Allesya POV
Aku memutuskan untuk bersekolah di salah satu SMK/STM yang berada di Jakarta, dan mengambil kejuruan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif. Karena di sekolah lamaku juga aku di kejuruan itu.
Hari ini hari pertama masuk sekolah, dan aku diantar Bang Ilham sampai ke Ruang Kepsek.
"Assalamualaikum," salam Bang Ilham.
"Waalaikumsalam," terdengar jawaban salam dari dua orang yang tak lain walikelasku dan kepala sekolah.
"Ini, Bu, adik saya, Allesya Arfani," ucap Bang Ilham kepada walikelasku seraya tersenyum, sesegera mungkin aku menyalami tangan walikelasku dan kepala sekolah ku.
"Perkenalkan, nama ibu, Indah Lesta. Ibu walikelas kamu, Nak. Kamu bisa panggil ibu, Bu Lesta." Bu Lesta memperkenalkan dirinya dan segera berpamitan kepada kepala sekolah dan Bang Ilham untuk segera mengajakku ke ruang kelas.
***
Author POV
Allesya berjalan beriringan dengan Bu Lesta sembari berbincang-bincang. Tidak sadar, mereka telah sampai di depan ruang kelas. Allesya masuk di kelas 11 Otomotif 1, dimana penghuninya orang-orang yang pandai. Begitu tadi kata Bu Lesta.
Kelas nampak tenang meskipun sedang jam kosong. Siswanya hanya sibuk membaca buku.
"Selamat pagi, Anak-anak!" sapa Bu Lesta dengan senyum ramahnya.
"Pagi juga, Bu!" jawab mereka serempak.
"Hari ini kita kedatangan murid baru," senyum Bu Lesta. "Silahkan masuk!" panggil Bu Lesta.
Allesya masuk dengan muka datarnya. Dia menyapu pandang. Hanya ada siswa laki-laki dikelas. Hmm ternyata benar apa kata Bu Lesta, jika hanya aku salah satu perempuan yang memilih kejuruan ini, sepertinya mereka memang pandai-pandai, semua meja berisi buku tanpa ada ponsel, dasar kelewat kutu buku, batin Allesya.
"Perkenalkan nama saya, Allesya Arfani. Saya pindahan dari salah satu STM Negeri di Jawa Tengah. Semoga kita bisa berteman baik." Begitulah perkenalan yang super datar dari Allesya.
Tak lama, ada seorang siswa yang berbicara, “Cewek sok masuk otomotif, kena oli dikit paling histeris. Noob, beban kelas.” Cibir siswa tersebut dengan sinis, yang bernama Agil. Dia memang sangat menyebalkan, tapi dia juga sangat pintar.
"Maaf, tapi saya berusaha agar tidak merepotkan anda, selama saya sekolah disini." Sahut Allesya dengan bahasa formal yang bisa disebut dengan istilah dingin.
"Agil! Kamu ini jangan membuat Allesya tidak nyaman sekolah disini." Oceh Bu Lesta, sedangkan Agil, hanya mengangkat bahu tanda tidak perduli.
"Allesya, sekarang kamu bisa duduk di sebelah William," suruh Bu Lesta, dengan senyumnya yang ramah itu. Dan dibalas dengan anggukan kepala oleh Allesya.
"Hai, Allesya. Nama gue William," sapa William dengan menunjukkan lesung pipinya.
"Oke," balas Allesya dengan muka datarnya.
***
Bel istirahat berbunyi, tetapi murid kelas 11 Otomotif 1, belum ada tanda-tanda keluar dari kelasnya. Mereka sibuk berkenalan dengan murid baru, Allesya Arfani.
Setelah bel istirahat berbunyi, semua siswa yang ada dikelas segera mengerubungi Allesya, lantaran ingin berkenalan dengan gadis manis nan imut itu. Tetapi ada satu orang yang tidak ikut berkenalan dengan Allesya, Agil.
"Hai, Allesya." sapa teman sekelasnya dengan bersamaan. Sedangkan yang disapa hanya menoleh dan menunjukkan muka datarnya itu.
