The Lover (COMPLETED)

By She_Liu

393K 41.7K 6.2K

The Bodyguard Series #3 : Luke Wilson Oedipus Complex. Demikian sebutan orang tentang pria yang menyukai wan... More

MOSHI-MOSHI
Part 1 - My lovable Sensei
Part 2 - My playful Gakusei
Part 3 - The hiding truth
Part 4 - The sickest of being lonely
Part 5 - I'll show the way then you'll see me
Main Cast
Part 6 - Naughty Kiss 💜
Part 7 - I won't play safe and be gentle for another time
Part 8 - Unpleasant Confusion
Part 9 - Come with me and I show you the meaning of happiness
Part 10 - It started with a new life
Part 11 - Wish Upon A Star
Part 12 - The future plan is be with you
Part 13 - Uninvited Disturbances
Part 14 - The Offer
Part 15 - Deep in my touch
Part 16 - Make out
Part 17 - The Alfa, The Wedding, and The Vow
Part 18 - The First Night
Part 19 - Call of Midnight Duty
Part 20 - The Worst Nightmare
Part 21 - The Temptation
Part 22 - The Past and The Present
Part 23 - The Explanation, The Order, and The End
Part 24 - Flash Code
Part 25 - The Main Suspects
INDEPENDENCE GIVEAWAY
Part 26 - Executed by Anger Luke
ANNOUNCEMENT
Part 27 - Coming back home
Part 28 - What stays, let stay. What goes, let go.
Part 29 -Free and relief
Part 30 - End of the story (Luke's POV)
Main Cast
THE LOVER ON GOOGLE PLAYBOOK

PROLOGUE

16.1K 1.4K 148
By She_Liu

Aku memeluk erat kantong belanjaanku dengan helaan nafas yang berat. Seharusnya aku bisa mendengarkan Mariko-Chan untuk jangan membeli tanah dan bibit sayuran dalam waktu yang bersamaan. Demi Tuhan, ini sangat berat.

Tapi tidak apa-apa. Aku yakin aku bisa mencapai rumahku yang masih berjarak satu kilometer lagi. Ish! Aku kesal karena aku tidak bisa menyetir, aku juga kesal tidak bisa mengayuh sepeda. Aku hanya bisa mengandalkan kedua kakiku untuk berjalan. Rasanya aku benar-benar menjadi wanita yang tidak berguna.

Tidak! Aku bukan wanita yang tidak berguna! Aku adalah wanita yang kuat dan mampu menghadapi hari-hari baru ke depannya. Aku yakin itu. Aku bisa mencapai hari dimana aku bisa menyambut kepulangan Hideaki-kun. Dia sudah berjanji akan kembali padaku.

Langkahku semakin berat dan aku baru tersadar kalau sandalku yang tinggi memperberat langkahku. Ugh! Kenapa aku bodoh sekali? Kenapa aku tidak memakai sepatu lariku dan malah memakai sandal tinggiku? Semua karena Yura-chan yang memberitahuku bahwa dia mendapatkan bibit sayur baru untuk dijualnya.

Hal seperti itu tentu saja tidak akan kulewati, apalagi toko pupuk milik Yura-chan selalu ramai pengunjung. Aku tidak ingin ada yang mengambil bibit sayur ini lebih dulu. Kebun belakang yang ada di rumahku, masih memiliki ruang untuk menanam bibit baru. Sehingga jika Hideaki-kun kembali nanti, dia akan melihatnya bahwa aku sudah berhasil melakukan sesuatu yang berguna.

Ketika aku bisa melihat pagar rumahku dari posisiku berjalan saat ini, rasa antusiasku menguar begitu saja dan spontan aku mempercepat langkahku untuk mencapainya. Nafasku memburu karena aku sudah lelah, dan aku memeluk kantong belanjaanku semakin erat. Aku mengabaikan rasa sakit pada tumit kakiku karena ingin cepat sampai kesana.

Tatapanku menatap tajam kearah pagar rumahku dan aku semangat antusias... BRAK!

Aku berteriak kaget dan terjatuh begitu saja ketika mendarat di aspal yang tidak rata. Aku yang masih memeluk kantong belanjaanku akhirnya mendarat dengan kedua siku dan kedua lututku mencium aspal. Rasa nyeri bercampur sakit karena kulitku tergores aspal kasar.

Hal pertama yang kulakukan adalah memeriksa kantong belanjaanku untuk melihat isiannya. Hiks! Aku menangis ketika melihat ujung kantong belanjaanku robek dan apa yang ada di dalamnya terbuyar keluar. Semuanya. Aku merasa apa yang sudah kulakukan barusan begitu sia-sia. Semua karena aku tidak sabaran dan...

Sebuah tangan besar terulur kearahku ketika aku masih terisak. Aku mengangkat wajahku sambil mengerjap bingung melihat siapa yang sedang membungkuk hendak menolongku.

"Kau sudah terlalu tua untuk menangis di tengah jalan hanya karena terjatuh, Sensei." ucap pria itu dengan suara yang terdengar familiar olehku.

"Shi...Shinichi-kun?" tanyaku ragu sambil menyipitkan mataku untuk bisa melihat dengan jelas sosok pria jangkung itu.

Aku tersentak ketika bisa melihatnya dengan jelas sekarang. Itu adalah Shinichi Kuga. Satu-satunya anak dari Naomi Oba-San yang tinggal di samping rumahku. Shinichi tampak berbeda. Dia terlihat nakal dan memiliki kesan brutal. Astaga! Apakah selama bertahun-tahun dia pergi, semua waktunya dihabiskan untuk menjadi pembuat onar?

"Kau tidak mengenaliku rupanya. Itu sudah biasa." balasnya sambil memberikan ekspresi gelinya. "Jadi, kau masih mau duduk di aspal sambil memeluk tanah merah itu? Apakah kau tidak sadar kalau lutut dan sikumu sudah berdarah?"

