Gamers Couple [Slow Update]

By AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 9

542 43 11
By AnyaNurand28

Kelas yang awalnya bersih dan rapi kini berubah menjadi kapal pecah, orang-orang yang berada didalamnya terlihat frustasi dan tak sedikit yang terus-terusan mengumpat kecil melihat pemandangan yang terpampang nyata itu. Mereka seperti melihat adegan laga namun dengan versi konyol, alih-alih memilih menghindarinya, justru kebanyakan dari mereka berkumpul dalam satu titik, mereka sangat terpaksa untuk menyaksikannya.


Bukan tanpa alasan, kebanyakan dari mereka terjebak dalam situasi ini karena pintu utama kelas sudah terhalang oleh meja dan tiga kursi diatasnya, bukan mereka tak ingin membukanya, tapi mereka paham jika membukanya akan terkena senggolan keras dari sang pemeran utama, sebab perkelahian terjadi tepat di dekat pintu masuk kelas. Tak lupa juga kertas dengan tulisan yang sangat besar sudah tertempel dengan kalimat "SELAMAT MENYAKSIKAN AKSI LAGA MAUT MOBIL BEMO DIATAS REL KERETA API".

Tak perlu berfikir jauh siapa dalang dari semua itu, jika mereka berdua sedang berkelahi seperti ini Jhonson lah yang menjadi penata ruangannya. Masalah pintu utama dan tulisan kalimat itupun Jhonson lah pelakunya.

Bimo dan Darrel berlarian dari satu sisi ke sisi lainnya, mendorong kursi dan meja yang sudah tidak berada dalam posisi sebelumnya. Bahkan meja guru yang semula rapi dengan adanya kain untuk menutupi meja dan vas bunga kini sudah tak beraturan, kainnya kini sudah beralih menjadi ikat kepala oleh Bimo dan bunganya sudah terselip indah ditelinga Darrel.

Bimo sekarang sudah berubah menjadi pahlawan nasional dan Darrel telah bertransformasi menjadi Noni Belanda.

"Hey kamu Noni Belanda, menyerahlah dan ikut saya ke markas," ucap Bimo seraya menunjuk Darrel yang sedang duduk cantik di salah satu kursi.

"Maaf saya tidak merasa bermasalah dan saya tidak akan mengikuti perintah anda," jawab Darrel santai sambil mengibaskan rambutnya bak iklan shampo.

Kesal dengan tanggapan yang Darrel lontarkan, Bimo lantas mengambil kursi dan menggulingkannya ke arah Darrel. "Keterlaluan kamu ya, jika kamu tidak ingin ikut ke markas saya maka kembalikan sandal saya yang sudah kamu curi."

Seketika semua orang yang ada di kelas tersebut mendadak tersedak dan ada juga yang membulatkan matanya. Bagaimana tidak, pertarungan yang tadi terjadi itu hanya karena sebuah sandal dan kerusakan yang terjadi setelahnya seperti sudah terkena puting beliung.

"Parah mereka berdua, otaknya udah geser ke belakang kali ya?"

"Bedak Jhonson bukain pintunya woy, gue pengen kencing sumpah nggak tahan ini, sampe nggak kuat diri gue."

"Njir emang bener-bener ya, cuman karena sandal doang ributnya udah kayak nggak kebagian emas."

"Bentar lagi masuk elah, ketahuan guru bisa dihukum massal kita."

"Salahin tuh mereka berdua, gila kali mereka yang berulah kita semua yang kena."

"Jhonson burik buaya, bukain nggak pintunya, gue udah nggak tahan sumpah."

Celetukan itu terus saja terdengar diiringi dengan sorakan dan umpatan-umpatan kecil dari murid yang ada di dalam kelas, tak sedikit pula yang terlihat pasrah dan lebih memilih memejamkan mata dibanding melihat asli yang tengah di suguhkan temannya sendiri.

Brukk...

Tiba-tiba saja pintu terbuka dan meja beserta kursi yang menahannya sudah berhamburan, seorang cewek sedang berdiri tegap dengan berkacak pinggang, matanya meneliti setiap penjuru ruangan dan berhenti tepat diantara kumpulan manusia dan dua makhluk luar binasa.

