Pulang (Hanya tentang waktu s...

By Alqishthi

328K 21.3K 2.1K

Bisa apa aku? saat ku tau bagimu, cinta hanya sepotong rasa iba. More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan belas
Dua puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh Tiga
Dua puluh empat
Info
Dua puluh lima
Dua puluh enam
Dua puluh Tujuh
Dua puluh Delapan
Dua puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga puluh Dua
Tiga puluh tiga
Tiga puluh Empat
Tiga puluh Lima
Tiga puluh Enam
Tiga puluh tujuh
Tiga puluh delapan
Intermezo
Empat puluh
Empat puluh satu
Empat puluh dua
epilog
New Story
pre order
PO (Loveless)

Tiga Puluh Sembilan

7.8K 524 31
By Alqishthi

Ranna menarik napasnya dalam saat menatap pria yang ada di ruang tamunya kini. Ranna ikut duduk dan melipat tangannya. Melihat Ranna yang seperti itu tentu saja membuat Revi tersenyum.

"Mau apa?"

Revi menyerahkan satu kandang kucing lengkap dengan kucingnya.

"Kucing mu" ucap Revi dan tersenyum lagi. Ranna menerimanya dan memperhatikan kucing itu.

"Kucing ku?"

Revi mengangguk.
"Kucing yang kamu tolong.."

Ranna sedikit terkejut.

"Wah..sudah besar. Padahal baru sekitar dua bulan? Dia juga gemuk" ucap Ranna yang bahkan lupa dengan pertahanannya. Revi mengangguk.

"Monster.." ucap Revi lagi. Ranna menoleh pada Revi.

"Namanya monstet terang Revi."

"Apa tidak punya nama yang lebih baik lagi? Seram sekali tidak cocok untuknya" ucap Ranna

"Biar saja, biar dia bisa menjaga dirinya sendiri"

"Aku tidak setuju..Milo saja "

"Coba saja panggil.."

"Milo.. " panggil Ranna dan si kucing hanya diam.

"Monster..", panggil Revi dan si kucing mengeong.

Ranna menatap Revi kesal.

"Dia hanya belum terbiasa saja.." ucap Ranna.

Revi mengangguk
"Baiklah..",

Ranna kembali menatap kucing yang kini terlihat sangat sehat juga lucu.

" bagaiman kabar mu?" tanya Revi.

"Buruk"jawab Ranna tanpa menatap Revi.

" aku menyaksikan pertengkaran mu kemarin."

"Baguslah..akan sangat bagus semakin banyak yang melihat. Biar mereka tau diri" ucap Ranna.

"Hatimu membaik setelah itu?" tanya Revi. Ranna berdesis.

"Peduli apa kamu tentang hati ku? Kenapa baru sekarang? Bukankah harusnya sebelum kalian bekerja sama melukai ku?"

"Kamu masih mencintai Sam kan?"

"Apa sam yang meminta mu kesini? Hah..katakan saja padanya untuk mempercepat perceraian ku. Aku sungguh muak dengan kalian"

"Jika kamu ingin menghukum seseorang bukankah harusnya orang itu yang terluka? Bukan melukai diri mu sendiri? Bersikap seperti ini hanya akan melukai mu sendiri kan Ranna?"

"Tidak.. Aku tidak luka..ah atau apa bedanya luka ataupun tidak. Aku sudah terlanjur sakit"

"Ran.. Kami memang salah. Tapi aku berani menjamin Sam dan Cheryl tak akan sampai melakukan hubungan itu. Aku mengenal mereka."

"Lalu hanya hatinya yang selingkuh dari ku? Bukankah itu lebih menyakitkan ? Jika hanya fisiknya yang berpaling dia masih bisa menyesal tapi jika sudah hatinya aku bisa apa?"

"Ranna.. Aku yakin sam mencintai mu. Cheryl hanya membuatnta nyaman?"

"Maksud mu aku tidak membuatnya nyaman? Lalu untuk apa aku kembali padanya..?"

Revi terlihat bingung harus mengatakan apa lagi.

"Ranna bukan begitu.."

Ranna pun ikut menenangkan dirinya.

