DAYA (PUBLISHED ON KK)

tjitsar द्वारा

5.8M 352K 13.2K

Sabta hanya tahu perempuan inilah yang menghancurkan semua rencana masa depannya. Menggagalkan pernikahannya... अधिक

SIN
BASTARD
REALITY
MOVE
FILE
WOMEN
CRASH
HATRED
FRIEND
FURY
STRANGER
IN LAW
NEIGHBOURS
EGO
EMPLOYEE
JEALOUS
EVIL
TRUTH
PLAN
NEWS
SHOCK
BRIDGE
MUSE
HUNGRY
CALL
EFFECT
SKILL
PRESENTATION
FIGHT
VANISH
BEAT
MOOD
DOCTORS
CHEMO
TREATMENT
TOGETHER
MOMENTUM
DATE
INTUITION
CRISIS
CAPTIVATED
CREATURE
beforeitends
getting closer to you
VOTE NOW
KARYAKARSA
Dear, Daya

PAST

71.3K 6.7K 64
tjitsar द्वारा

Dayu sudah mengalami banyak hal selama dia berada di kota ini, dan kebanyakan adalah hal yang tak menyenangkan. Tak ada hal bahagia yang bisa dia ingat. Kota ini tak terlalu ramah padanya. Pikiran pulang ke kampung halaman memang makin kuat dalam diri Dayu. Tak apa, dia bisa mati dengan tenang di kampung halamannya. Daripada di sini, dia khawatir mereka hanya akan membiarkannya saja.

Begitupun dengan ini. Tak ada lagi dalam pikiran Dayu bahwa akan datang hari ini. Sudah lama sekali dia membuang harapan untuk bertemu lelaki ini. Di dalam dekapan pria itu, Dayu menangis.

"Dayu," ujarnya khawatir.

Ini bukan pertemuan yang dia harapkan. Menemukan gambar wanita ini terunggah di laman sosial rumah mode terkenal harusnya bukan disambut dengan tangisan seperti ini. Dia begitu cantik di sana, berkuasa dan anggun. Kenapa dia menangis?

"Dayu? Hei," panggilnya lagi.

Dayu menarik dirinya dan menatap pria itu. Dia mengusap mata yang menghalanginya melihat dengan jelas. Lalu, desakan air mata itu menguat lagi dan dia tak bisa menghentikannya. Dia menjatuhkan tubuhnya di atas lutut, diikuti pria itu. Dengan raut cemas, dia membenarkan rambut Dayu yang jatuh ke wajahnya, mengusap kepala wanita itu.

"Dayu, kamu kenapa?"

"Kenapa kamu baru datang?" tanya Dayu menggugu. "Kenapa lama sekali?" tanyanya.

"Dayu," dipeluknya lagi Dayu untuk diusapnya punggung wanita itu. "Apa yang terjadi?" gumamnya.

"Kenapa lama sekali?" tanya Dayu lagi.

"Sst, sudah," bujuknya pelan. "Hei, sudah, tenanglah." dia menarik tubuh Dayu lalu menggeleng. "Dayu," dia tersenyum.

"Kenapa lama sekali, Halim?"


Mereka duduk bersisian di sebuah taman menghadap langit yang berubah menjadi gelap perlahan. Dia mengenggam tangan Dayu yang masih bergetar meski tak sehebat tadi.

"Dayu, aku nggak percaya ini! Aku nggak percaya kamu masih disini." ujarnya pelan. "Hei, kamu kenapa diam aja dari tadi?"

"Bagaimana bisa kamu ketemu aku?"

"Ada foto kamu di instagram mereka, jadi aku langsung ke butik itu. Beneran, cuma nguji keberuntungan aku aja ke sana. Nggak percaya kamu ada di sana! Dayu, maaf." katanya.

"Halim," Dayu menggeleng. "Kenapa ini terjadi?"

Halim mengerutkan dahinya. "Bagus dong! Oh, aku sampai lupa bilang selamat ke kamu! Kamu cantik banget di foto itu! Kamu kerja di sana? Kamu tinggal dimana sekarang?"