Mata bulat dan tajamnya menatap bergantian ke arah kiri dan kanan, mereka yang melihat tatapan tersebut langsung menelan ludahnya kasar dan ada juga yg mengumpat pelan.

"Gue nggak mau tau beresin semuanya sampai rapi, meja sama kursi pokoknya harus ditata kayak sebelumnya juga, kerjain sekarang juga!"

Suara tegas dan lantang itu menyeruak ke seluruh ruangan kelas, mereka yang tadinya hanya diam langsung bergegas merapikan kelas yang sudah tak bisa dibilang rapi lagi. Para laki-laki bergotong royong membereskan meja dan kursi dan mengembalikannya ke tempat semula, sedangkan para wanita mengambil sapu dan lap pel untuk membersihkan kelas yang kotor karena debu dan sampah yang berserakan akibat dari pergeseran meja dan kursi.

Tatapan gadis itu kini kembali meneliti ke seluruh penjuru ruangan, dia tidak melihat siapa dalang yang sengaja menutup dan menghalangi pintu agar tidak ada akses untuk memasuki kelas. Miya sangat tahu bahwa pelaku penghalangan akses masuk itu adalah Jhonson, karena setiap kali ada keributan di kelas apalagi yang menyangkut sahabatnya dia pasti akan mendekor ruangan sekeren mungkin menurut versinya sendiri.

*****

Suasana di kantin saat ini terbilang cukup ramai, beberapa siswa dan siswi terlihat sibuk menikmati makanan yang sudah dipesan terlebih dahuli, tapi itu tidak berlaku bagi dua insan manusia yang saat ini sedang duduk di pojok kantin.

Dua mangkuk mie ayam serta dua gelas es teh manis memang sudah ada di depan mata, namun mereka berdua sepertinya enggan untuk menyentuh makanan dan minuman yang sangat nikmat itu, terlebih ketika mata mereka hanya fokus pada satu pandangan saja.

Legendary

Double Kill

Kalimat itu terdengar cukup nyaring, jemari mereka pun terlihat begitu lihai bergerak di atas layar ponsel yang sedang menyala, tatapan fokus terus saja ditujukan pada satu titik. Mereka sepertinya tidak memperdulikan keadaan sekitar, bahkan pesanan mereka masih utuh seperti sebelumnya.

"Jho, ini gila banget sumpah," ucap Thalia heboh.

"Apaan sih Tha berisik, gue lagi fokus juga," kesal Jhonson.

"Hero baru gue keren banget, gue udah ngalahin dua orang cuman 10 menit doang. Kalau dari dulu gue tau, nggak akan gue pake hero Jhonson."

"Terserah lo Tha mau pake hero apa aja, asal jangan pake pokemon aja."

"Pokemon mana ada di game Mobile Legend, yang ada mah Minions."

"Nah itu lo tau, makanya nggak usah heboh, fokus aja main."

Hening kembali, tidak ada sahutan dari Thalia setelah Jhonson selesai berbicara. Memang selalu seperti itu, ketika mata hanya fokus pada satu titik dan mulut berbicara dengan lawan tanpa saling pandang. Bagi mereka itu hal yang biasa, tapi bagi orang lain yang melihatnya itu hal yang kurang disukai apalagi dengan hubungan yang tengah mereka jalin.

Sebenarnya dalam pikiran mereka masing-masing keinginan untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih secara normal terus saja terngiang, memanggil sang kekasih dengan sebutan aku kamu atau kata manis yang lainnya, tapi karena bagi mereka ini adalah kali pertama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih jadi rasa canggung itu masih terasa apalagi hobi mereka yang sangat suling untuk dikurangi waktu mainnya.

Jhonson sendiri sempat berfikir bagaimana dia bisa kecanduan game jika dari dulu saja dia sangat membenci hal itu karena menurutnya itu adalah kegiatan yang membuang-buang waktu, tapi sekarang justru dia tidak bisa jika satu hari saja tidak bermain game.