"See? Apapun yang kamu jelaskan hanya akan semakin menyakiti ku. Sudahlah Revi.  Aku mohon hentikan.. Aku sungguh ingin semua ini ceoat berakhir. Aku tidak ingin semakin sakit. Aku ingin menata hidup ku lagi. Tolong mengertilah"

"Kamu benar-benar dapat hidup tanpa sam?" tanya Revi

"Ya.. Aku bisa. Aku harus bisa bukan?"

"Apa tidak ada satu kenangan pun, yang membahagiakan dalam hidup mu saat bersama sam? Apa kamu dapat melupakan semuanya? Apa kamu benar-benar ingin sam pergi dari hidup mu selamanya? Ranna kalian saling mencintai.."

"Cukup.. Cukup Revi.. Jika tidak ada yang ingin kamu katakan lagi. Pergilah dan terimakasih untuk kucing yang kamu jaga" ucap Ranna.

"Kamu akan menyesali ini..Ranna" ucap Revi dan berdiri. Namun Ranna membentaknya. Rasa frustasinya membuat Ranna terus menerus ingin memaki, seakan ia ingin semua orang tau bahwa Ia terluka.

"Aku tidak akan menyesal! Aku tidak akan menyesali apapun! Kenapa harus aku yang menyesal? Kenapa harus aku yang menyesal ketika kalian yang salah? Kenapa harus aku? Kenapa kamu menginginkan aku menyesal? Kenapa aku? Kenapa hanya aku yang orang lain ingin lukai? Tidak, aku tidak akan menyesali nya. Aku tidak akan menyesalinya sedikit pun. Bahkan meskipun aku tak akan pernah bisa melihat sam lagi selamanya. Aku tidak akan pernah menyesalinya. Tidak sedikit pun." ucap Ranna dan berlari ke kamarnya.

Sam yang sebenarnya juga ada di sana, mendengarkan semua ucapan Ranna. Ia berada di balij pintu. Ia memang menyuruh Revi ketempat Ranna, karna Ia ingin melihat Ranna tapi Ia sungguh tak menyuruh Revi bicara apapun tentang masalah nya. Namun pekikan Ranna tentu dapat sangat jelas Ia dengar. Ranna sudah benar-benar membenci nya Ia sudah tak lagi memiliki kesempatan.

***
Revi masuk ke dalam mobilnya. Sam sudah duduk di kursi penumpangnya. Berpura-pura tak mendengar makian Ranna tadi.

"Bagaimana ke adaannya?", tanya Sam.

Revi menoleh pada Sam.
" apa dia sakit?" tanya Sam lagi.

Revi menggeleng.
"Benar kata lu, dia hanya butuh waktu. Dia tidak terlihat terlalu baik. Tapi dia juga tidak sakit. Tidak fisik maksud gua" ucap Revi. Sam tersenyum dan mengangguk.

"Syukurlah..", ucap Sam. Revi masih menatap kasihan pada Sam.

" ada apa? Apa dia mengatakan sesuatu tentang gua?"

Revi mengedikan bahunya.
"Hanya meminta lu buat percepat tanda tangan.."

Sam mengangguk.
"Kemarin Ia juga minta seperti itu. Tapi tenang saja. Gua ngga akan melakukannya"

"Sam..gua pikir.."

"Engga Revi.. Gua udah pernah ngelakuin kesalahan dengan menjauhkan istri gua dan gua gak akan mengulang kesalahan untuk ke dua kalinya. Dia hanya butuh waktu.."

Revi menatap semakin pilu pada Sam.

"Sam.. "

"Lu sibuk ngga? Anter gua ke pandeglang yuk. Gua males bawa mobil" ucap Sam. Revi hanya bisa mengangguk. Akan lebih menyeramkan kalau Sam yang membawa kendaraan sendiri.

"Jangan ngeliatin gua kaya gitu! Jangan-jangan bener kata istri gua, lu suka lagi sama gua"

"Sial! Najis.. Turun lu sana" ucap Revi.

Sam tertawa melihat reaksi sahabatnya itu lalu memasang sabuk pengamannya.