Dayu menghela nafasnya. "Ini tidak bagus, Lim. Ini menyakitkan!"

"Kenapa, Dayu? Kamu daritadi bicara apa, sih? Aku nggak ngerti."

"Aku mau pulang ke kampung,"

"Kenapa?" Halim menguatkan genggamannya. "Kamu akan punya karir yang bagus, Yu. Percaya sama aku, kamu pasti akan ditawari pekerjaan ini lagi. Kamu akan jadi model!" Halim bersemangat. "Gimana ceritanya kamu bisa difoto sama mereka?"

Dayu menggeleng. "Aku tidak mau. Aku mau pergi dari sini. Kamu harus tolong aku, Lim."

Kerutan di dahi Halim makin dalam. "Yu, kasih tahu alasan kenapa kamu mau pergi? Kamu kelihatan sangat baik-baik saja di sini." Halim menilik penampilan Dayu. Kemeja oversized dan celana katun longgar. Flat shoes hitam dan tas anyaman kecil yang manis.

"Aku tidak baik-baik saja, Lim. Aku di neraka!"

Halim mendesah. "Kamu kenapa?"

Dayu menarik tangannya untuk mengusap wajah. Menepis air yang sudah menggantung disudut matanya.

"Apa yang terjadi malam itu, Yu? Kamu kemana?"

Tanpa diduga, reaksi Dayu membuat Halim kaget bukan main. Perempuan itu berteriak kencang dan panjang.

"Dayu!" serunya. "Apa yang kamu lakukan?"

Dayu menarik nafas, berdiri dari kursi dan berjalan mondar mandir seraya mengusap kepalanya. Dia melihat Halim dengan mata yang basah, lalu menggeleng. Halim menyugar rambutnya dan ikut berdiri. "Kamu ada masalah apa?"

"Aku sudah menikah." ujar Dayu.

Mulut Halim terbuka secara otomatis. "Menikah?"

Dayu mengangguk. "Aku mengidap kanker paru-paru stadium II!"

Halim mengangkat tangannya tak paham. "Aku nggak paham kamu membicarakan siapa,"

"Malam itu-" Dayu menarik nafas. "Seseorang menawariku tumpangan, dia bilang bisa mengantarku ke tempatmu. Aku tidak tahu, jadi aku ikut dengannya."

"Kamu ikut aja? Harusnya kamu menghubungi aku, Yu."

Dayu mengangguk. "Aku ikut dengannya karena dia bilang tahu dimana kamu berada. Dia memberiku minuman dan memintaku menghabiskan minumannya." Dayu menggeleng lalu menghela nafas. "Aku tidak ingat apalagi yang terjadi, yang jelas paginya aku-" dia melihat Halim.

"Kamu-?" Halim tak berani menebak. Pasti bukan itu yang terjadi, kan?

"Aku di kamarnya, tak memakai apa-apa." Dayu mengadah, membuat air mata jatuh lebih cepat. "Aku tidak tahu, Lim." isaknya lagi.

Halim meloloskan nafas yang dia tahan dari tadi. "Dayu,"

"Orang tuanya menikahkan kami dua hari kemudian dan kamu tahu-" Dayu mengusap wajahnya lalu melihat Halim. "Aku hanya ingin pergi dari mereka semua."

Halim bergerak untuk memeluk Dayu. Pelukan yang begitu erat, yang dia harap bisa menolong Dayu melewati ini. "Ini salahku," gumamnya dengan suara bergetar. "Ini salahku, Yu!"

Dayu menangis lagi. "Haliiim..." rengeknya.

"Maafin aku, Yu! Maaf!" Halim mendesah. "Oh Dayu,"

"Aku hamil, Lim. Aku hamil anaknya!" tambah Dayu seakan ingin menumpahkan semua emosinya pada Halim.

