Into you - Taekook

By ndaanyoo

22.4K 2.1K 767

Jeon Jungkook dan kebengalannya dan Kim Taehyung dengan kesabarannya. Taekook! TopTaexBottomkook WARNING! YAO... More

Into you

22.4K 2.1K 767
By ndaanyoo

Taekook oneshoot

W/ top!tae bottom!kook

Terinspirasi dari lagu Ariana Grande Into you

Didesikasikan untuk kak Heavenly_Kookgasm yang berulangtahun. Panjang umur, sehat dan bahagia selalu ya kak 💜💜💜 Mon maap telat T^T

WARNING! Yaoi/ Boyslove/ BL/ Rating M : NC21+ ini akan sangat vulgar.

Dimohon kebijakannya dalam membaca.

Enjoy!

♦︎♦︎♦︎

"Dimana Tuan Muda?"

Taehyung bertanya dingin kepada empat pengawal berbadan bongsor didepannya, suaranya tajam dan menusuk, membikin wajah keempatnya memucat.

"Jawab!"

Bentak Taehyung, salah satu diantara kelimanya berucap terbata-bata.

"D-dia kabur lagi."

Taehyung mengusap wajahnya frustasi, lagi-lagi dia kecolongan. Bocah bandel, awas kau. Dia menatap keempat bodyguard berbadan bongsor itu dengan wajah murka.

"Cari sampai ketemu!" Titahnya, "Satu goresan kecil dan kalian mati."

"B-Baik!"

Keempatnya menjawab serentak. Detik itu juga menyebar kesegala penjuru. Taehyung menghela napas, dia pasti akan kena omel lagi.

"Kemana kau bocah nakal?"

Bisik Taehyung sebelum menyusuri jalanan.

____

Jeon Jungkook tidak seharusnya kabur dari keempat pengawalnya, ah tidak— lima jika ditambah satu. Dia sudah berkali-kali diberitahu mengenai hal itu, dan juga sudah berkali-kali melanggar. Namun, bukannya takut, Jungkook justru semakin bebal.

Well, persetan. He doesn't give a fuck.

Yang dia inginkan hanya kebebasan, lagipula murid sma mana yang dibuntuti kemana-mana diusia yang sudah menginjak dewasa? Mereka pikir Jungkook apa? Bayi?

Jungkook memakan eskrim rasa cokelat yang dibelinya ditoserba dekat sekolah, sambil menikmati, kepalanya menengok kekanan dan kekiri untuk memastikan keadaan. Aman.

Kakinya melangkah memasuki gang sempit yang letaknya agak tersembunyi di sebelah jajaran gedung tinggi. Kalau kau bertanya-tanya, gang sempit ini adalah jalur rahasia yang selalu digunakan Jungkook untuk kabur dari para pengawal, lorongnya yang berkelok berujung pada pertokoan disisi lain gedung.

Tenang saja, sekalipun gangnya sempit, berlumut seperti tempat pembunuhan difilm-film, tempat ini aman.

Atau mungkin tidak.

Langkahnya terhenti saat netranya menangkap segerombolan lelaki berpakaian lusuh, wajah memerah karena mabuk, rambut kusut dan berminyak. Mereka tertawa hingga gigi kuningnya terlihat. Tato sangar juga telinga dan bibir yang penuh tindik.

Jumlahnya enam orang, Jungkook menelan ludah, kaki otomatis melangkah mundur. Namun sial, sepatunya menginjak batu kerikil hingga bunyi gemerisiknya mencuri atensi para preman.

"Oho, lihat apa yang kita dapatkan disini?" Satu preman berjanggut dengan tato sangar dilengan kanan berjalan mendekat, bibirnya menyeringai, "Kelinci tersesat."

Jungkook sebisa mungkin mempertahankan wajahnya agar tetap datar, mendongakkan dagu angkuh, berusaha tampak mengintimidasi sekalipun sebenarnya, takut. Well, dia mungkin bisa melindungi dirinya sendiri, namun satu lawan enam, tentu dia tidak cukup bodoh untuk mengetahui hasil akhirnya.

Salah satu preman mendekat, Jungkook melangkah mundur sampai punggungnya membentur tembok. Gawat! Pemuda berambut hitam itu mengepalkan tinju, namun nyalinya menciut saat sipreman mengeluarkan pisau lipat. Jungkook telan ludah, dia melakukan satu-satunya hal yang terlintas dalam kepalanya; "J-Jangan mendekat! Aku Jeon Jungkook! anak dari Jeon Ho Joon! Putra tunggal Hyundai group! Kalian akan menyesal jika melakukan kejahatan padaku!"

Gerombolan preman itu berjengit, saling memandang, dan berbisik-bisik. Siapa yang tidak mengenal Hyundai group? Perusahaan paling besar didaratan Korea? Jungkook tersenyum angkuh, hah! Mereka tidak akan berani mendekatinya. Preman-preman itu menatap Jungkook kemudian tas yang dibawanya, pemuda kelinci melotot kaget saat salah satu preman maju untuk merebut ranselnya. Isi tas sekolahnya ditumpahkan, buku-buku dan alat tulis berceceran di gang sempit. Si preman menemukan dompetnya dan melihat kartu identitas disana.