"Udah ayo jalan"

***
Matahari sudah tenggelam, langit pun sudah menghitam. Ranna memeringkan tubuhnya di atas kasur dengan tangan sebagai ganjalnya. Ia menatap video lagu Nathan berkali-kali. Namun meskipun Ia tau Nathan begitu mencintainya, dan meskipun Ia pernah hampir menyukai Nathan. Tapi saat ini semua pikirannya hanya tentang sam. Tentang semua kenangannya. Kenangan yang memburu hatinya. Ranna mengambil ponselnya Ia menatap kontak nathan yang Ranna tau sudah di blokir oleh Nathan. Ia menatap semua foto-foto kebersamaanya dengan Sam juga Nathan. Lalu menghapusnya satu persatu. Tidak, Ia tidak menyesal. Tidak akan pernah menyesal. Sam mengiriminya pesan yang berisi ucapan selamat malam dan tentu saja terselip kalimat cinta. Ranna membacanya.

_Aku merasa bodoh tidak pernah melakukan ini sebelumnya, menghubungi mu lebih dulu. Cinta mu pada ku terlalu banyak hingga aku lupa bagaimana rasanya mencintai karna seringnya di cintai. Aku tidak akan pernah melepaskan mu Ranna. Hanya ketika aku benar-benar pergi dari dunia ini lah kamu dapat lepas dari ku. Jadi, tunggu lah sampai waktu itu. Good night sayang.. i miss you badly. I love you. _

Namun setelah membacanya. Ranna hanya mengabaikannya.
Ia terus menghapus semua fotonya satu persatu hingga tanpa sadar Ia sudah terlelap dalam tidurnya.

***
Ranna berada di dalam hutan yang gelap, hanya cahaya bulan sebagai penerangannya saat itu. Ia sangat begitu ketakutan belum lagi hujan yang mulai turun dan tanpa ampun mulai semakin deras. Ranna terus berjalan tangannya mengepal antara dingin dan takut. Air matanya sederas air hujan malam itu. Berkali-kali Ia menangis dan mengiba Namun tidak ada yang datang menyelamatkan tak ada yang peduli padanya.

"Aku tidak mau sendirian Tuhan, Tuhan tolong aku. Aku sungguh takut saat ini.."
Rapalnya dalam doa. Ia sunggu tak ingin sendirian di sana. Hingga Ia merasa kakinya tertahan oleh sesuatu. Ranna memekik sejadinya. Namun pekikkannya terhenti saat menyadari siapa yang menahannya.

"To..long..", ucap pria yang berbaring di tanah dengan napas yang tersisa. Ranna cepat-cepat membungkuk dan terkejut saat mendapati banyak darah.

" dokter Sam?"

"To..long A..ku"

"Dokter.. Dokter bertahan ..aku akan.."ucap Ranna panik dan tangan Sam terlepas dari kaki Ranna tak sadarkan diri..

" dokter..dokter..dokter sam.."

"Sam.." pekik Ranna bersamaan dengan suara terbanting yang berasal dari laptop yang tak sengaja Ranna dorong saat tidur. Ranna terbangun dengan peluh membasahi wajahnya. Napasnya masih tersenggal-senggal seakan Ia benar-benar merasa ketakutan. Ranna mengatur napasnya sendiri, meyakinkan dirinya bahwa itu hanya mimpi. Wajah Ranna menjadi cemas. Ia bahkan tak memperdulikan laptopnya yang jatuh. Ranna mengambil ponselnya yang mati, laku dengan cepat mengisi daya ponsel nya. Segera setelah menyalah Ia membuka chat pesan nya dengan Sam. Ranna menghela napas lega saat melihat tulisan online pada ruang chat sam.

Ranna menyentuh dadanya sendiri. Sam masih online, namun mengapa Jantungnya masih berdegup begitu cepat, mengapa Ia masih merasa begitu khawatir.

Ponsel Ranna bergetar dan dengan cepat Ranna membukannya sebuah pesan dari Sam yang menandakan Sam benar-benar baik-baik saja. Pesan itu berisi foto pantai yang cukup cantik.

