Gamers Couple [Slow Update]

By AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 7

594 38 5
By AnyaNurand28

Di dalam mobil yang dikemudikan oleh Reno, Darrel terus saja menghembuskan nafasnya secara kasar. Bagaimana tidak, hening yang menyeruak di dalam mobil membuat Darrel tak betah berlama-lama, Darrel lebih senang dengan suasana ramai yang membuatnya merasa tak kesepian. Salah dia juga memilih pergi bersama Reno dengan mobil dibandingkan Bimo dengan motor.

Sialnya dia lupa bahwa ponselnya mati kehabisan baterai dan alhasil dia tak bisa memainkan game Free Fire kesukaanya. Jika saja dia tadi ikut bersama Bimo, mungkin akan ada sedikit suasana yang menyenangkan meskipun agak garing dan diapun bisa segera sampai di rumah Lolita.

Kalian perlu tahu bahwa mobil yang dikemudikan oleh Reno lebih lambat dari anak yang baru belajar berjalan. Kecepatannyapun hanya 30km/jam, padahal dia bisa menaikan kecepatan itu sampai 45-50km/jam. Alasannya itu 'biar lambat asal selamat'.

Benar, memang benar ucapan yang Reno lontarkan. Namun Darrel merasa kesal karena sudah tiga puluh menit berlalu mereka belum sampai juga ke rumah Lolita, padahal jarak rumah lolita dari sekolah bisa ditempuh dengan waktu lima belas menit saja paling telatpun hanya duapuluh menit, itu tidak termasuk jika jalanan sedang keadaan padat. Tapi kali ini jalanan cukup lengang dan hanya beberapa kendaraan yang lewat.

"Ren, gantian aja deh gue yang bawa mobilnya. Lo lambat banget kayak gajah ngesot" kesal Darrel.

"Kita harus hati-hati Rel, ini mobil bukan punya kita. Lo mau ganti rugi kalau kita kenapa-kenapa di jalan dan berakhir di rumah sakit, masih mending disitu gimana kalau besoknya kita udah di dalam tanah?" cerocos Reno.

"Busyet Ren ucapan lo, rem kali jangan kebablasan gitu, ngeri gue jadinya," tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika mereka berdua yang masih mempunyai masa depan panjang harus meninggal secara tragis. Amit amit Ya Allah.

"Makanya diem jangan banyak bacot, duduk aja sana kayak bayi lagi pup."

"Sialan lo nyuruh gue diem kayak bayi pup."

Tak ada sahutan lagi dari Reno, dia lebih fokus mengendarai mobil Lolita agar bisa segera sampai ke tempat pemiliknya. Darrel sendiri saat ini tengah gerak-gerak nggak jelas, bersenandung kecillah, mukul-mukul dashboard-lah, muter-muterin kepala depan belakang kanan kirilah, nyapa orang di luar lewat jendelalah, sampai Reno sendiri jengah dan malu jika orang yang dipanggil Darrel melirik tajam ke arah mereka.

Bugh

"Anjir Ren, sakit gile" rintih Darrel ketika mendapati pundaknya dipukul keras oleh Reno.

"Gue bilang kan tadi lo diem Rel, jangan kayak cacing kepanasan gitu coba. Lo nggak malu dari tadi ditatap gitu kayak orang gila, itu jendela tutup banyak yang ngeliatin, jangan malu-maluin yang bawa" kata Reno kesal, mungkin saja jika keadaan sedang sepi Darrel akan mendapati Reno yang akan berubah menjadi ibu tiri kejam.

"Gue bosen Ren" ujar Darrel, tak urung juga dia munutup jendelanya rapat menuruti perintah Reno sebelumnya.

"Ya main game lah, biasanya juga lo kayak gitu" tutur Reno ngegas.

"Dari tadi juga gue bakalan main game kalau ponselnya nyala, lah ini mah mati Reno mati" ucap Darrel mendramatisir

"Kalau mati itu di kubur lah Rel, lo gimana sih" tutur Reno dengan santai.

