My Sweetest Ex

By myezbie

271K 19.2K 2.9K

Protektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutusk... More

Prolog
BAB 1 : Boyfriend
BAB 2 : Mark My Words
BAB 3 : A Planning
BAB 4 : Him
BAB 5 : A Bit of Jealous
BAB 6 : Stalking Her
BAB 7 : Gossip
BAB 8 : An Angel
BAB 9 : Her Feeling
BAB 10 : They Are Fight
BAB 11 : Can We Be Friend?
BAB 12 : Make A Deal
BAB 13 : A Little Secret
BAB 14 - One Time
BAB 15 - I am Promise!
BAB 16 : Try to Move On?
BAB 17 : What's Wrong?
BAB 18 : Heartbreaking
BAB 19 : When The Regret it Come?
BAB 20 - What's My Fault?
BAB 21 : Three Painful Minutes
BAB 22 : Love Shot
BAB 23 : The Truth Untold
BAB 24 : What's It Wound?
BAB 25 : Break Up
BAB 27 : Another Chance
BAB 28 : They're Miss Each Other
BAB 29 : Hi Salsha?
BAB 30 : Dating Agency
BAB 31 : An Effort to Catch Her
BAB 32 : An Unexpected Fact
BAB 33 : Status?
BAB 34 : Kissing, Huh?
BAB 35 : I Got It!
BAB 36 : Pregnancy and The Wedding
Epilog

BAB 26 : What Are You Missed?

7.8K 546 75
By myezbie

Happy Reading.





Iqbaal menarik napasnya pelan. Laki-laki itu teramat lega ketika sosok yang ia tunggu sejak satu jam yang lalu akhirnya datang juga.

"Lho, katanya jam empat? Ini masih kurang sepuluh menit, kok udah di sini?"

Iqbaal tersenyum manis, "Ini baru nyampe juga. Duduk gih," katanya berbohong.

Faktanya, ia telah berada di cafe ini sejak satu jam yang lalu. Ia teramat gugup berhadapan dengan gadis yang mencuri pikirannya pasca mereka berpisah.

"Ada perlu apa?"

"Kamu mau makan apa?" tanya Iqbaal melontarkan pertanyaan.

Salsha mengernyit, "Kamu gak berpikir kalo kita akan lama kan? Ada  Bryan di luar soalnya."

Hati laki-laki itu mencelos. Ah ya, harusnya ia tak berharap lebih bisa mengobrol banyak dengan gadis ini. Sudah banyak luka yang ia gores dan mustahil untuk dikembalikan ke wujud semula.

Takdir seolah mempermainkannya. Iqbaal ingin marah dengan apa yang ia rasakan. Ia ingin memprotes tentang perasaan tak enak yang selama ini menganggu tidurnya. Dia... rindu. Tapi tak menyangka jika sesulit ini untuk mengutarakannya.

"Yaudah, suruh Bryannya masuk biar bisa makan sama-sama."

Bodoh! Salsha mengumpat dalam hati. Tidak tahukah Iqbaal jika dirinya sengaja menyuruh laki-laki cerewet itu untuk menunggu di luar karna dirinya ingin berdua dengannya?

Salsha tertawa remeh, seharusnya ia tak boleh berpikir demikian.

"Aku mau minum aja," katanya final.

Iqbaal mengangguk kemudian memesan strawberry milkshake kegemaran si gadis ditambah dengan dua menu dessert lainnya. Salsha mengarahkan pandangnya ke luar jendela. Bingung harus apa. Harusnya ia menolak saja ketika Iqbaal menyuruhnya kemari.

"Kalian udah pacaran?"

"Siapa?"

"Kamu sama Bryan."

"Iya," jawabnya cepat. Salsha hanya refleks berbicara hanya untuk melihat reaksi Iqbaal.

Dan ya, coba tebak apa yang ditunjukkan pada laki-laki pemilik hatinya ini. Iqbaal malah mengangguk sembari tersenyum tipis kemudian berkata, "Selamat ya."

Salsha kecewa. Dia kira Iqbaal akan menunjukkan rautan marah atau kesal atau mungkin penyesalan.

"Makasih."

Iqbaal berdehem mengusir perasaan aneh yang mencekik tenggorokannya, "Dia pasti bisa jaga perasaan kamu dengan baik yang mana gak bisa aku lakuin ketika kamu masih sama aku," Iqbaal tertawa hambar, suasananya menjadi canggung.