"Well, Putra Milyarder itu? Tanpa pengawal? Rejeki nomplok!" Preman bertato yang berwajah memerah karena mabuk tertawa diikuti kroninya, Jungkook bisa merasakan perutnya melilit, dan tenggorokannya mengering, mereka tidak akan melukainya kan?

Salah satu preman maju, berbisik tepat didepan wajah Jungkook, "Kita lihat berapa banyak ayahmu bersedia menebusmu manis."

Jungkook mengeryit jijik saat hidungnya mengirup bau busuk mulut sipreman, begitu menyengat dan membuatnya nyaris muntah. Jungkook meludahi wajah sipreman, bukan tindakan yang bagus sebenarnya. Lelaki itu melangkah mundur, mengusap wajahnya dengan murka.

"Berani sekali kau!"

Sang preman mengayunkan tinjunya.

Jungkook bergerak secepat kilat untuk menghindar, tinju sipreman mengenai dinding beton dibelakangnya.

"Argh!"

Si preman memekik kesakitan sementara Jungkook meringis melihatnya. Pasti rasanya sakit sekali.

Preman yang lain maju, mengepung Jungkook dari segala sisi dan kali ini Jungkook tidak dapat menghindar, dia memejamkan mata rapat saat melihat tinju dilayangkan padanya, jeda beberapa detik, namun tinju itu tidak pernah datang.

"Bukan pilihan yang bijak untuk pamer kid." Jungkook membuka mata, dia melihat punggung tegap Taehyung didepannya. Preman bertato tersungkur diatas tanah, sepertinya barusaja terkena tendangan maut. Taehyung melepas jasnya, melemparnya pada Jungkook yang dengan sigap menangkap, "Pegang itu untukku."

Taehyung menggulung lengannya sebatas siku, Jungkook menelan ludah melihat jalinan otot dilengan lelaki itu. Taehyung mengendikkan dagunya kesalah satu preman.

Satu preman maju dengan ceroboh, mengayunkan tinjunya pada Taehyung. Lelaki itu menepisnya lalu memberi bogemnya mentah-mentah. Satu kali, dua kali, tiga kali. Si preman oleng, sebelum jatuh terduduk, pipi lebam dan mulut berdarah. Taehyung menendangi kepalanya seperti menendang bola.

Preman itu pingsan.

Taehyung menyeringai. Netranya menghujam pada preman yang lain.

Dua preman maju, satu melayangkan tendangan, satunya menyabetkan balok kayu. Taehyung melompat mundur kemudian merunduk untuk menghindari balok kayu. Tendangan sipreman menebas udara kosong, Jungkook mengawasi dengan mata melotot saat Taehyung berputar seratus delapan puluh derajat dan menendang kepala kedua preman sekaligus. Keduanya ambruk.

"Keparat!"

Tiga preman, maju sekaligus. Berputar mengitari Taehyung, tinju dilayangkan kearahnya, satu menyasar wajah, satu menyasar perut. Lelaki itu bergerak cepat menepis, kaki menendang salah satu dari ketiganya. Sementara dia mencekal pergelangan tangan sipreman dan memuntir lengan keduanya.

Bunyi gemeretak tulang patah menggema, kedua preman terbungkuk-bungkuk, menjerit kesakitan memegangi lengan yang baru dipatahkan Taehyung.

"Jangan bergerak! Atau anak ini akan mati!"

Taehyung berbalik, dan menemukan satu preman yang tadi ditendangnya menodongkan pisau ke leher Jungkook. Pemuda kelinci menatap Taehyung dengan wajah memucat, netra membelalak. Mata Taehyung menggelap.

"Lepaskan. Dia." Desisnya berbahaya.

Taehyung melangkah mendekat. Sipreman melangkah mundur sambil memegangi Jungkook, "Sudah kubilang jangan mendekat!" Ujarnya, "Kau mau anak ini mati hah?!" Bentaknya.

Detik selanjutnya, sipreman memekik saat Jungkook menggigit lengannya sekaligus menginjak kakinya kuat-kuat. Kesempatan itu digunakan Taehyung untuk menarik Jungkook kebalik tubuhnya, "Tidak buruk kid."

Jungkook mendengus.

Taehyung menyeringai, berjalan mendekati sipreman yang bergetar ketakutan, "Sekarang, kau yang akan mati."

Taehyung menghajarnya tanpa ampun.

____

"Apa yang kukatakan mengenai pergi sendirian tuan muda?"

Jungkook berpaling kearah lain, Taehyung bersidekap dan mengangkat alis, menunggu.

"A-aku tidak boleh pergi sendirian, dan harus selalu ditemani pengawal. Tidak boleh kabur. Tidak boleh pergi kemanapun selain kesekolah." Gumamnya lirih.

Taehyung mengangguk afirmatif, "Dan kenapa kau terus melanggar? Kau tau, banyak yang mengincar nyawamu diluar sana, ayahmu adalah seorang milyarder yang memiliki banyak saingan bisnis, untung saja aku datang tepat waktu untuk menyelamatkan bokong besarmu, kalau tidak—"

Wajah Jungkook seketika memerah, bokong besar?