Mendengar penuturan Reno barusan membuat Darrel membulatkan matanya. "Anjir Reno, lo itu kan pinter kenapa sekarang jadi bloon gini?" berubah, sekarang yang menjadi bodoh itu bukan lagi Darrel melainkan Reno si kutu buku. Bagaimana Darrel tidak berkata kasar seperti itu jika suruhan Reno ini di luar nalar manusia.

"Enak aja ngatain gue bloon. Emang apanya yang salah, gue kan bilang bener kalau mati yang di kubur" elak Reno.

Kenapa sekarang jadi Darrel yang dibuat kesal oleh Reno, bukankah tadi sebaliknya? Frustasi Darrel jika berhadapan dengan Reno dikondisi otaknya yang tidak beres, lama-lama bisa darah tinggi dia.

"Reno Pratama, dengerin gue baik-baik ya. Ini itu ponsel bukan manusia, jadi gak ada istilah ponsel mati harus dikubur" Darrel berkata sangat lembut tidak seperti tadi membuat Reno yang mendengarnyapun menautkan alisnya sesaat lalu berkata.

"Tumben lo pinter Rel, gue kira selama ini lo gak bisa mikir. Ternyata dan ternyata otak lo masih berguna juga, gue kira lo bakalan ikutin perintah gue nguburin itu ponsel" ujar Reno pelan, santai namun sangat menusuk.

Sialan emang Reno, ucapan tadi hanyalah jebakan untuk mengetes kinerja otak Darrel. Dia kira otak Darrel off dan tak bisa berfikir apa-apa, begini-begini juga otaknya masih bekerja apalagi jika bersangkutan dengan game karena itu sangat membutuhkan pikiran untuk mengatur strategi kemenangan.

Sudahlah, dia tak ingin melanjutkan kembali perbincangannya dengan Reno. Lebih baik dia diam saja daripada beradu mulut dengan si kutu buku Reno, dia baru tahu jika orang yang sering diam dan tak banyak bicara jika sekali mengeluarkan suara, kalimatnya itu begitu pedas dan sangat menusuk.

***

"Bimo,Bimo,Bimo,Bimo dia si cowok yang sangat tampan. Merayu, memikat dia yang sangat pandai."

"Cewek yang sexy, cewek yang lugu, cewek yang pintarpun dia dapat. Anak sekolah, anak kuliah ataupun anak kerja dia akan mendapatkannya."

Nyanyian Bimo di tengah jalanan ibu kota membuat sebagian dari mereka memperhatikannya secara seksama.

Ada yang melihatnya dengan alis bertaut dan kening berkerut, ada yang mencibirnya kasar, ada yang mengerlingkan matanya malas, ada yang mengatainya langsung seperti orang gila, ada yang tertawa pelan dan terkekeh geli bahkan ada juga yang mati-matian menahan tawanya agar tidak keluar secara keras karena mereka sedang memvideokannya.

Mungkin saja saat ini urat malu Bimo sedang putus, maka dari itu dia tidak malu bernyanyi di tengah jalanan yang banyak di lalui kendaraan yang berlalu lalang. Bagi Bimo itu bernyanyi adalah suata kebebasan, dimanapun dan kapanpun dia bisa melakukannya asalkan dia tau tempat dan tak ada larangan.

Seperti di jalanan saat ini, Bimo lebih memilih bernyanyi sambil mengendarai motor pinjamannya, menghilangkan rasa sepi di tengah keramaian.

Berada diatas motor seorang diri membuat Bimo tak bisa berbincang-bincang sebentar saja dengan penumpangnya, tak mungkin dia bicara sendiri, lebih baik dia bernyanyi saja dari pada harus berbincang dengan tanpa adanya penumpang.