Salsha terpekur dalam pikirannya. Bagaimana bisa Iqbaal berkata demikian jikalau di hatinya masih tersimpan namanya. Iqbaal masih diam bahkan ketika menu mereka sudah sampai.

"Minum dulu."

"Kamu mau bicara apa?"

Iqbaal mengembuskan napas kasar. Pertanyaan Salsha menunjukkan seolah gadis ini tak nyaman dan tanpa alasan Iqbaal benci ini.

"Aku mau minta maaf," katanya kemudian.

"Untuk?"

"Semuanya," ujar Iqbaal serius, "semua kesalahan yang mungkin gak aku sadari, semua perbuatan yang udah bikin kamu sakit hati, dan untuk keegoisan aku."

Salsha terdiam. Hawa dingin dan aroma kayu serta lemon yang menguar di cafe terasa tak nyaman sekarang. Entah perasaannya atau mungkin nyata dia mengira ada sesuatu yang terjadi.

"Aku egois ya, dulu ketika masih pacaran aku selalu berpikir kapan kita akan putus tapi saat kamu udah nemuin cowok lain aku ngerasa sakit hati," ucap Iqbaal lagi.

"Ini salah aku, mungkin aku sedikit terlambat bilang ini. Tapi Salsha, apa salah kalau aku rindu kamu?"

Salsha masih diam. Gadis itu menatap Iqbaal dengan pandangan kosong. Iqbaalnya. Apakah ini nyata atau hanya sekedar mimpi?

Iqbaal tersenyum, "Kamu gak perlu jawab tentang pertanyaan bodoh aku. Maaf udah ganggu kamu, by the way, cuma itu yang mau aku omongin," katanya sembari mengusap poni Salsha.

"Ah ya, titip salam ke Bryan ya, bilang ke dia untuk selalu jagain kamu. Kamu boleh pergi sekarang," terdengar seperti pengusiran tapi bukan maksud Iqbaal begini.

Dia laki-laki sama seperti Bryan. Dia tahu bagaimana sakitnya perasaan ketika menunggu seseorang yang dicintai bersama orang lain. Iqbaal hanya tak mau egonya menang lagi.

"Bodoh!" kata Salsha dengan jelas. Gadis itu beranjak, "Seharusnya aku tau untuk gak berharap sejauh itu ke kamu," katanya sebelum berlalu.

Iqbaal terdiam menatap punggung bersweater merah mudah itu. Tangannya meremas kertas yang sejak tadi ia sembunyikan di bawah meja. Ada sebagian rasa nyeri di hatinya tetapi ini yang terbaik.

Salsha akan jauh lebih baik tidak pernah tahu karna Iqbaal sadar akan posisinya. Dia akan menjadi pecundang jika mengutarakan perasaan yang ia rasakan. Perasaannya yang terlambat untuk ia ungkapkan.

Biar Iqbaal menyimpan rindunya sendiri. Biar hanya dia yang tahu, Salsha tidak perlu.


***


"Kasih aku waktu lima menit untuk bicara sama kamu, Jessi." Alwan berkata putus asa. Sejak ia memilih berpisah dengan gadis itu, Jessi seakan menghilang. Gadis itu susah ia temui, bahkan saat Alwan terang-terangan datang ke kelasnya.

"Aku gak bisa. Ada urusan." Jessi segera beranjak dari tempatnya. Sial! Usahanya untuk bersembunyi di taman belakang gagal.

"Sampai kapan kamu terus ngehindar dari aku?"

Jessi mengacuhkannya. Gadis itu memilih untuk lekas pergi dari tempat ini. Meski sebagian hatinya tak menghendaki.

"Aku minta maaf. Aku nyesel bilang kayak gitu. Aku nyesel pernah bilang kalo perasaan itu gak ada buat kamu. Aku nyesel karna udah buat ego aku menang dengan announce i haven't feeling to you."

Jessi ingin pergi. Setidaknya ia ingin bertelepotasi atau masuk ke kantung doraemon agar bisa menghilang dari sini.

"Lucu ya, ketika kamu ngejar aku tanpa perasaan malu dan dengan mudahnya bilang tentang perasaan kamu aku malah tetep stuck di ego. Bener, sesuatu itu akan terasa berharga ketika tak lagi bersama kita."