"Bangsat kau, siapa yang kau panggil bokong besar!?" Deliknya, seketika merasa jengkel,  "Lagipula, ayah terlalu berlebihan. Aku tidak butuh empat pengawal dan satu singa untuk mengawasiku, dia pikir aku apa? Bayi?"

Taehyung tersenyum miring.

"Kau— bokong besar, bayi besar. Dan sst tidak boleh berkata kotor tuan muda."

"Fuck you."

Jungkook mengacungkan jari tengah.

Taehyung mengangkat alis, melangkahkan kaki mendekat dan mengukung Jungkook diantara kedua lengannya yang kokoh. Jungkook terkesiap kaget oleh perlakuan tiba-tiba itu, dia menelan ludah, matanya bertatapan dengan milik Taehyung, jaraknya sangat, sangat, sangat dekat. Hingga Jungkook bisa merasakan hembus napas lelaki itu bercampur dengan miliknya.

"A-apa?" Tantangnya.

"Kubilang— jangan berkata kotor, apa bibirmu perlu kusumpal agar kau tidak berkata kotor lagi hm?"

Pandangan Taehyung jatuh keatas bibir Jungkook. Mata pemuda itu melebar, dengan panik memejamkan mata rapat, selang beberapa detik dia tidak merasakan apapun, Jungkook memberanikan diri untuk membuka mata.

Pemuda kelinci menemukan wajah Taehyung disana, menahan tawa.

"Apa yang kau harapkan tuan muda?

Jungkook mendorong Taehyung kuat. Napas memburu dan wajah memerah karena malu.

"Aku akan mengadukanmu pada ayahku! Kita lihat siapa yang paling berkuasa disini!"

"Silahkan saja. Aku tidak keberatan, aku jadi tidak perlu lagi mengurus bocah ingusan sepertimu."

Taehyung tertawa. Dia berjalan mendahului Jungkook, keduanya keluar dari gang. Udara sore hari menyambut, Taehyung membuka pintu mobil, "Masuk."

Jungkook memasuki mobil, menyilangkan lengannya dengan bibir mencebik kesal.

"Jangan cemberut."

"Jangan mencebik."

"Masa bodoh, cepat jalan saja!"

Jungkook terkesiap saat Taehyung mendadak mencondongkan tubuh kearahnya. Pemuda kelinci menahan napas, terlampau dekat, Jungkook mencengkeram jok kursi mobil. Jantung berdebar kencang, Taehyung meraba sisi pinggangnya dan meremas disana. Hei- hei, tunggu, apa yang akan dia lakukan?! Jungkook memejamkan mata rapat, lalu bunyi 'klik' dari sabuk pengaman yang dikaitkan membuat imajinasi Jungkook buyar. Taehyung menatapnya dan meledakkan tawa.

"Aku membencimu." Jungkook mengerang marah dengan wajah memerah pekat.

Taehyung tersenyum geli. Mobil berderum meninggalkan jalanan. Diliriknya Jungkook yang membuang muka keluar jendela.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya lelaki itu setelah hening yang cukup lama. Mobil berhenti didepan lampu merah. Jungkook mendengus, "Kukira kau tidak peduli?"

Taehyung menjalankan mobil saat lampu berubah menjadi hijau, mengendikkan bahu singkat, "Aku memang tidak peduli." Ujarnya, Jungkook merasakan cubitan kecil dijantungnya. Entah kenapa.

Mobil berbelok menuju sebuah restoran, Jungkook mengangkat alisnya, Taehyung membuka sabuk pengaman, "Aku hanya peduli pada perutmu, kau belum makan kan? Biar kutebak, kau pasti hanya makan eskrim. Ayo makan daging, aku yang traktir."

Senyum lebar secepat itu mengembang diwajah Jungkook, "Call." Ujarnya riang, cepat-cepat keluar dari mobil dan berjalan disisi Taehyung.

Keduanya duduk dimeja paling sudut, dekat jendela besar. Jungkook memakan dagingnya dengan lahap, sementara Taehyung yang memanggang. Jungkook mengambil satu potong lagi, Taehyung mendelik.

"Hei! Aku bahkan belum makan satupun!"

Jungkook hanya tersenyum dengan mulut menggembung lucu, Taehyung menghela napas melihatnya.

"Kumaafkan karena kau manis."

"Apa?" Tanya Jungkook setelah selesai menelan, "Apa yang kau katakan?"

"Bukan apa-apa."

Taehyung mulai memanggang lagi. Dia melihat Jungkook yang berpaling keluar jendela dengan telinga memerah, Taehyung tersenyum geli.

"Aku tau kau mendengarnya."

"Ck." Jungkook mendecak tanpa menatap Taehyung, "A-aku tidak manis, aku tampan!"

"Bullshit."

"Tidak boleh berkata kotor."

"Lalu apa? Kau akan menyumpal mulutku?" Skakmat. Taehyung menyeringai. Jungkook gelagapan melihatnya, dia menyambar potongan daging di panggangan lalu menyuapkannya pada lelaki itu.

"Sudah makan saja!"

Taehyung mengunyah daging panggang pertama yang dilahapnya, ternyata enak.