Sehabis menyanyikan lagi hey tayo dengan versi Bimo, dia kembali melanjutkan nyanyiannya dengan judul lagu suka sama kamu. Entah untuk siapa lagu itu ditujukkan, bisa jadi pula saat ini memang Bimo sedang kasmaran dan si cewek itu sangat tidak peka dengan perasaannya.

"Sebenarnya aku ingin mengungkapkan rasa tapi mengapa aku selalu tak bisa. Bagaimana caranya agar dirimu bisa tau kalau aku suka, suka, suka sama kamu. Serrr,yeeee aaaa."

Hanya sebatas reff, selepas itu sura Bimo tak lagi keluar. Bukan karena dia sudah lelah bernyanyi, tapi karena motor yang baru saja melewatinya menghadiahinya dengan tatapan tajam dan tangan yang mengepal. Sebenarnya Bimo tidak takut hanya saja motor yang melewatinya itu di kemudikan oleh seorang polisi dan TNI, orang yang menatapnya tajam dengan tangan yang mengepal adalah si penumpang yang tak lain adalah bapak TNI.

Dia tak ingin jika harus berurusan dengan mereka berdua hanya karena hal sepele semacam ini, padahal sedaritadi tak ada orang yang menatapnya atau mengepalkan tangannya seperti itu, yang ada kebanyakan dari mereka memvideonya dan terkekeh geli melihat aksi konsernya di jalan tepat di atas kendaraan beroda dua ini.

"Gue salah apa Ya Allah, padahal gue nggak melakukan pelanggaran lalu lintas, apalagi nyampe bongkar lampu merah di perempatan jalan. Jahat memang bapak TNI sama Polis itu, syirik kali ya gue jadi artis mendadak di jalan," sungguh kali ini Bimo telah menjadi drama king.  Bisa-bisanya ditengah jalan seperti ini dia seolah sedang curhat, tak apa jika suara dia pelan akan tetapi suaranya itu melebihi sirine mobil polisi. Para pengendara jalan yang melaluinya pun tak habis pikir dengan tingkah Bimo yang luar biasa ini.

Situasi jalanan memang tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi juga, beberapa kendaraan bermotor dan kendaraan roda dua hilir mudik melewatinya. Namun seketika Bimo hampir terjungkal ketika melihat anak sekolah berseragam SMP menyusulnya dengan kecepatan seperti kilat. Dia ingin protes, tetapi motor yang ditumpanginya saat ini pasti tak akan mampu menyusul bocah pengendara tersebut.

"Gue do'ain ban lo kempes ditengah jalan ya bocah esempe sialan," umpat Bimo pelan.

Seharusnya yang mendapatkan himbauan dan peringatan itu yang tadi, anak dibawah umur mengendarai kendaraan tanpa helm dan dengan kecepetan yang seperti kilat pula, bukan anak yang sudah memiliki SIM, mempunyai surat-surat kendaraan lengkap dan yang memakai helm, hanya karena bernyanyi di perjalanan dia mendapat tatapan tajam dan kepalan tangan.

Padahal dia sendiri masih memfokuskan diri untuk mengendarai kendaraannya dan pengguna jalanpun tidak ada yang merasa terganggu. Tenang saja volume suaranya sudah diatur sedemikian rupa agar ketika dia bernyanyi tidak mengganggu pengguna jalan lainnya, tetapi untuk curhatan tadi volumenya sedikit dinaikan dua oktaf, lagian suara Bimopun tidak terlalu buruk meskipun tidak bagus pula.

Di perempatan jalan yang akan Bimo lewati dia berhenti di lampu merah sambil berfikir mana jalan yang akan dia lewati untuk menuju rumah Lolita. Apa dia harus mengambil arah kiri, kanan atau bisa saja lurus? Bodoh, dia lupa menanyakan alamat rumah Lolita. Bagaimana nasibnya ini, tidak mungkin dia menghubung salah satu sahabatnya di lampu merah seperti ini, sialnya dia baru menyadari jika ponselnya kehabisan daya baterai akibat streaming.

