Pulang (Hanya tentang waktu s...

By Alqishthi

328K 21.3K 2.1K

Bisa apa aku? saat ku tau bagimu, cinta hanya sepotong rasa iba. More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan belas
Dua puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh Tiga
Dua puluh empat
Info
Dua puluh lima
Dua puluh enam
Dua puluh Tujuh
Dua puluh Delapan
Dua puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga puluh Dua
Tiga puluh tiga
Tiga puluh Empat
Tiga puluh Lima
Tiga puluh Enam
Tiga puluh tujuh
Tiga Puluh Sembilan
Intermezo
Empat puluh
Empat puluh satu
Empat puluh dua
epilog
New Story
pre order
PO (Loveless)

Tiga puluh delapan

7.6K 596 100
By Alqishthi

Dengan langkah gontainya sam keluar dari kamar. Namun kali ini Ia terlihat lebih rapi. Sam menggunakan kaos polo berwarna biru dongker dan celana bahan hitam. Ia menenteng tas dan juga jas putihnya.

"Sam.. Kamu mau kemana?" tanya Ibu Sam.
Ya, semenjak Ranna meninggalkan rumahnya. Sam pindah ke rumah orang tuannya. Karna tak sanggup berada di sana tanpa Ranna.

"Kerja",

"Sam.. " ucap Ibu nya cemas.

Sam memaksakan diri untuk tersenyum.

"Aku baik mah. Ranna hanya butuh waktu sampai bisa memaafkan sam." ucap Sam menipu dirinya sendiri. Hanya dengan itu Ia bisa bertahan hidup. Meskipun kemarin surat gugatan perceraian sudah datang ke rumahnya.

Ibu Sam mendekat pada Sam, lalu memeluk anaknya. Sam ikut memeluk ibunya, berusaha menambah kekuatannya dari pelukan tulus sang ibu.

"Kamu pakai supir aja ya?" pinta Ibu Sam cemas. Sam yang tak ingin menambah kecemasan sang ibu pun hanya mengangguk. Tak ada gunanya menambah sakit hati orang lain di saat semua hati telah hancur. Sam bahkan tak bisa mengatakan apapun atas keputusan papahnya mengeluarkan Cheryl. Ia hanya bisa menyampaikan maaf dalam doa sebesar-besarnya pada cheryl.

***
Sam yang telah tiba masuk ke dalam ruangannya. Ruangan yang terasa lama sekali tak Ia datangi, hampir sekitar 3 minggu. Ia tidak pernah selama itu meninggalkan ruangannya. Begitupun Ranna, tak pernah selama ini Ia jauh dari Ranna. Ranna selalu berpusat padanya hingga harinya tak pernah terasa sepi. Ruangan itu sungguh menjadi saksi bisu bagaiman Ia selalu ingin kabur dari Ranna. Sekarang semua sudah sesuai keinginannya bukan? Hidup yang tenang dan hening seperti hidupnya saat tanpa Ranna dulu. Sam duduk di kursinya. Ia menatap mejanya ada satu kotak kado yang tertinggal di atas mejanya. Sam mengambil dan membukannya. Kotak itu berisi sebuah stetoskop dan juga Surat.

_Ini stetoskop mu, meskipun aku ingin terus menyimpannya. Aku fikir akan lebih baik untuk aku kembalikan. Sam, aku memang mencintai mu,tapi percaya pada ku kamu tidak mencintai ku, kamu hanya merasa nyaman pada ku. Harusnya ku katakan ini sejak awal sebelum semuanya hancur, keegoisan ku lah yang menyebabkan semua ini. Aku iri pada Ranna, Ranna yang baru hadir dalam hidup mu lalu merampas mu dari ku. Aku selalu meyakinkan diri ku bahwa kamu tak mencintai Ranna namun pada akhirnya aku terluka sendiri. Karna meski kamu terus mengeluh tentang Ranna kamu juga bahagia bersamannya. Binar mata mu saat menikahi Ranna benar-benar terlihat bahagia. Aku membenci itu Sam. Aku membencinya hingga tidak pernah ku katakan itu. Sebagai sahabat mu, harusnya aku menasehati hal baik pada mu. Tapi lihatlah yang aku lakukan justru menyakiti sahabat ku. Sam, sungguh jangan membenci ku. Tolong maafkan aku Sam.
Cheryl_

Sam menatap stetoskopnya itu. Ia ingat hari itu kelas sedang ujian, lalu saat pengambilan nilai stetoskop Cheryl tertinggal. Sam memberikan miliknya hingga Sam yang di keluarkan dari kelas dan mendapat nilai D pada mata kuliah itu. Satu-satunya nilai buruk Sam selama kuliah.