-Apa ulang tahun pernikahan kita, kita kesini saja?-

Ranna memejamkan matanya sendiri. Ia tak ingin goyah pada Sam. Tidak lagi setelah apa yang di lakukan Sam padanya.

-Aku baru sadar banyak sekali yang tidak aku tau tentang diri mu.. Tapi aku tau kamu paling suka pantai walaupun kamu tidak bisa berenang-

"Karna itu aku sukannya pantai dan bukan laut" guman Ranna pilu dan tepat saat itu Sam mengirimkan chat yang sama.

-Dan karna itu bukan kamu lebih suka pantai bukan laut?-

Air mata Ranna kembali terjatuh.
-Dulu kamu selalu berada di dekat ku. Aku tidak tau kalau Rindu akan terasa seberat ini..-

Ranna mengetikan sesuatu di ponselnya. Namun Ia kembali menghapusnya lagi.

-Hari ini aku sangat merindukan mu, lebih dari sebelumnya.-

Ranna mengadahkan kepalanya menahan air matanya agar tak kembali jatuh.

-Lalu bagaimana hari berikutnya jika masih harus aku lalui tanpa kamu?-

-aku bahkan rindu telur gosong mu, belakangan ini kamu menjadi begitu sempurna sampai aku tidak tau harus melengkapi mu dari sisi apa. Ranna, apa itu benar-benar sebuah tanda kalau kamu tidak lagi membutuhkan ku?-

-Apa cinta ku benar-benar menyakiti mu Ranna? Apa aku harus benar-benar pergi dari hidup mu?-

Tangan Ranna bergetar menggengam ponselnya sendiri.
-Apa benar-benar tidak ada maaf untuk ku Ranna? Aku mencintai mu Ranna dan benae kata mu, jika aku benar-benar mencintai mu aku tidak akan egois, Sayang apa jika aku melepaskan mu, kamu akan percaya kalau aku mencintai mu? Mencintai mu lebih banyak dari Nathan? Nathan yang baru hadir dalam hidup mu, nathan yang aku hadirkan untuk merusak kebahagian ku sendiri.-

Ranna sekuat tenaga menahan tangisnya. Sebelumnya Ia begitu yakin untuk menjalani hidup sendiri tanpa Sam. Namun mengapa membaca pesan sam hari ini membuatnya merasa lebih sakit. Ia sungguh tidak tau bisa merasa lebih sakit dari ini.

-Sayang, Apa aku benar-benar harus pergi dari mu?-

*Ya,Pergilah Sam. Aku mohon*

Ketik Ranna dan mengirimnya. Setelah di pastikan pesan itu terkirim Ranna mematikan ponselnya. Ranna merasa sesuatu benar-benar menusuk jantungnya hingga bernapas pun terada sulit. Ranna menutup wajahnya diatas tumpukan tangannya dan tangisnya kembali pecah. Lebih pilu dari sebelumnya. Mengakhiri suatu hubungan memang selalu menyakitkan dan menyulitkan bahkan hubungan buruk sekalipun.

"Sam.."

Ingat Ranna saat Sam mengulurkan tangannya untuk pertama kalinya. Untuk pertama kali juga dalam hidupnya ada seorang pria yang sengaja mendekat padanya dan memperkenalkan diri. Tangis Ranna semakin pecah saat Ia mengingat Sam yang sadar dari komanya. Saat itu dengan takut-takut menemui Sam dan apa yang di takutkannya justru berkebalikan.

"Ranna, itu kamu? Kamu yang menyelamatkan ku?"

"Kamu mengenalnya sam?" tanya Ibu Sam. Sam tersenyum dan mengangguk.

"Euhm.. Dia wanita yang sebelum kecelakaan ini membuat ku sulit tidur. Benar-benar menyusahkan.." ucap Sam yang masih terlihat pucat namun tak sedikit pun mengurangi ketampanannya. Di tambah dengan senyum mempesonanya.
Ranna menunduk ketakutan.

"Maaf..aku tidak.."

Sam menggapai tangan Ranna, Ranna terperanjat tentu saja.

"Apa kamu yang menolong ku?" tanya Sam lagi.

"Bukan hanya menolong, dia tidak pernah pergi dan terus menjaga kamu selama masa koma. Ia yang meyakinkan mama bahwa kamu akan baik-baik, saja."