Aku baru tersadar ketika Shinichi mengingatkanku soal lutut dan siku yang baru terasa nyeri sekarang. Aku menunduk untuk melihat pakaianku sudah kotor dengan tanah dimana-mana, plastik bibitku pun pecah, dan hal itu spontan membuatku kembali menangis.

"Hiks..."

Tangisku terhenti karena aku tersentak kaget ketika merasa tubuhku melayang. Aku menoleh dan mendapati Shinichi sudah mengangkatku.

"Ja...jangan menggendongku!" seruku langsung.

"Aku juga tidak mau menggendongmu. Tapi kau sudah membuatku malu. Mana ada seorang wanita dewasa menangis hanya karena tanah dan bibit jelek itu. Kau bilang saja beli dimana, aku akan membelikannya. Kau itu sudah tua, jangan cengeng! Aku malu dan merasa terhina." ucapnya santai sambil melangkah menuju kearah rumahku.

"Kenapa kau merasa terhina?" tanyaku sambil mengusap pipiku yang basah dan melirik sedih kearah tanah dan bibitku yang teronggok di jalanan.

"Karena aku pernah mengorbankan diriku untuk mengikuti bimbingan belajar dengan guru cengeng sepertimu." jawabnya sambil terkekeh.

"Shinichi-kun, aku..."

"Luke! Panggil aku Luke. Itu adalah namaku." sela Shinichi dengan tegas sambil mendudukkanku di bangku kayu, tepat di depan pagar rumahku.

Aku mengerjap bingung. "Luke?"

Dia menyeringai dan memberikan seulas senyum setengahnya yang jahil. Sosok pria muda itu tampak berbeda dengan terakhir kali aku melihatnya. Dia tampak begitu menakutkan. Kedua telinganya ditindik dan memakai anting tengkorak berwarna hitam, sorot matanya menjadi begitu tajam seakan siapapun yang ada di hadapannya adalah mangsa, bahkan aku bisa melihat ada tato di kedua lengannya dan di leher belakangnya. Tubuhnya pun semakin menjulang tinggi dan aku yakin tinggi tubuhku hanya sanggup mencapai dadanya saja.

"Namaku Luke Wilson. Aku bukanlah Shinchi Kuga yang dulu." jawabnya dengan kesan tengil di wajahnya. "Obati lukamu sebelum infeksi, Sensei. Aku akan membelikan tanah dan bibit yang baru untukmu."

Dia pun segera memutar tubuhnya untuk menjauh dariku, tapi aku langsung berteriak memanggilnya. "Shinichi-kun...!"

Dia tidak berhenti. Masih berjalan tanpa menoleh lagi ke belakang.

"Luke!" aku kembali berteriak memanggilnya dan kali ini dia berhenti lalu menoleh padaku dengan cengiran lebarnya.

Aku tidak mengerti kenapa dia mengubah namanya sendiri. Padahal, dulu dia sangat bangga menggunakan nama Jepangnya ketimbang nama Amerika pemberian ayahnya yang berasal dari sana. Katanya dia ingin menetap selamanya di Tokyo, tapi ternyata tidak. Dan itupun sudah bertahun-tahun yang lalu.

"Ada apa, Sensei?" tanyanya kemudian.

"Aku belum memberitahumu dimana harus membeli tanah dan bibit itu." balasku langsung.

Dia menyeringai. "Dilihat dari logo kantong belanjaanmu, sepertinya itu dari toko milik Yura Oba-San. Hobimu masih belum berubah, Sensei."

Aku mengangguk dan merogoh saku celanaku untuk mengambil uang. "Ini uangnya."

"Tidak usah! Aku sudah memiliki banyak uang, malahan aku mampu membeli toko jelek itu. Tapi tidak ada gunanya untukku jika aku membelinya, bukan? Anggap saja aku sedang membuang uang receh untuk membeli tanah dan bibitmu." ujarnya sambil mengangkat alisnya dan sorot mata yang berkilat senang.

Dia pun kembali berjalan menjauhiku untuk menuju kearah toko milik Yura-chan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Pria muda itu bersikap seperti layaknya anak muda yang begitu sopan padaku dan selalu sigap menolongku ketika aku begitu ceroboh.

Aku kembali menghela nafas dan mengusap wajahku dengan pelan. Usiaku sudah tidak lagi muda namun aku merasa seperti anak remaja yang belum dewasa. Aku selalu berusaha untuk bersikap sesuai usiaku namun kebanyakan selalu mencemooh diriku, bahkan anak didikku selalu merasa aku seperti temannya, bukan gurunya. Terlebih lagi sikap Shinichi-kun padaku yang seperti tadi. Dia bahkan lebih dewasa dibanding diriku dan mengataiku cengeng seolah aku adalah teman sebayanya.

Aku mengangkat wajahku dan menatap langit yang tampak begitu cerah diatas sana. Harapanku hanya satu. Hanya satu. Aku ingin bertemu dengan Hideaki-kun. Aku sangat merindukannya. Setiap kali aku mengingatnya, rasa rinduku semakin menyesakkan dan aku tidak mampu melakukan apapun selain menangis. Seperti sekarang.

急いでください、秀明くん
(Cepatlah kembali, Hideaki-kun)



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Minasan, kon'nichiwa 🤗

Prolog untuk pemanasan seperti biasa.

Kiranya prolog ini bisa membuat kalian para fans garis keras Luke disini 🤣

Muka visual Luke ini bener2 mewakili imajinasiku tentang Luke...
Mukanya bisa tengil, jahil dan iseng.
Tapi ganteeengggg... 😣😣😣







Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 109K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
570K 3.2K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
3.1M 153K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