Hari sudah menjelang malam saat keduanya tiba dimansion.

Jungkook tertidur.

Taehyung terkekeh kecil, mengangkat tubuh Jungkook diatas lengan dan membawanya masuk, para pelayan melihat dengan cemas.

"Apa tuan muda baik-baik saja?"

"Dia hanya tertidur." Bisik Taehyung, "Ayo, bukakan pintunya."

Taehyung membaringkan Jungkook hati-hati diatas ranjang, melepas sepatu dan kaos kakinya, mengganti pakaiannya dengan piama. Wajah tidur Jungkook damai, Taehyung mengusap helaian rambutnya, bibirnya mengulas senyum.

"Selamat tidur kid. Mimpi indah."

Taehyung meninggalkan kamar.

____

"Ayo bangun pemalas, sudah pagi."

Jungkook mengerang dalam tidurnya saat seberkas cahaya masuk, Taehyung membuka gorden, menggeser terbuka jendelanya lebar-lebar.

"Tuan muda, kau akan terlambat sekolah. Kalau kau tidak bangun dalam hitungan ketiga, satu- dua—"

"Aku bangun!" Ujar Jungkook cepat, pemuda itu melompat turun dari ranjang, menyambar handuk dan masuk kedalam kamar mandi.

Tidak ada yang spesial dari acara mandi paginya— kecuali memikirkan siapa yang menyelamatkannya kemarin, siapa yang memanggangkan daging untuknya, siapa yang mengangkatnya menuju kamar, atau siapa yang mengganti seragamnya kemarin, atau yang, ah sudahlah. Tentu saja dengan wajah panas sekalipun air shower menghujaninya.

Jungkook merasa nyaman dalam lingkup Taehyung, usia mereka terpaut tujuh tahun. Jungkook delapan belas sementara Taehyung duapuluh lima. Lelaki itu baru beberapa bulan menjabat sebagai bodyguard pribadinya, namun Jungkook merasakan rumah disana; Taehyung selalu memperlakukan Jungkook setara, sekalipun kata-katanya terkadang kurangajar, namun Jungkook suka. Taehyung tidak pernah menunduk hormat kecuali diperlukan, Taehyung memperlakukannya seperti teman, sahabat, adik, dan mungkin umm— yang lain— mungkin (yang ini Jungkook tidak yakin). Menjadi anak milyarder membuat Jungkook kesepian sejak kecil. Ayahnya sibuk bekerja, dan ibunya— meninggal sejak Jungkook berusia tujuh. Taehyung membuat Jungkook tidak merasa kesepian, dan lelaki itu membuatnya merasa bahwa dia mempunyai rumah. Tempat untuk pulang.

Jungkook tersenyum dan mematikan air shower. Keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk. Sepuluh menit kemudian, setelah berganti seragam, Jungkook turun untuk sarapan.

Dilihatnya figur lelaki paruh baya duduk diatas kursi meja makan dengan seberkas koran dan kopi hitam. Jungkook memekik.

"Ayah!"

Jungkook menghambur kepelukan ayahnya. Jeon Ho Joon tersenyum, menyambut pelukan itu dan menepuk bahu anaknya.

"Bagaimana kabarmu nak?"

Jungkook tertawa lebar, "Baik!" Ujarnya riang, "Kenapa ayah tidak bilang kalau akan pulang?"

Jeon Ho Joon menatap anaknya, "Taehyung tidak memberitahumu?" Pandangannya beralih pada lelaki berambut pirang yang berdiri disisi meja. Taehyung mengendikkan bahu, "Sedikit kejutan tuan."

Pria paruh baya itu terkekeh, "Duduklah disini, aku punya kabar penting."

Taehyung duduk diatas kursi, tepat didepan Jungkook duduk.

Kening yang paling muda mengeryit, "Kabar penting apa?"

Ayah Jungkook meletakkan korannya, menghela napas sejenak, "Demi keselamatanmu, ayah memutuskan untuk menjodohkanmu dengan salah seorang anak dari rekan bisnis ayah. Dia bisa melindungimu, tentu saja— kalian tidak akan segera menikah. Namun pertunangannya dilaksanakan minggu depan. Kuharap, kau segera bersiap Jungkook-ah."

Mulut Jungkook terbuka kecil, perutnya teraduk. Menikah? Bertunangan? Minggu depan? Otaknya memroses perkataan ayahnya, kemudian dia menggeleng tidak percaya. Amarahnya secepat itu naik keubun-ubun.

"Aku tidak mau!"

Jungkook menyentak emosi, merasa tubuhnya bergetar kecil karena amarah yang melingkupi tiba-tiba.

Ayahnya— yang sudah menduga hal ini akan terjadi, beralih menatap Taehyung.

"Dan Taehyung, terimakasih atas kerja kerasmu. Setelah Jungkook bertunangan, kau dibebas tugaskan."

Taehyung membungkuk penuh hormat, "Baik Tuan."

"Hyung—"

Jungkook memandang Ayahnya dan Taehyung dengan pandangan tidak percaya.

Pemuda itu berdiri dengan tubuh bergetar, jemarinya mengepal disisi tubuh. Matanya memanas.

"Aku benci kalian!"

