti penghancur momen.

"Hei, apa kau diam-diam sedang pacaran dengan cowok bernama Noah? Benarkah?" tanya Vernon penasaran, "Maksudku, kalau aku jadi Nicole, aku juga akan merasa dibohongi, kau sudah terlanjur mendeklarasikan diri tidak punya pacar, Lex."

"Noah bukan siapa-siapaku, oke?" kataku berang, "Dia hanya..hanya pengacau." pengacau yang pernah menciumku, pikiran bawah sadarku bersuara.

"Lalu..kenapa dia bilang begitu?" Vernon mengeryit memandangiku, "Apa dia naksir padamu?" Vernon selalu agak peka dengan hal-hal seperti ini dan meski terkadang aku juga memikirkan hal yang sama, aku tidak suka mendengar tebakannya. Noah tidak bisa naksir padaku karena aku tidak punya perasaan apapun padanya.

"Vernon boleh kuberi tahu sesuatu?" aku memejamkan mata, menekankan kata-kataku, "Kau tadi seharusnya bicara dengan mic saja sekalian."






***



Aku sengaja berangkat ke sekolah lebih awal dan menunggu kedatangan Noah di lapangan parkir, Noah selalu dikelilingi teman-temamnya jadi aku akan mengambil kesempatan saat dia sendirian.

Selagi menunggu aku mencoba mengenyahkan kejengkelan yang menyelimutiku dengan cara merilekskan pikiran dan bertanya pada diri sendiri seperti, 'Memang kalau aku marah masalahnya bakal selesai?'

Dibandingkan harus meluapkan emosi dengan cara mengebu-ngebu, aku bertekad lebih memilih bicara baik-baik saja dengan Noah, sebab untuk beberapa alasan Noah Walsh adalah tipe orang yang harus dihadapi dengan kepala dingin. Aku bahkan sudah membayangkan dengan rinci apa saja yang bakal kukatakan pada Noah.

Sebenarnya aku merasa canggung harus kembali berhadapan dengannya, sebagian diriku malah ingin pergi dari tempat ini, barangkali karena dampak ciuman Noah waktu itu, tapi mau bagaimana lagi? Aku memang harus bicara padanya dan sekaligus ingin meminta baik-baik pada Noah agar lebih baik dia menjauhiku saja— tentu dengan cara yang tidak menyinggung perasaanya. Dan aku berharap dia tidak perlu mengungkit ciuman kami di ruang kesehatan waktu itu.

Selain menunggu kedatangan Noah, aku juga mengirimkan pesan kepada Nicole, mengetikkan hal-hal yang perlu dijelaskan agar kesalahpahaman sialan ini cepat selesai. Meski kami memutuskan untuk tidak pacaran dulu, kami tetap punya ikatan spesial, jadi aku tidak akan membiarkan masalah sepele ini menganggu hubungan kami.

Setelah beberapa menit lewat, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, mataku mengikuti mobil Noah yang menyusuri lapangan parkir, setelah mobil berhasil terparkir, Noah keluar sambil memanggul satu cangklongan tasnya, aku langsung bergegas mengikuti Noah dari belakang.





Noah sepertinya tidak menyadari keberadaanku, karena saat kupanggil dia kelihatan tersentak.

"Astaga, Dawson." kata Noah tampak terkejut dan untuk pertamakalinya dia memanggil dengan nama keluargaku, "Kau mengagetkanku." Noah mengenakan kaos putih hari ini, warna itu cocok dengan kulit putihnya yang sempurna, kulitnya terlihat seperti susu.

"Maaf," Aku yang sudah bertekad bicara baik-baik, terpaksa tersenyum sedikit padanya, "Hei, aku ingin bicara padamu sebentar, punya waktu?"

"Denganku?" kali ini Noah pura-pura terkejut, reaksinya seakan baru melihatku menembak orang sampai mati.

Lho memang dengan siapa lagi? Aku mulai agak jengkel, tapi aku berusaha mengabaikannya.

"Mimpi apa aku semalam, sampai seorang cewek Dawson ingin bicara padaku?" Noah melihatku dengan pandangan bertanya, "Terutama karena tadi kau menolak panggilanku."

"Tolong jangan ingatkan aku soal itu," kataku masih berusaha terdengar ramah, "Lagipula mengangkat atau menolak panggilan adalah hakku, toh aku juga sudah tahu tujuanmu menelepon dan aku datang untuk meminjamkan novel ini." kataku sambil merogoh ke dalam tas dan mengulurkan satu novel Romeo Juliet padanya.

"Oke, trims," Noah langsung menerimanya, membolak-balikan novel itu sebentar sebelum perhatiannya kembali padaku, "Kau cuma ingin membicarakan ini?"

Aku mengangkat bahu, "Sebenarnya tidak," kutunjuk novelku yang dipegang Noah, "Oh dan kuperingatkan, jangan sekali-sekali melipat halaman novelku, aku sudah meminjamkannya padamu jadi tolong jaga baik-baik, kalau saat dikembalikan, kutemukan ada halaman yang terlipat, kau harus ganti rugi dengan membelikan yang baru." ancamku, sebenarnya aku tidak serius, aku hanya bermaksud menakut-nakuti Noah agar dia mengurungkan niat untuk meminjam novelku.

"Ya ampun," Noah malah tertawa, lesung di kedua pipinya kelihatan dengan jelas, "Baiklah, baiklah.."

"Jadi kau tidak keberatan?"

"Tidak," jawab Noah tanpa berpikir, "Jangan khawatir Dawson."