Tiba-tiba saja Jhonson memberhentikan permainannya membuat Thalia yang melihatnya sekilas mengernyitkan dahinya bingung, karena biasanya Jhonson tak pernah berhenti di tengah-tengah permainan, dia selalu berusaha menyelesaikan permainannya sampai dia menang. Tak peduli jika seseorang sedang membutuhkannya ataupun memanggilnya dia akan menyelesaikan permainan itu terlebih dahulu.

"Kenapa lo, tumben berhenti di tengah permainan gini?" tanya Thalia heran.

"Kok gue ngerasa ada yang salah ya dari diri gue sendiri?"

"Maksud lo gimana?"

"Kenapa gue bisa kecanduan game kayak gini ya? Padahal dulu gue benci banget sama game."

Mendengar hal itu Thalia langsung menyelesaikan permainannya. Salah satu fakta yang tidak Thalia ketahui sama sekali, dia kira Jhonson memang dari dulu menyukai game karena jago dan lihainya dia dalam bermain seperti gamers profesional.

"Lo nggak lagi bercanda kan?"

"Gue serius."

"Gue nggak percaya, massa iya dulu lo benci sama game, gue liat sekarang lo jago banget kayak udah lama suka game dan nguasai gitu."

"Lo aja bisa berfikir nggak percaya sama omongan gue, apalagi gue yang jalaninya."

"Emang karena apa lo jadi suka bahkan kecanduan game?"

"Karena di-"

Apa ini saatnya Jhonson memberi tahu Thalia tentang seseorang di masa lalunya yang berperan dengan perubahannya, tapi yang Thalia ketahui bahwa dialah pacar pertamanya dan Jhonson tak pernah dekat dengan perempuan lain. Jhonson memang murid baru di sekolahnya, jadi banyak yang tidak mengetahui tentang masa lalunya termasuk perempuan yang pernah dekat dengannya.

Thalia memiringkan kepalanya dan memperhatikan Jhonson, "karena di siapa maksud lo?"

Jhonaon terkesiap mendengar suara Thalia yang sangat pelan dan agak lembut, membuatnya seketika gelagapan sendiri.

"Ah nggak itu apa, emm gue, gue tadi," Jhonson berfikir apa yang harus ia katakan pada Thalia, tak mungkin ia harus berkata jujur. Tapi sedetik kemudian ide berlian terlintas di kepalanya.

"Oh itu, karena di, karena di de di depan gue ada satu paket mie ayam dan es teh manis, jadi gue lupa mau bilang apa soalnya perut gue udah laper," ujar Jhonson sambil cengengesan nggak jelas.

Thalia memicing curiga karena ucapan Jhonson yang agak gagu," lo nggak lagi bohong kan?"

"Ng-nggak lah, lo nggak denger perut gue dari tadi lagi demo minta diisi?"

"Ya kan cuman bilang nama doang nggak sampai satu menit kali."

"Aduh Tha, nanti aja lagi ya ngobrol nya gue mau makan dulu nih. Emang Lo mau gendong gue kalau gue pingsan karena telat makan?"

"Ck, lebay banget sih. Ya udah makan dulu aja sana, ogah gue gendong lo kalau emang beneran lo pingsan, buang-buang tenaga tau nggak?"

Jhonson tersenyum puas dengan ucapan Thalia barusan meskipun sebenarnya sedikit menyakitkan, tapi dia lega terbebas dari cercaan pertanyaan yang membuatnya gelagapan sendiri. "Emang bener-bener perhatian deh pacar gue ini, makin sayang kan jadinya," colek pipi Thalia yang membuat pemiliknya bergidik ngeri.

Sebenarnya Thalia merasa tidak puas dengan ucapan Jhonson karena gelagat dari reaksi tubuh dia yang mencurigakan, tapi semakin di pancing juga tidak ada baiknya melihat mereka sekarang tengah berada di tengah-tengah keramaian kantin. Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian karena perdebatan nya dengan Jhonson.

*****

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan meninggalkan vote dan komennya teman-teman😄

Follow IG: @anyanurand , @galeri_mywattpad
Wattpad (AnyaNurand28)

-Anya❤ 

Continue Reading

You'll Also Like

215K 26K 23
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...
4.3M 97.8K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.1M 98.1K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
935K 85.8K 32
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...