Dengan dada kembang kempis, Jungkook meninggalkan meja makan.

Jungkook membanting pintu kamarnya, amarahnya berdeguk, mendidih seperti air panas. Tubuhnya bergetar kecil, kenapa? Kenapa harus dia?

Menikah dengan alasan keselamatannya? Hah! Jangan bercanda! Kalau mereka lupa, Jungkook juga laki-laki yang bisa melindungi dirinya sendiri. Jungkook melangkah menuju nakas, membanting lampu tidur, dia tidak ingin. Dia tidak mau. Jungkook membanting vas bunga hingga hancur berkeping-keping, mereka pikir mereka siapa? Orangtua yang tidak pernah mengurus anaknya, punya hak apa tiba-tiba menjodohkannya seperti ini? Air mata Jungkook menggenang, seiring dengan barang-barang yang dibanting dalam ruangannya. Pintunya diketuk dari luar, Jungkook tidak mendengar, ini tidak adil— sangat tidak adil! Jungkook membanting peralatan sekolahnya diatas meja belajar.

"Jungkook-ah." Sebuah suara masuk kedalam indra pendengaran.

"Kau sudah tau bukan?" Bisik Jungkook getir, jemarinya mengepal disisi paha, "Rencana perjodohan ini? Kenapa kau tidak memberitahuku?"

Taehyung berniat menggapai Jungkook, namun pemuda itu menepisnya, "Ah—" Ujarnya sambil tertawa masai, segalanya mendadak terlihat sangat jelas, dia teringat perkataan Taehyung kemarin, "Aku mengerti, jadi ini maksudmu? Kau tidak perlu mengurus bocah ingusan sepertiku bukan?"

"Jungkook-ah, bukan—"

"Diam. DIAM!!" Bentak Jungkook, dia merasakan matanya diburamkan oleh air mata, "Kalau kalian pikir bisa melindungiku, kalian salah besar."

Mata Jungkook tertuju pada pecahan vas bunga yang berserakan dibawah kakinya, dia berjalan mendekat, mengambil serpihannya yang tajam. Ayahnya pikir, dia bisa melakukan sesuatu semaunya? Ayahnya berkata bahwa dia menjodohkannya untuk keselamatannya? Kalau ayahnya berpikir bahwa itu benar, dia salah besar, siapa yang dapat melindungi Jungkook dari dirinya sendiri? Tidak ada. Jungkook tertawa dengan suara parau— sebelum meringis saat merasakan cengkeraman kuat dipergelangan tangannya, netranya bertatapan dengan obsidian Taehyung yang menggelap. Jungkook gentar. Lelaki itu merampas pecahan kaca ditangan Jungkook dengan tangan kosong tanpa memedulikan bahwa itu melukainya. Jungkook terkesiap melihat darah ditelapak tangan Taehyung.

"Jangan.pernah.melukai.dirimu.sendiri."

Desis Taehyung berbahaya. Jungkook tercekat— dalam bolamata Taehyung, Jungkook melihat— lelaki itu murka. Sangat murka. Jungkook mengangguk cepat.

Taehyung melepaskan pergelangan tangan Jungkook, dan memeluk pemuda itu, "Tenanglah. Semua akan baik-baik saja."

Jungkook balas memeluk Taehyung erat, pemuda itu menangis dibahunya.

______

Nyatanya, semua tidak berakhir baik.

Pertunangannya diadakan seminggu kemudian, pestanya mewah dan dihadiri oleh tamu-tamu penting. Jungkook duduk dikursinya dengan wajah suram, orang-orang saling bercengkerama, bersulang dan tersenyum palsu.

"Jungkook-ah."

Jungkook memutar bolamata, "Ya?"

"Ayo, aku akan mengenalkanmu pada teman-temanku."

Tunangannya bernama Yugyeom, dia pemuda tinggi jakung dengan rambut gelap. Keduanya berkenalan singkat dipertemuan keluarga yang diadakan tiga hari sebelumnya. Yugyeom berkata bahwa— dia jatuh cinta pada Jungkook dikali pertama mereka bertemu malam itu.

Dan tentu saja Jungkook tau bahwa semua itu bullshit.

Jungkook mengamati dengan datar saat melihat Yugyeom mengecup bibir seorang gadis, didepan matanya sendiri. Ayahnya akan menjodohkannya dengan lelaki macam ini? Jungkook melangkah mundur, melewati kerumunan dengan dada bergemuruh, saat itulah Jungkook merasakan pergelangan tangannya ditarik.

Kim Taehyung menariknya keluar dari kerumunan, Jungkook melihat jemari mereka yang tertaut dan merasakan debaran anomali disana.

Saat itu juga, Jungkook tau bahwa dia jatuh cinta.

_____

Hyundai palisade berderum meninggalkan pelataran parkir, riuh rendah pesta tertinggal dibelakang mereka.

Mobil melaju kencang, melewati deretan lampu, jalan yang menanjak dan berkelok-kelok, Jungkook membuka kaca jendela dan merasakan hembusan angin.

Rasanya bebas.

Taehyung melaju semakin kencang, Jungkook berteriak keras dan tertawa.