Seperti orang linglung, celingak celinguk dia mencari orang yang dia kenali, namun nihil tak ada satupun yang dia kenal bahkan tak ada pula yang mengenalinya. Tapi tak berselang lama dia mengenali mobil yang berada tepat di sampingnya, mobil berwarna putih yang tadi sempat dia lihat di parkiran, tak salah lagi ini mobil Lolita yang ditumpangi oleh Reno dan Darrel.

Saat ini Bimo berniat untuk mengikuti mobil tersebut tanpa sepengetahuan dua orang di dalamnya. Lampu hijau menyala, diapun begegas mengikuti mobil yang sekarang sudah berada tepat di depannya dan melaju lurus. Dia sangat bersyukur hari ini Tuhan sedang berpihak kepadanya dan memberikan bantuan melalui Reno dan Darrel.

Sebenarnya bisa saja dia berjalan-jalan saja daripada pergi ke rumah Lolita, namun karena oleh-oleh yang ditawarkan Lolita sepertinya sangat menggiurkan dan menarik, Bimo wajib mendapatkannya, jangan sampai dia kalah oleh Darrel.

***

Tepat di depan pagar emas motor yang dikendarai Bimo berhenti. Megahnya bangunan yang ada di depan matanya membuat Bimo tak percaya bahkan sampai diam mematung. Benarkah ini rumah Lolita? Gosip yang beredar disekolah ternyata benar bahwa dia adalah siswi yang kaya, kalau begitu mungkin dia bisa mendekatnya. Tapi sayang beribu sayang, Lolita telah menempatkan hatinya untuk Reno seorang dan merupakan sahabat karibnya.

"Eh mobil Bemo, lo ngapain diri di luar sana?"

Keterkagumannya kini telah usai akibat suara bass Darrel yang ternyata sudah berdiri di depannya dan hanya terhalang oleh pagar rumah yang membatasi antara luar dan dalam.

"Ijih gile, gue nggak nyangka rumah si Lolipop bisa segede gini."

Darrel mengangkat sebelah alisnya. "Lah, lo belum tau rumahnya Lolita kayak gimana?"

Bimo menggeleng pelan, "ini aja gue baru pertama kali ke rumah dia."

Reno yang mendengar percakapan antara Bimo dan Darrel nampak tak peduli awalnya sebelum dia mendengar ada keganjalan dari percakapan mereka tersebut.

"Bim, lo belum pernah ke rumah Lolita tapi bisa sampe sini. Gimana caranya?" tanya Reno yang kali ini sudah bergabung bersama mereka.

"Ya pasti tanya-tanya lah dia ke orang, mana ada yang nggak tau sih kediaman Lolita anak seorang pembisnis yang sukses," jawab Darrel santai.

Bimo menampilkan senyum sinisnya, " sok tau banget lo."

Kerutan di dahi Darrel dan Reno terpampang jelas, jika bukan karena hal itu lalu bagaimana Bimo bisa sampai ke rumah Lolita? Namun tiba-tiba bisikan terdengar jelas di telinga kiri Darrel dan telinga kanan Reno.

"Gue ngikutin mobil kalian di belakang," setelah mengatakan kalimat tersebut Bimo langsung melesat pergi ke dalam rumah, sebelumnya motornya sudah dia minta parkirkan pada satpam yang berada di rumah Lolita, sedangkan Darrel dan Reno menatap punggung Bimo dengan pandangan tak terbaca dan dahi berkerut.

***

Jangan lupa vote dan komennya teman-teman, sebagai apresiasinya untuk cerita pertamaku ini 💕

Follow: @anyanurand , @galeri_mywattpad dan akun wattpad AnyaNurand28 .

-Anya❤

Continue Reading

You'll Also Like

Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 220K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1.1M 43.2K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
480K 52.8K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
291K 17.3K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...