Heart Is Beating (GOOGLE PLAY...

By CutelFishy

21.8K 1.6K 114

SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK!! Broken home membuat Fahrania tidak percaya dengan yang namanya menjalin... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 6
Part 7
Part 9
Heart Is Beating in Google Play Book
❌Penghapusan❌

Part 5

1K 176 10
By CutelFishy

Setelah membeli beberapa kebutuhan selama di resort Ben dan Fahrania pulang. Mereka memilah-milah bahan makanan yang akan di taruh di kulkas. Pria itu sesekali memperhatikan Fahrania. Mungkin jika mereka menikah akan seperti ini, pikirnya. Belanja bersama, memilah-milah dan hanya ada mereka berdua sebelum memiliki anak. Bayangan tentang masa depan membuat Ben mengulum senyumnya.

"Sudah selesai." Fahrania menutup pintu kulkas.

Ben kesiap, "terimakasih sudah membantuku," ucapnya. Fahrania hanya mengangguk. Ia akan kembali ke kamarnya. "Mau minum kopi denganku?"

"Tidak, terimakasih. Aku sudah mengantuk." Ia tidak ingin lebih lama lagi berduaan dengan Ben, hari ini cukup membuatnya gelisah. Terutama hatinya. Ben meminta pendapatnya tentang pernikahaan. Fahrania merasakan ada sesuatu yang pria itu inginkan darinya. Entah itu apa? Dirinya pun masih bingung.

"Baiklah, selamat tidur.."

Fahrania segera meninggalkan dapur. Ia menutup pintu kamar dan menguncinya. Duduk di tepi ranjang lalu tertegun. Saat mereka akan masuk ke dalam supermarket. Ben mengatakan sesuatu yang membuat hatinya risau. Ia tidak mendengar begitu jelas apa yang dibicarakan pria itu.

"Tadi dia bicara apa ya? Kenapa aku jadi seperti ini." Ia mengeluh terhadap dirinya sendiri. Kepalanya mendadak nyeri. "Itu tidak penting." Fahrania ke kamar mandi untuk cuci muka lalu tidur.

***

Sayup-sayup Fahrania mendengar suara tawa dan teriakan dari luar. Tubuhnya menggeliat merenggangkan otot yang terasa agak kaku. Ia menyibak selimut yang menghangatkan tubuhnya semalaman. Bangun dan berjalan ke dekat pintu balkon. Ia melihat Reifan dan Nuria yang sedang berenang. Bola mata Fahrania hampir loncat saat melihat dengan matanya sendiri. Nuria mengenakan bikini yang memamerkan lekuk tubuhnya. Fahrania sampai menahan napas. Dengan langkah terburu-buru ia keluar dari kamar.

"Nuria!" teriaknya dengan tatapan marah.

"Kakak, sini kita berenang." Nuria dengan wajah senang.

"NURIA!" teriaknya memanggil kembali. Nuria belum menyadari kenapa Fahrania marah. "Naik dan ganti bikinimu!" lanjutnya berang.

"Kakak," Nuria yang sedang berenang langsung naik. Fahrania mengambil bathrobe yang ada di atas kursi. Ia mendekati adiknya lalu memberikannya. Menyuruh Nuria memakai itu untuk menutupi tubuhnya. Dengan wajah ditekuk Nuria mengenakan. Fahrania menalikan dengan kencang.

"Aku sudah bilang tidak ada bikini. Apa kamu tidak mendengarnya?!" wajahnya memerah karena menahan amarah yang siap meledak kapan saja. "Disini ada orang lain. Bagaimana kalau... " Fahrania tidak bisa melanjutkannya.

"Kak Ben dari tadi tidak dirumah, Kak. Dia olahraga lari sampai sekarang belum pulang." Reifan menerangkan. Ia cukup prihatin pada Nuria. Fahrania bisa bernapas lega. Ben tidak di rumah.

"Kalau mau berenang pakai celana pendek dan t-shirt saja. Ganti sekarang!" perintahnya.

"Tapi, Kak.." ucap Nuria hendak membantah. Fahrania langsung menatapnya tajam. Adiknya ketakutan dan menuruti keinginan Fahrania. Ia berjalan dengan lemas. Ada Fahrania membuatnya tidak bebas.

"Reifan! Apa kamu tidak bisa memberi tahu Nuria? Untuk tidak pakai bikini?!" giliran Reifan yang kena semprot omelan Fahrania. Adik laki-laki masih berada di dalam kolam renang.

"Ya kan itu kemauan Nuria, Kak. Aku tidak bisa apa-apa."

"Alasan saja!" timpal Fahrania marah. "Kamu harus menjaga adikmu. Kalau seperti ini biar Kakak bilang ke Daddy!" ancamnya.

"Kak, jangan Kak." Reifan naik untuk mendekati Fahrania. "Rei, mohon jangan ya, Kak." Ia memegang tangannya. "Aku janji mau jaga Nuria apapun itu."

"Awas kamu ulangi lagi!"

"Iya iya.. Tidak akan." Reifan nyengir.