Mobil berhenti disebuah lahan kosong diatas bukit. Jungkook melihat taburan bintang, bulan sempurna dilangit malam seolah Jungkook bisa menggapainya.

"Untuk apa membawaku kemari?" Tanya Jungkook setelah hening yang cukup lama, Taehyung tidak menjawab, justru mencondongkan tubuh dari kursi kemudi. Jemarinya singgah dipinggang Jungkook.

"Apa kau hanya akan memasangkan sabuk pengaman untukku lagi?" Tanya pemuda itu.

Taehyung memiringkan kepala, menatap matanya, lalu turun menatap belah bibirnya; Jungkook menahan napas.

"Menurutmu?" Senyum main-main terbit dibibir Taehyung.

"Menurutku," bisik Jungkook disertai deru napas yang mulai kacau, jemarinya merambati dasi bermotif yang dipakai lelaki itu lalu menyentaknya guna menariknya mendekat, "Berhentilah menjadi pengecut dan cumbui aku."

Mata Taehyung menggelap. Detik selanjutnya, Jungkook melenguh dengan mata terpejam.

Lelaki itu melahap bibirnya.

Saliva keduanya meleleh. Rasanya luar biasa, bagaimana bibir Taehyung menjajah bibirnya tanpa ampun, menerobos setiap bagian dalam mulutnya dari ujung ke ujung hingga kesudut terdalam. Terasa sangat benar saat Taehyung melesakkan lidah dan Jungkook membalasnya; hasrat yang selama ini dipendamnya dalam-dalam akhirnya tersalurkan. Jungkook menekan tengkuk lelaki itu untuk memperdalam ciuman, jantungnya serasa akan meledak.

Taehyung membantu Jungkook naik keatas pangkuannya, hawa memanas, napas menderu ribut. Taehyung beralih menciumi rahangnya, "Mencumbuimu—" jeda, Taehyung memejam, ciumannya beralih ke leher lalu ke tulang selangka, "Seperti ini hm?"

Jungkook terengah parau dan mengangguk, jemarinya melingkari leher Taehyung. Mendongakkan kepalanya agar Taehyung lebih leluasa menjajah lehernya, memberinya tanda merah kebiruan dimanapun Taehyung suka.

"Apa kau tau? Mobil ini punya space luas dikursi penumpang, cukup untuk dua orang." Bisik Taehyung diatas kulit lehernya yang berdenyut panas, lidahnya menyapa dan membuat tanda sekali lagi, "Tertarik untuk pindah kebelakang?"

Keduanya pindah kebagian belakang mobil, dimana kursi belakang diturunkan dan disetel menyerupai tempat tidur. Kap mobil terbuka diatas mereka.

Ciuman panas berlanjut. Lidah bergelut. Selangkangan saling menggesek. Jungkook berada diatas Taehyung, mengakanginya dan bergerak binal diatasnya. Celananya teronggok mengenaskan entah dimana, kemeja putihnya terbuka, menggantung indah dilekukan lengan Jungkook. Tubuhnya terekspos didepan mata Taehyung. Putingnya yang menegang. Kulitnya yang merona seperti kelopak mawar. Bagian bawah Jungkook hanya dibalut celana dalam ketat yang kini sudah basah oleh precum.

"Darimana kau belajar menjadi liar seperti ini hm?"

Taehyung meremasi bokong Jungkook, menatapnya penuh puja. Jungkook cantik, seperti dewi, walaupun dia lelaki.

Jungkook menggigit bibir, "Umm— entah, video? Insting?"

"Holy shit, kau menonton video porno?" Tanya Taehyung tak percaya.

Jungkook terkekeh, "Aku tidak sepolos yang kau kira."

Taehyung menyeringai, "Yeah, dan sekarang kau kupolosi." Ujarnya kotor, Jungkook merasakan dirinya berkedut mendengar kata-kata itu.

"Yeah, dan sekarang, aku kau polosi."

Taehyung mengangkat bokong Jungkook dan menurunkan celana ketatnya. Kejantanan Jungkook mencuat, merah, berkedut dan basah oleh precum.

Jungkook melenguh saat jemari Taehyung melingkupinya, dia meremasnya, lalu mulai mengocok. Sementara jemarinya yang lain masuk kedalam lubang Jungkook. Pemuda itu mengeryit merasakan jemari Taehyung yang bergerak keluar masuk lubangnya, dia baru pertama kali melakukan hal ini, dan rasanya aneh.

"Apa yang kau rasakan?" Tanya Taehyung.

"Mm rasanya aneh? Dan tidak nyam— ah!"

Mata Jungkook melebar. Taehyung menyeringai, menyundul titik itu sekali lagi. Detik selanjutnya, lubang Jungkook menelan tiga jemari Taehyung. Bibir digigit untuk menahan desahan namun gagal.

"Ngh- ah!"

Gerakan Taehyung mengocok dan mengeluar masukkan jarinya menjadi semakin cepat, beberapa sentakan dan Jungkook melihat puncak, dia keluar deras membasahi setelan Taehyung. Napas terengah, melenguh panjang.