"Aelah, cewek sombong aja pada lo deketin," sinis Agil.
"Sensi mulu lo!" ketus Bima, yang notabene nya sebagai ketua kelas.
"Gue ngomong sesuai fakta kali, Bim. Tuh lihat aja mukanya, dari tadi gak ada senyum sekalipun untuk orang yang telah nyapa dia," jawab Agil sarkatis.
"Yaelah, entar kalau udah kenal juga lo bakal naksir sama Allesya," celetuk Dito, cowok yang paling sableng dikelas.
"Ogah!" ketus Agil, sembari keluar kelas dengan tangan kanan yang di masukkan saku celananya dan tangan kiri memegang ponsel.
"Yee! Awas aja kemakan omongan sendiri!" teriak Dito dari dalam kelas.
Teman-teman yang lainnya hanya menggelengkan kepala mereka melihat dua manusia yang selalu beradu mulut itu, padahal mereka berdua sahabatan dari kecil. Mereka bersahabat dengan karakter yang bertolak belakang. Jika Agil yang memiliki sifat dingin, maka Dito memiliki sifat yang begitu gokil.
"Eh, Allesya. Jangan dengerin omongan si Agil, ya. Dia emang gitu orangnya, gue aja heran, gimana bisa tahan gue ya sahabatan sama makhluk es," ucap si Dito, mencoba untuk memberi pengertian Allesya agar tidak tersinggung dengan omongan Agil. Pasalnya, Agil selalu bikin cewek sakit hati karena omongannya yang pedas itu.
"Ah, iya. Gak pa-pa," jawab Allesya dengan senyum tipisnya.
"Allesya senyum," celetuk William.
"Lo manis kalau senyum, Sya," sahut Bima, ketua kelas dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya. Entah sudah minus berapa si Bima, yang pasti kacamatanya tebal sekali.
Terlihat Allesya sedikit tidak nyaman dengan panggilan yang digunakan Bima.
"Allesya, ikut kita makan ke kantin, yuk!" ajak Candra, cowok manis dengan gigi gingsulnya dan juga berkacamata.
"Iya, boleh," jawab Allesya sedikit ramah.
***
"Eh, itu murid baru, ya?"
"Wihh, manis juga."
"Buset, kenapa dia bareng sama anak-anak otomotif?"
"Ah, masa iya cewek kalem gitu masuk kejuruan otomotif? Biasanya yang suka perbengkelan kan cenderung cowok. Sekalipun cewek, pasti tomboy."
"Wih, anjir! Kenapa dia gak masuk ke kelas kita aja, sih. Gue empet tau ngelihat temen gue yang isinya cowok semua."
Begitulah bisikan-bisikan dari siswa yang didengar oleh Allesya dan teman barunya. Mereka berjalan dengan santai dan tidak memperdulikan ocehan anak kejuruan lain. Karena mereka hanya ingin satu, makan!
Akan tetapi, banyak siswi yang memandang tidak suka dengan Allesya lantaran bisa satu kelas dengan cowok tampan dan pintarnya minta ampun dan pastinya ... famous.
Tapi juga ada yang kagum dengan Allesya, karena baru kali ini ada cewek yang mau memasuki kejuruan otomotif. Secara, kejuruan otomotif merupakan kejuruan favorit, harus benar-benar pandai untuk masuk di kejuruan ini.
"Wah, murid baru itu, ya? Kok gue baru lihat dia,"
"Manis."
"Keren, dari kejuruan otomotif,"
"Idih, sok cantik, sok masuk kejuruan otomotif."
"Iya tuh, paling juga biar dia bisa deket-deket sama cogan."
"Hmm, gue ada ide, nih." bisik seorang ketua geng.
***
Hai, teman!
Sorry for typo.
Jangan lupa vomment, yaa :)
Makasih
Kritik dan saran sangat dibutuhkan
Untuk pembaca yang diam, ayo dong tinggalkan jejaknya