Sam meletakan surat itu dan Ia bersandar pada kursinya dengan satu tangan Ia letakan. Di atas dahinya.

Mau di pikirkan seperti apapun semua adalah kesalahannya. Ia yang memulai semuanya. Ia yang tak yakin pada hatinya. Semua adalah salahnya bukan Cheryl, bukan Nathan, bukan Revi dan tentu bukan Ranna. Andai Ia cukup yakin pada Ranna seyakin Ia menikahi Ranna dulu semua ini pasti tidak akan terjadi. Cheryl tak harus di anggap sebagai penjahat yang merusak rumah tangga orang lain, ia tak harus bertengkar dengan Revi dan memukul Revi seperti itu hal yang selama 30 tahun tak pernah Ia lakukan pada Revi, Ia tak harus merusak mimpi Nathan dan membuat anak kecil itu jatuh cinta pada istrinya, Ia tak harus membuat malu orang tuanya dan menyakiti mereka dan yang terpenting dari itu semua, jika saja Ia tak melakukan itu. Jika saja Ia sedikit lebih sabar lagi, Ia tak akan menghancurkan hatu Ranna hingga Ranna benar-benar meninggalkan dirinya.

Ruangan Sam terbuka begitu saja. Lagi-lagi Revi masuk dengan napas sedikit tersenggal.
Sam mengangkat kepalanya dan menatap siapa yang datang.

"Gua dengar lu masuk. Gua cuma mau memastikan", ucap Revi canggung. Sam mengangguk. Ia sungguh rindu pada sahabatnya itu.

Revi menggaruk lehernya yang tak gatal. Ia sendiri pun bingung ingin mengatakan apa pada Sam.

"Are you oke?" tanya Revi.

Sam mengedikan bahunya.
"Ya seperti ini. Gua ngga tau kalau semua masalah yang di buat Ranna dalam hidup gua jauh lebih baik di bandingkan ketidakberadaanya" ucap Sam

"Karma", ucap Revi. Sam mengangguk lagi.

"Bagaimana keadaan Cheryl?" tanya Sam.

"Papah memecatnya."

"Gua tau yang itu"

"Dia memutuskan untuk pergi ke german untuk melanjutkan sekolah nya. " ucap Revi. Sam mengangguk.

"Harusnya hari itu gua ngga nahan dia" ucap Sam. Revi gantian mengangguk setuju.

"Tapi dia sudah terlihat jauh lebih baik." ucap Revi mencoba meringankan hati Sam.

"Dia selalu ahli dalam menyembunyikan perasaannya." ucap Sam

"Tapi dia sungguh sudah jauh lebih baik."

"Aku sangat berharap benar begitu." ucap Sam

"Bagaiman Ranna?",

Sam memaksakan dirinya untuk tersenyum lagi.

"Ia akan kembali pada ku, aku yakin itu. Ia hanya sedang butuh waktu. Ia hanya masih marah pada ku." ucap Sam

Revi menatap khawatir pada Sam. Revi sungguh tau semua tidak sesimple itu. Namun Ia tak ingin mengusik hal yang di jadikan kekuatan oleh Sam itu.

"Bagus kalau seperti itu, selamat kembali bekerja. Gua keluar dulu" ucap Revi dan akan pergi.

"Gua ngga pernah nidurin Cheryl.. "

Revi tersenyum sekilas, Ia mengangguk.

"Gua tau.. Meskipun gua sempet kaget tapi gua kenal lu dan Cheryl. Kalian tidak seberengsek itu. Bukan gua yang butuh penjelasan ini Sam. Tapi Ranna." ucap Revi dan kali ini benar-benar meninggalkan ruangan Sam.

***
Nathan sudah berada di bandara, Ia harus segera masuk namun entah apa yang masih membuat dirinya berada di sana. Menunggu seseorang yang sudah jelas tak akan datang. Nathan menatap ponselnya lagi, pesan terakhirnya hanya di baca Ranna.

"Nath..kamu harus masuk" ucap Cheryl dan menyentuh bahu Nathan.

Nathan menoleh pada Cheryl.
"Lima menit lagi..."

Cheryl menggeleng.
"Dia tidak akan datang Nath.. "

Nathan menatap sangat terluka. Namun Ia tau kakaknya benar. Ranna tak mungkin akan datang. Nathan berdiri memantapkan hatinya. Ia memeluk Cheryl.