Detik selanjutnya Jungkook bertumpu pada kedua lututnya, wajah seksnya membuat Taehyung menjilat bibir. Pemuda itu melucuti sabuk Taehyung dan membuangnya asal, Taehyung sedikit mengangkat tubuhnya saat Jungkook menurunkan celana sekaligus dalaman yang dipakainya.

"Wow." Bisik Jungkook.

Taehyung terkekeh. Kejantanan Taehyung mengacung tegak, Jungkook mengurutnya dan Taehyung mendesis lirih, "Kau punya kondom?"

"Di saku celanaku."

"Kenapa kau punya kondom disaku celanamu?"

"Entah. Karena aku tau bahwa ini akan terjadi?"

Jungkook mendengus, merogoh saku celana Taehyung dan mengambil kondom dari sana. Jungkook membukanya dengan gigi sebelum memasangkannya ke genital Taehyung yang menegang, "Bilang saja bahwa kau sudah merencanakan ini."

Taehyung mengendikkan bahu. Jungkook menghela napas dan menghembuskannya perlahan. Kejantanan Taehyung berada tepat dipintu masuknya. Taehyung memegangi pinggang Jungkook saat pemuda itu menurunkan tubuhnya perlahan. Jungkook terbata-bata, rasanya begitu sakit, dia menyerpih, nyaris limbung jika Taehyung tidak memeganginya.

"Kau oke?" Tanya Taehyung khawatir.

Mata Jungkook berkaca, dia menggigit bibirnya kesakitan. Taehyung menarik tengkuknya dan memberinya ciuman untuk menenangkan, Jungkook tersengguk lirih, "S-sakit."

"Maaf. Maafkan aku. Kita tidak harus melakukan ini." Ujar Taehyung sambil mengusap pipinya, namun Jungkook menggeleng. Dia mendorong dirinya sendiri turun. Dan akhirnya, kejantanan Taehyung tertanam sempurna didalam lubangnya.

Taehyung menggeram rendah disisi telinganya. Merasakan kejantanannya dijepit, hangat dan panas melingkupi. Kening keduanya menyatu, sama-sama terengah. Perlahan-lahan, Jungkook mulai bergerak.

Awalnya pelan, namun temponya berubah semakin cepat. Taehyung menyibak poni Jungkook yang basah oleh keringat, melihat kulitnya yang merona cantik dilatar belakangi oleh sinar rembulan dan taburan bintang. Sementara pemuda itu bergerak liar naik turun, menungganginya. Desah napasnya kacau. Mengerang— mendesah tertahan kala kejantanan Taehyung tepat mengenai titik nikmatnya.

"Ah!"

Jungkook berdesah dengan dada kembang kempis. Tangannya bertumpu pada dada Taehyung, saliva menetes— nikmat, nikmat. Dia merasa dirinya menggila saat menggerakkan tubuhnya sendiri diluar kendali. Akal warasnya hilang dipenuhi oleh kenikmatan. Taehyung meremas pinggang Jungkook, menghentak dari bawah, bergerak sinkron seiring dengan pergerakan pemuda bergigi kelinci.

"Ngh— ah!"

Jungkook memekik saat Taehyung membantingnya kesamping, memutar tubuhnya hingga membelakangi lelaki itu. Tangan Taehyung mengangkat sebelah kakinya dan menahannya sementara pinggulnya menghujam dari belakang Jungkook, tengkuk dicium dan digigit. Bahu dikecupi. Jungkook bisa merasakan dada bidang Taehyung menggesek punggungnya sementara genjotannya semakin cepat.

"Ahh— tae—"

Jungkook menyerpih dengan suara parau, serak dan basah. Dia menolehkan kepala menyamping, jemarinya singgah ditengkuk Taehyung dan menariknya untuk berciuman. Taehyung menempelkan bibir mereka, menempatkan bibir Jungkook diantara giginya dan melumatnya.

"Aku akan ngh— datang."

"Bersama."

Dengan beberapa hentakan terakhir, keduanya mencapai puncak. Dibawah cahaya bulan, Jungkook dan Taehyung mendesah panjang.

Taehyung menarik dagu Jungkook, dan mengecup sudut bibirnya, lalu keningnya.

"Terimakasih."

Jungkook tersenyum dan mengangguk, namun secepat itu juga senyumnya lenyap, dia berpaling kearah lain, "Ya." Pemuda itu merasa jantungnya nyeri, karena besok pagi, keduanya harus kembali— "Aku lelah, kau bisa mengurusku?"

Taehyung mengecup pelipisnya dan mengangguk.

____

Saat terbangun, Jungkook berada dikamarnya. Sudah berganti dengan piama biru, dan tubuhnya juga sudah bersih. Jungkook berjalan cepat menuju cermin, menjenjangkan leher untuk melihat bahwa, masih ada ruam kemerahan disana.

Semalam bukan mimpi. Jungkook tersenyum pedih, kali ini dia harus menghadapi kenyataan. Taehyung tidak akan pernah kembali lagi.

Jungkook mendengar pintu kamarnya diketuk, "Masuk." Ujarnya.

Park Ahjussi— kepala pelayan dirumahnya masuk kedalam kamar Jungkook, "Tuan besar menunggu anda dibawah."