Rasanya masih aneh setiap kali mendengar Noah memanggilku dengan nama keluarga alih-alih Alexa. Maksudku dia selalu memanggilku Alexa atau 'hei' saja,  tapi sekarang tiba-tiba dia mengantinya menjadi Dawson. Tidak masalah juga sih, toh kebanyakan orang Inggris selalu memanggil orang lain dengan nama keluarganya, aku mungkin cuma tidak terbiasa, tapi saat Noah memanggilku begitu, aku merasa merinding.

"Walau mungkin nanti kau harus membelikan yang baru?"

"Novel ini kan murah," Kata Noah santai, kemudian tatapannya berubah curiga, "Kenapa kesannya kau menginginkan aku supaya tidak jadi meminjamnya?"

"Siapa bilang? Aku kan tidak bilang apa-apa."

"Oke kalau begitu," Noah mengangguk dan kembali berjalan, "Sampai ketemu lagi, Dawson."

"Tunggu Noah," cegatku sambil merentangakan tangan di depan Noah, "Aku belum selesai bicara."

"Kau ingin bicara apa lagi?"

"Bolehkah kutanyakan satu hal padamu?" aku minta persetujuan dan cepat-cepat menambahkan sebelum berubah pikiran, "Pertanyaan yang um-cenderung personal?"

"Katakan."

"Apa kau masih menyukaiku?" tanyaku blak-blakan, sebenarnya aku grogi bicara begini tapi aku tidak punya pilihan lain selain harus mengatakannya.

Noah mengeryit memandangiku seakan tidak mempercayai pendengarannya, "Tunggu dulu— apa?"

"Kau sudah mendengarnya Noah," aku menggelengkan kepala, "Ini juga berat buatku, jadi please, jangan paksa aku mengulanginya, jawab saja."

"Pertanyaan macam apa itu?" Noah memandangku aneh, "Kenapa juga aku harus memberitahumu? Apa aku juga harus memberitahu orientasi seksualku padamu?" celanya tampak tersinggung.

"Aku hanya merasa akhir-akhir ini kau sedang mendekatiku, maksudku bagus kalau kau ternyata memang tidak punya perasaan khusus, jadi aku tidak perlu merasa tidak enak hati untuk memintamu menjauhiku mulai sekarang." hati-hati aku menjelaskannya pada Noah.

Aku sering membaca novel romantis, jadi sedikit banyak aku sudah merasa familier dengan tanda-tanda seorang cowok yang sedang menyukai cewek, inilah kenapa aku bisa tahu bahwa Noah mungkin memiliki perasaan padaku, lagipula setiap cewek punya insting, untuk yang satu ini para cowok tidak akan bisa memahaminya, meski begitu aku berharap dugaanku salah.

Noah membuat ekspresi datar, aura cerianya sudah berubah gelap hingga membuatku agak takut saat mata kami bertemu. Aku punya perasaan kata-kataku membuat Noah kesal dan kurasa memang iya.

"Dengar Noah, aku bilang begini, bukannya aku benci padamu, sama sekali bukan, saat kita berada di ruang kesehatan waktu itu, jujur aku sempat merasa kau orang yang menyenangkan, masalahnya sekarang aku sedang menjaga hati seseorang, jadi aku tidak ingin menyebabkan salah paham sekecil apapun dengan orang itu, kau paham kan apa yang kumaksud?"

Noah memperlihatkan mimik muka yang seolah mengatakan, 'Beraninya kau bilang seperti itu padaku,' . Lama Noah diam, sampai akhirnya dia bicara.

"Wow, Dawson," jawab Noah sambil menaikkan sebelah alisnya, "Pada dasarnya, apa kau beranggapan aku masih menyukaimu gara-gara aku menciummu waktu itu?"

Kutatap Noah dengan pandangan terkejut, entah bagaimana, aku merasa Noah ingin balas dendam dengan cara membuatku kelabakan. Aku merasa tidak nyaman mendengar Noah kembali mengungkit insiden ciuman, bagaimana dia bisa mengungkitnya tanpa rasa malu?

"Bagiku itu bukan ciuman, melainkan hanya kecelakaan, kau juga bilang itu hanya bagian dari game." kataku berusaha bicara sesantai mungkin, "Kecuali kau diam-diam menyukainya."

"Benarkah?" Noah menatapku penuh arti, "Kau sempat menikmati ciumanku."

"Aku tidak mau membicarakan itu."

"Kau menikmati ciumanku," suara Noah terdengar lembut berbahaya, dan tiba-tiba jantungku berdebar karena kepalaku penuh dengan gambaran kejadian di ruang kesehatan waktu itu yang tak ingin kulihat.

"Cukup," aku menegang, "Kubilang aku tidak mau membicarakan ini."

"Kurasa kau semakin berani setiap kali kita bicara, apa ciuman itu berdampak sesuatu padamu? Apa kau takut kalau-kalau kau mulai menyukaiku? Takut cepat atau lambat aku akan mempengaruhimu?" Noah setengah tersenyum, "Kau mulai merasa tidak percaya diri kan dengan perasaanmu? makanya kau minta aku menjauh."

Noah maju untuk memangkas jarak diantara kami, aku mundur tapi sudah terlambat, awalnya aku pikir dia ingin memelukku, tapi tangannya ternyata terulur menyentuh rambutku, aku terkesiap dan melotot pada Noah, untungnya parkiran sekolah sedang sepi.

Noah menurunkan ikatan rambutku hingga belitan kepanganku yang rumit mengendur dan dia berkata, "Jujur, kau mulai memikirkanku-kan, Dawson?"









Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

3.7M 176K 65
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
399K 48.8K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
5M 284K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
400K 43.8K 20
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...