Lelaki itu memejamkan matanya, mencoba menerima semua informasi dari Dayu. Kalau saja dia bisa menjemput Dayu malam itu. Harusnya dia meminta ijin pada bosnya untuk menjemput Dayu. Hanya akan memakan waktu satu sampai dua jam atau hanya akan terpotong berapa rupiah dari gajinya. Tentu saja, tak akan menghasilkan penyesalan seperti ini.

"Ssst, Dayu, Dayu tenanglah. Maafkan aku, Ya Tuhan." Halim menarik nafas panjang, mengusap kepala Dayu berkali-kali. "Dayu, maaf."

"Lim," gumam Dayu.

Halim melerai pelukan, memegang wajah Dayu dengan dua tangannya. "Maaf,"

Dayu menggeleng. "Bukan salah kamu. Harusnya aku-"

"I am so sorry,"

Dayu mengusap wajahnya lalu menarik nafas panjang. Ada ketukan yang menyakitkan di kepalanya sekarang. Dia terlalu emosional hingga tak ingat keadaannya. Dia berpegangan pada tangan Halim untuk duduk di ujung jogging track, lalu mengadah.

Halim menghela nafasnya, memandangi Dayu. Lalu pandangan matanya turun pada perut wanita itu. Tak tahu berapa usia kanduangannya, tapi jelas ada perubahan di sana. "I am sorry, Yu. Really."

Dayu mendesah, memaksimalkan fungsi parunya untuk mengambil nafas kemudian. "Hidupku kacau, Lim." dia melihat Halim. "Dan bukan salah kamu."

"Kalau saja aku bisa jemput kamu malam itu." gumamnya.

Dayu menggeleng. "Entahlah, aku tidak tahu, Lim." Dayu mengusap wajahnya.

"Kamu tinggal dimana sekarang?"

"Apartemen Luminers. Yang punya AksataInc itu mertuaku, jadi aku bisa kerja disana."

"Aku nggak tahu ini sebenarnya berkah untuk kamu atau bukan." Halim menguatkan genggaman tangannya pada Dayu. "Gimana keadaan kamu sekarang?"

Dayu menggeleng lagi. "Kacau, berantakan, bingung, semuanya. Aku hamil dan kena kanker. Aku tidak tahu harus merasakan apa lagi sekarang."

Halim mendesah. "Dayu,"

Dayu menjatuhkan kepalanya di bahu Halim. "Hidup kejam sekali padaku, Lim. Aku tidak tahu salahku dimana. Ini seperti kutukan." Dayu mengusap matanya.

"Jangan bicara seperti itu,"

"Kamu ternyata belum berubah, selalu menilai semua hal dengan baik."

"Kamu kasih tahu aku, Yu, kalau kamu butuh apa-apa. Aku janji aku akan selalu ada untuk kamu, kapanpun!"

Dayu tertawa pelan. "Halim-" harusnya kamu memang datang menjemputku malam itu.

"Berapa nomor handphonemu, Yu?"

Dayu menggeleng. "Kamu tulis saja nomor handphonemu di kertas. Aku tidak bawa handphone."

"Ayo berdiri dan pergi dari sini. Kamu kelelahan dan butuh makan. Nanti, kuantar pulang."


🍃🍃🍃🍃🍃

pulang.

🍃

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

546K 41.6K 51
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. Ia tidak minus. Seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. Dia juga tidak punya kemampuan u...
2.2M 220K 36
Bagi Lala, Ilham itu nyaris sempurna. Ganteng, soleh, mapan, sayang sama orangtua. Satu-satunya yang kurang adalah sifat juteknya. Jika melihat Lala...
Ineffable (Tamat) 이 제노 Lee Jeno द्वारा

किशोर उपन्यास

99.6K 12.3K 46
Awalnya, Aerylin tau Sakha cuma dari namanya doang. Tapi, setelah kesan pertama yang ditinggalkan Sakha untuk Aerylin, dia jadi ngerasa kalau Sakha a...
1.9M 230K 68
"Daripada galau tiap hari, kenapa nggak nikah sama gue aja? You know me. I'm a good man. Cowok kampret takut komitmen gitu buat apa dipertahanin?" -S...