"Wow..." ucap seseorang dibelakang mereka. Keduanya menoleh. Pria itu sedang bersedekap sambil melihat dari kaki sampai ujung kepala Fahrania. Ia sangat menikmati pemandangan pagi ini. Kaki jenjang yang mulus. Terekspos sedikit paha putih milik Fahrania. Sungguh beruntungnya kamu, Ben, ucapnya dalam hati.

"Hai, Kak. Baru selesai larinya?" sapa Reifan.

"Iya," jawabnya sambil tersenyum. Ia melihat mentarinya tidak menyapa. Siapa lagi jika bukan Fahrania. "Pakaianmu pagi ini sangat mengesankan, Rania." Ben mengerlingkan matanya. Fahrania tidak mengerti. Pria itu menatap kaki jenjangnya. Fahrania mengamati apa yang dilihat Ben. Mulutnya terbuka. Yang dikenakannya kini hanya kemeja putih yang kebesaran ditubuhnya.

Mulut Fahrania terbuka. Ia menjadi salah tingkah. "Permisi aku mau mandi." Melewati Ben dengan kepala menunduk.

"Kaki yang bagus," bisiknya sambil menyeringai.

Seketika Wajah Fahrania memerah. Baru kali ini ia mempermalukan dirinya sendiri di depan orang lain. Pagi itu sungguh kacau untuknya. Gadis itu lari ke kamar. Napas Fahrania tersengal karena saking buru-burunya. Jantungnya pun berdegup lebih cepat dari biasanya. Aneh, batin gadis itu. Ia harus mandi secepatnya. Dua puluh menit berendam cukup untuk menenangkan diri. Fahrania mengenakan pakaiannya.

Ia mengintip dari jendela. Ben bersama kedua adiknya sedang berenang. Nuria sudah mengganti bikininya. Fahrania baru tenang sekarang. Entah kenapa matanya selalu tertuju pada sosok pria itu. Memperhatikan setiap gerak-gerik Ben. Mereka bercanda dan tertawa. Bibirnya menipis lalu menghela napas. Ia menutup gorden dengan paksa.

Fahrania berencana untuk masak membuatkan sarapan untuk mereka. Daripada bingung harus melakukan apa. Salah satu keahliannya adalah memasak. Di rumah ia sering membantu Daninda. Omelet, makanan yang simple. Fahrania mengeluarkan beberapa telur dan perlengkapan lainnya. Dan juga membuat roti isi yang sederhana. Jika memasak nasi goreng akan membutuhkan waktu yang lama. Ia belum memasak nasinya.

Harumnya telur yang di goreng mengisi ruangan dapur. Saat Ben hendak masuk ingin mengambil minum. Ia buru-buru bersembunyi. Mengintip Fahrania yang sedang memasak. Cantik, memiliki tubuh yang ideal dan pintar memasak. Calon istri idaman, seru dalam hati Ben. Setelah melihat dan menilai. Ia semakin bersemangat untuk mendapatkan Fahrania. Nanti dirinya akan melihat Fahrania berada di dapurnya setiap pagi dengan status sebagai istri. Angan-angan itu membuat hatinya mengembang.

"Rania.. Oh.. Rania.. Tunggu waktunya kita bersama ya." Ben berdehem. Fahrania mengangkat kepalanya. Pria itu hanya mengenakan celana pendek saja. Fahrania menatapnya datar. Padahal dada Ben yang berlekuk-lekuk membuat para gadis histeris. Tapi tidak bagi si gadis dingin tersebut. "Aku mau mengambil minum."

Fahrania mengangguk lalu melanjutkan acara memasaknya. "Maaf aku memakai dapur tanpa izinmu."

"Ini juga dapurmu." Dahi gadis itu berkerut. "Maksudku tidak apa-apa, ini dapur. Siapa saja boleh memasak kalau memang mau." Ben menggaruk kepalanya. Ia harus berhati-hati dengan perkataannya. Fahrania tidak suka dengan lelucon, Ben. Jadi jangan macam-macam. "Apa sudah ada yang matang?" Ben mendekatinya. "Boleh aku mencicipinya?"

"Silahkan," ucap Fahrania mengindahkan keberadaan Ben. Pria itu mengambil roti isi lalu digigitnya.

"Rasanya luar biasa, enak." Ben memakan roti itu sambil tatapannya tanpa lepas dari Fahrania. "Kamu pintar memasak," pujinya. Ben menjadi berandai-andai kembali. Jika mereka menikah Fahrania akan memasak dan ia akan menggodainya. Memeluknya dari belakang. Itu adalah momen teromantis. Khayalan yang membuatnya senyum-senyum sendiri.

"Terimakasih." Masakan Fahrania sudah selesai. Ia menatanya di piring. Ben masih berdiri di dekat pantry. Ia baru menyadari jika gadis itu mengenakan dress berwarna hitam bukan jeans. Lagi-lagi dirinya dibuat terpukau. Detik itu juga rasanya Ben ingin memeluk erat Fahrania.