Sam tersenyum lagi.

"Aku benar-benar bersyukur bahwa yang menolong ku adalah kamu. Terimakasih" ucap Sam tulus, Ia menguatkan genggamannya pada tangan Ranna dan untuk pertama kalinya hari itu Ranna menatap tepat pada mata seorang pria. Pria itu tulus, Ranna tau.

Ingatan Ranna berubah cukup cepat. Ia teringat saat Sam membawanya ke tempat makan pinggir jalan yang cukup ramai dan dia masih menggunakan kebaya lengkap begitupun Sam yang menggunakan jas tentu saja tanpa dasi.

"Kamu bilang mau mengantar aku pulang." rajuk Ranna

"Aku lapar..kalau aku tiba-tiba pingsan di jalan bagaimana?"

Ranna mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa kamu selalu terlihat tidak suka pergi dengan ku?" tanya Sam

"Lihatlah.. Mereka semua menatap ku seperti penjahat."

Sam mengulum senyumnya.
"Mereka iri..iri pada mu. Karna memiliki pacar setampan aku"

"Sejak kapan kita pacaran?" tanya Ranna galak.

"Aku mendeklarasikan sendiri."

"Kamu tuh kenapa sih sam? Yang luka karna tragedi itu kan tubuh mu bukan kepala mu. Kenapa kamu terus memaksa ku?"

"Karna aku cinta pada mu"

"Sam.. Kamu hanya hutang budi pada ku."

"Tidak, aku juga berfikir seperti itu. Tapi sayangnya aku sudah terus memikirkan mu sebelum kamu menolong ku. Lalu aku bisa apa selain berusaha mendapatkan mu?"

Ranna menggelengkan kepalanya.

"Sudah makan makanan mu cepat" ucap ranna

Sam melihat ranna yang risih. Ia merangkul pundak ranna yang cepat-cepat di lepas oleh ranna.

"Sam.." omel Ranna

"Lihatlah mereka menatap iri pada mu. Kamu tidak ingin memamerkan ku?" Tanya sam

"Kamu bukan siapa-siapa aku.."

"Kalau gitu jadilah. Menikahlah dengan ku Na.." ucap Sam. Ranna menatap Sam terkejut. Namun Sam justru menatapnya dengan serius. Ia mengambil sesuatu dari sakunya. Satu kotak berwarna hitam dan Sam membukannya.

"Would you marry me?"

Ranna menghentikan isakannya. Ia mengangkat kepalanya. Tidak,Revi benar. Dia tak menghukum Sam dengan seperti ini tapi justru semakin menyakiti hatinya. Ia mencintai Sam dan masih begitu. Ia tidak bisa tak bersama Sam. Ranna cepat-cepat menyalahkan ponselnya.

"Cepatlah menyala.." ucap Ranna dan terus menggerakan ponselnya.  Ranna kembali membuka pesannya dan akan menghapus balasannya. Namun pesan itu sudah di baca tanpa di balas.

'Sam..'

Ketik Ranna namun hanya ceklis satu. Sam pasti sudah mematikan ponselnya. Ranna berdiri dengan cepat dan mengambil handuk menunuju kamar mandi. Ia harus pergi. Ia harus pergi secepat yang ia bisa untuk bertemu Sam.

***
Hola..holaaa..

Aku up nih heheh.. happy reading...
Vote and commentnya yups.. 😊

Continue Reading

You'll Also Like

2.2K 224 22
Tak pernah Izora sangka, pernikahannya yang sudah di depan mata harus gagal begitu saja. Hanya karena alasan klise dari mempelai laki-laki. Ia yang a...
946K 87.9K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
1.3K 98 31
Mengenai cinta pertama ku, dimasa kecil ku. Orang bilang, sudahlah lupakan, ini hanya cinta monyet. Jangan sok tahu! Cinta pertama ku bukanlah kepada...
21.5K 1.9K 74
Song JingWei generasi kedua yang kaya bertransmigrasi ke zaman kuno ketika jumlah pria lebih banyak tetapi wanita lebih sedikit. Saudari bajingan itu...