"Aku pengen kita balikan atau setidaknya mencoba untuk memperbaiki yang lalu, tapi aku sadar kalo semua gak akan semudah itu." Alwan masih berbicara ketika tahu jika gadisnya masih berhenti.

"Bahkan ketika kamu senyum ke Ari rasanya susah untuk nerima itu. Senyuman yang harusnya cuma buat aku."

Jessi berbalik, "Kamu nyesel?"

"Kata nyeselpun gak cukup untuk ungkapin perasaan aku. Aku salah, ya, karna udah punya pikiran jenuh sama hubungan kita. Tapi demi apa pun, aku pengen semuanya kembali."

Jessi tersenyum sinis atau mungkin miris?

"Setelah kamu buang aku semudah itu? Kamu pikir aku mau kembali sama kamu? Gak mikir apa?" kata gadis itu sarkastis. Jessi berlalu tanpa Alwan tau jika air matanya mulai mengalir.

Alwan menatap punggung si gadis yang mulai menjauh. Alwan menertawakan dirinya miris, benar, memangnya akan semudah itu mengembalikan kaca yang sudah hancur?

***


Prilly membuka kamar si adik yang tidak terkunci. Kakak dari si tampan Iqbaal itu tampak cemas akan keadaan sang adik yang akhir-akhir ini pendiam. Belum lagi dengan keputusannya semalam yang membuat dia kaget.

Perempuan yang sedang mengambil studi kedokteran ini tahu jika adiknya tak baik-baik saja. Dan ya, seperti dugaannya Iqbaal tampak melamun di meja belajar.

"Gak pengen sharing gitu sama kakak? Sapa tau gue bisa bantu masalah lo," katanya sembari menutup pintu.

Iqbaal menoleh tampak kaget dengan kedatangan saudaranya itu. "Hah? Gak ada apa-apa, kok," elaknya.

"Ckk, gue kenal lo bukan setahun dua tahun ya, Baal. Dari jaman pakai pampers sampai sekarang juga gue tau gimana sikap lo. Ada masalah apa sih? Cerita sama gue!" katanya dengan nada memaksa.

Iqbaal memutar bola matanya malas. Prilly itu cerewet dan suara cemprengnya ketika merajuk itu merusak gendang telinganya

"Gak ada apa-apa Kak, beneran deh!" Iqbaal mengangkat ibu jari dan jari tengahnya.

"Bohong."

"Yaudah sih kalau gak percaya," jawab Iqbaal sembari mengangkat bahunya acuh.

"Gak mungkin kalau gak ada apa-apa lo nerima tawaran buat ke-"

"Sok tau! Udah ah sana mau belajar ini."

Prilly mendecih, "Belajar apaan orang dari tadi liatin tuh boneka beruang mulu! Gamon ya?" katanya diiringi senyum menggoda.

"Apaan sih! Gak jelas!"

Prilly tertawa kencang, "Emang bener ya, kalo penyesalan tuh datengnya akhiran kalo awal mah namanya pendaftaran."

"Kaaaaak!!"

Bukannya meredakan tawa, si sulung itu masih gencar menggoda sang adik. "Lo sih! Udah tau juga diperjuangin malah gak tau diri. Sekarang nyesel deh terus mau sok sokan buat---awh!"
Prilly mengusap lengannya yang baru saja dilempar buku oleh si bungsu.

"Jangan sok tau deh!"



***


Maaf ya, lama. Doakan biar bisa langsung up part selanjutnya wqwqwq


Biar dia merindukanmu sendiri.
Jangan resah.
Dia pasti fikirkanmu
Walau kau tak tau...
Hingga di ujung malam.

Selamat malam kamis!

What do you think about this part?

Cium beceq
gomez

Continue Reading

You'll Also Like

104K 18.2K 43
#Miniseri 6 "Mengenalmu, adalah sebuah jalan untukku merasa utuh." (Erlangga Thariq) "Bertemu denganmu, adalah jalan yang tak pernah kuinginkan terja...
636K 24.9K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
735K 57.6K 24
Enam tahun setelah Remi membantu Bumi, dia kembali dipertemukan dengan lelaki itu dalam situasi tak terduga. Remi sedikit berdebar, apalagi saat Bum...
7M 295K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...