"Hayooo!" Reifan dan Nuria menyusul. "Katanya mau ngambil minuman malah diam disini," ucap Reifan seraya menaik-naikan alis matanya. Ben hampir tersedak. Fahrania segera mengambilkannya minum. Refleks di rumahnya jika ada yang tersedak. Meskipun dingin ia sangat perhatian pada keluarganya.

"Terimakasih," ucap Ben setelah minum.

"Aku merasakan kalau ada sesuatu," Reifan memincingkan matanya pada Ben dan Fahrania secara bergantian.

"Sarapan dulu." Fahrania tidak mau membahas apapun. Ia langsung duduk di meja makan mulai sarapan. "Rei, Nuria kalian mandi dulu. Kakak tunggu."

Ben menunjuk dirinya, "aku tidak di suruh mandi?" Reifan dan Nuria terkikik.

"Kalian semua mandi." Akhirnya Fahrania kembali bersuara.

***

Ben menunggu Reifan di dekat pantai. Tadi ia sudah mengirim pesan untuk datang. Pria itu duduk di atas pasir. Tatapannya ke arah laut. Ben tersentak saat bahunya ditepuk kencang oleh Reifan. Ia duduk disampingnya dan menunggu Ben bicara. Sebenarnya Ben ingin mencari tahu tentang Fahrania.

"Aku mau menanyakan sesuatu padamu,"

"Tentang apa, Kak?" tanya Reifan heran.

"Fahrania, Kakakmu."

"Nah, ternyata benar kan!" tebak Reifan tertawa. "Aku tahu pasti ada maksud dibalik itu semua."

Ben nyengir, "aku suka dengan kakakmu, Rei." Bukannya terkejut tawa Reifan semakin kencang. Ia sudah bisa menebaknya. Dari cara pandangan Ben terhadap Fahrania dan gestur tubuh saat bertemu kakaknya. Semuanya sudah ketahuan oleh Reifan. "Dan aku serius dengannya."

"Maksudnya?" tanyanya masih belum paham.

"Aku ingin menikah dengannya."

"APA?!" Reifan baru terperanjat. Mulutnya sanpai mengangga lebar. Baru kali ini ada yang serius dengan kakaknya sampai ingin menikahi si putri es. Ia masih tidak percaya dengan apa yang Ben katakan.

Sebegitu.. Cintahnya 😍😍

Apa ini yg disebut.. Cinta pada pandangan pertama???
Ahayyy,, 😆😆

"OPEN PO!!! Sampai Tgl 15 Januari 2019"

Penulis : Dania CutelFishy
Judul    : Feeling
IDR       : 85.000
(Belum termasuk ongkir)

1 Buku 2 cerita. Jd Sinopnya ada 2 ya 😁

- Format : Nama+Alamat Lengkap (kode pos)+no hp

Minat WA : 089501747567

Sinopsis :

~ Feeling ~ (Aisha-Imran)

Seumur hidup Aisha Hasna Purnawitra sudah  pernah merasakan apa yang namanya patah hati, cinta sepihak dan bertemu dengan pria pemberi harapan palsu alias PHP. Di usia yang ke 31 tahun ia sudah putus asa dengan jodohnya. Berulang kali Aisha hanya mendapatkan luka. Dan pada akhirnya gadis itupun meminta kepada orangtua untuk dijodohkan saja dengan seseorang.

Siapakah pria yang dapat memiliki hatinya. Ketika hatinya sudah mati rasa?

~ One More Time ~ (Reifan-Zhavira)

Hidupnya bagaikan sebuah mimpi. Baru kemarin dirinya mengenakan gaun pengantin. Keesokan harinya malah mengenakan pakaian berkabung. Baru satu hari menikah Zhavira sudah berganti status menjadi seorang janda. Tidak pernah  terbayangkan dalam hidupnya semerana ini. Ia mencintai suaminya dengan tulus tapi kenapa Tuhan mengambilnya begitu cepat.
Zhavira Prima Khalid, usianya baru 17 tahun. Dengan pendidikan terakhir hanya lulusan SMA. Ia memutuskan menikah muda dibandingkan melanjutkan pendidikannya dibangku kuliahan. Seorang janda, status yang disandangnya satu hari setelah pernikahan. Hidup harus terus berjalan apalagi kini ia yang merawat anak Alm. Rendi. Jihan adalah anak yatim piatu. Entah bagaimana kehidupannya selanjutnya..

Apakah ada pria yang mau dengannya yang terkenal dengan sebutan janda kembang?


Sorry typo & absurd

Thankyuuu 😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

701K 2.2K 10
Ingin cerita lebih lengkapnya lagi, Silahkan klik Link di bawah ini. 👇👇👇 https://www.nihbuatjajan.com/kenzo9
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
ALTAIR By SEZZYZ_

General Fiction

372K 46.9K 27
Altair Hexana, ketua OSIS kebanggaan sekolah SMA Andromaeda yang memiliki julukan 'Tuan Tanpa Cela' malah bertransmigrasi ke tubuh duda beranak enam...
1.9M 207K 51
GUS ILHAM MY HUSBAND 2 Dijodohkan saat libur semester? Menikah dengan orang yang tidak kamu cintai, tidak menentukan kehidupan mu akan suram. Aisyah...