Tubuh Jungkook menegang, apa ayahnya akan memarahinya habis-habisan? Jungkook mengepalkan tangan erat, melangkahkan kaki dan turun menuju lantai bawah.

"Ooh Jungkook-ah? Kau sudah bangun?"

Suara ayahnya menyambut, kenapa lembut sekali? Bukankah ayahnya akan memarahinya karena kabur dari pertunangan?

"Kemarilah, kita kedatangan tamu."

Perlahan Jungkook mengangkat kepala, dan saat itu juga mulutnya menganga. Dia mengucek matanya sendiri dan memastikan bahwa ini bukan mimpi.

Kim Taehyung, duduk disana dengan seorang wanita cantik dan pria berwibawa. Pandangan keduanya bertemu dan Jungkook melihat Taehyung tersenyum geli.

"A-ada apa ayah?" Tanya Jungkook, jarinya bertaut. Dia mendudukkan diri disofa disamping ayahnya.

"Oh, jadi kau yang namanya Jungkook? Jungkookie?"

Seorang wanita cantik disamping Taehyung bertanya dengan senyum mengembang, Jungkook melirik Taehyung yang tersenyum geli. Wanita itu— tanpa diduga— mencubit pipi gembil Jungkook dan membuat pemuda itu terperangah.

"Ternyata benar apa kata Taehyung, kau sangat manis!" Ujarnya riang.

"Ibu." Bisik Taehyung.

SEBENARNYA ADA APA INI?

Jungkook total gagal paham, ada apa Taehyung dan kedua orang yang Jungkook duga adalah orangtua lelaki itu datang kemari?

"A-ayah—"

Ayahnya tersenyum, lelaki paruh baya disamping Taehyung berdehem singkat, "Jadi saya harap, dengan rencana pernikahan Taehyung dan Jungkook, perusahaan kita bisa bersatu dan menjadi lebih maju."

Mulut Jungkook menganga, "T-tunggu, apa maksudnya?"

"Aku melamarmu."

Mata Jungkook melebar sementara jantungnya berdebar kencang, Taehyung melamarnya?

Pandangan Jungkook beralih pada ayahnya, "Dan ayah setuju?"

Ayahnya mengangguk, "Tentu saja ayah menyetujuinya nak. Ternyata, Taehyung adalah anak dari sahabat ayah yang identitasnya disembunyikan dari publik. Kami jarang bertemu karena mereka berbisnis diluar negeri." Ayahnya tertawa, "Ngomong-ngomong penyatuan Hyundai dan Kim's Corp akan menjadi berita yang menggemparkan! Ayah tidak sabar."

Tuan Kim mendengus, "Kau masih saja sama seperti dulu."

"T-tunggu! Lalu bagaimana dengan Yugyeom?"

Wajah ayahnya berubah murka, "Lupakan pemuda itu, lagipula kalian belum bertukar cincin. Taehyung menunjukkan rekaman cctv saat anak brengsek itu mencium seorang gadis diacara pertunangan kalian. Berani sekali dia."

Jungkook tidak menyangka bahwa ayahnya akan berkata begitu, sedikit banyak, Jungkook merasa tersentuh, ternyata, ayahnya peduli padanya.

"Jadi, kami sudah menentukan tanggalnya."

"Oh, bagus!" Jeon Ho Joon ternsenyum lebar, "Kapan?"

Ibu Taehyung tersenyum, "Bulan depan, setelah Jungkook lulus sekolah."

"APA?" Ujar Jungkook shock, sedetik kemudian dia sadar telah berteriak. Dia menutup mulutnya sendiri, "Maksudku, apa tidak perlu pertunangan?"

"Tentu saja ada." Jawab Taehyung, lelaki itu menarik jemari Jungkook dan memasangkan sebuah cincin platina dijari manisnya, Taehyung mengangkat jemarinya sendiri yang berisi cincin yang sama persis dengan Jungkook, "Sekarang kita sudah bertunangan."

Jungkook spechless.

"Kau ini, sangat tidak romantis."

"Tidak apa-apa ibu, yang terpenting aku memilikinya dan dia memilikiku."

Jungkook menunduk dan tersenyum menatap cincin yang kini tersemat dijarinya, "Ya, itulah yang terpenting."

Bulan berikutnya, saat Jungkook lulus sekolah keduanya menikah. Pestanya digelar terbuka dengan meriah, teman-teman Jungkook dan Taehyung datang untuk memberi selamat.

Dan keduanya, hidup bahagia untuk selamanya.

FIN

Sekali lagi selamat ulangtahun buat kak Heavenly_Kookgasm , mon maap kaak telat hehe.

Terimakasih sudah membaca, semoga kalian suka. Purple uu 💜💜💜

Continue Reading

You'll Also Like

2.5K 223 3
Sekarang Taehyung tau apa yang dirasakan oleh Seokjin hyung-nya. 'Begitu cinta dan tak ingin berpisah' BxB #KookV#
375K 31.2K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
1.4M 122K 64
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
42.8K 3.9K 4
Aku pernah melihat tatapan itu... Kim Taehyung x Jeon Jungkook. Toptae! Bottomkook! Vkook/ Taekook Warning! Yaoi/ Boyslove/ bl / dark theme/ PSHYCO!