"Jaga diri mu" ucap Nathan

"Kamu yang harus jaga diri, maafkan aku nath"

"Tidak, sudah jangan minta maaf. Aku pergi ya" ucap Nathan dan mengecup pinggir kepala Cheryl.

"See you.. " ucap Nathan dan melambaikan tangannya. Tanpa Nathan sadari bahwa dari kejauhan Ranna menatapnya pergi. Ranna mengenggenggam kuat ponselnya. Ia menahan dirinya untuk tak menghambur dalam pelukan Nathan. Ia hanya Ingin melihat Nathan untuk terakhir kalinya. Ponsel Ranna kembali bergetar satu pesan dari Nathan yang sudah melakukan cek in dan berjalan semakin menjauh.

_Terimakasih sudah datang, terimakasih sudah memberiku kekuatan_

Ranna sekuat mungkin menahan isakannya. Pesan berikutnya pun tak kalah menyayat hatinya.

_Aku tidak masuk bukan karna menunggu mu, tapi karna masih ingin sedikit lebih lama berada dalam satu ruangan bersamamu. Ranna aku pergi_

Ranna merosot di tempatnya. Nathan harus pergi, Nathan harus menggapai mimpinya. Itulah yang Ranna tau sekarang.

_Jangan pernah berani menemui ku kalau kamu belum berada di puncak tertinggi dari mimpi mu. Setiap kali kamu ingin menyerah ingat rasa sakit yang sudah kamu berikan pada ku. Selamat tinggal Nath _

Nathan yang sudah duduk di kursi pesawat menatap ponselnya. Membaca pesan Ranna sekali lagi.

"Pada akhirnya aku benar-benar hanya menjadi pemeran pendamping. Tapi meskipun begitu aku tidak menyesal mengenal mu, aku tidak menyesal mencintai mu Aira. Satu-satunya yang aku sesali hanyalah menyakiti mu. Selamat tinggal Aira.." batin Nathan. Ia tak membalas pesan terakhir  Ranna, memilih untuk memblokir nomor Ranna,mematikan ponselnya dan memasukan ponselnya ke dalam saku. Nathan pergi dengan meninggalkan seluruh hatinya untuk Ranna. Nathan pergi untuk menebus kesalahannya, Nathan pergi untuk menghukum dirinya.

***
Hari akan terus berganti , waktu akan terus berlalu. Tak peduli bagaimana keadaan hati para sang manusia. Manusia yang terkadang lupa menghargai kesempatan yang Ia miliki hingga saat Ia mulai kehilangan.

Ranna berjalan cepat memasuki rumah sakit. Tujuannya tentu ruangan Sam. Sam sama sekali belum mau menandatangani surat perceraiannya karna itulah Ia datang. Ranna masuk ke ruangan Sam tanpa lebih dulu mengetuknya, ruangan itu kosong dan Ia pun kembali keluar.

"Ibu Ranna..ada yang bisa saya bantu?"

"Dimana sam?"

"Oh.. Dokter Sam sedang baru saja pergi, dokter akan keluar kota",

" oh dengan Cheryl?"

"Tidak dengan ku.." jawab Cheryl.

Ranna menatap marah pada Cheryl.  Cheryl meminta perawat itu meninggalkan mereka berdua.

"Sam pergi untuk kegiatan sosial di banten." ucap Cheryl

Ranna tak mengatakan apapun. Ia sungguh jijik. Menatap wanita cantik namun murahan yang merebut suaminya dan sekarang wanita itu menatapnya tanpa sedikit pun merasa bersalah. Berkata-kata seolah Ia lebih tau tentang suaminya di bandingkan dirinya sendiri.

"Katakan padanya untuk segera menandatangi surat perceraian ku. Jadi dia bisa bersama mu kapan pun dia mau", ucap Ranna.

" kamu salah paham Ranna.."

"Salah paham? Apa kalian tidak berselingkuh?,"

"Ranna..ini tidak seperti yang kamu pikir."

"Memang.. Karna aku selalu berfikir kalian hanya bersahabat."

"Ranna.. Aku dan Sam hanya merasa terlalu nyaman.",

" ah.. Tentu hingga kalian bisa tidur bersama? Dan sekarang Tanpa malu kamu bicara pada ku seolah tidak ada yang terjadi?" ucap Ranna setengah memekik. Membuat beberapa pasang mata menatap ke arah mereka.

"Ranna.."

"Kenapa? Malu? Malu kalau sampai orang-orang tau kalau kamu hanya wanita murahan. Simpanan suami ku ? ah.. Tidak sebentar lagi Ia tidak akan jadi suami ku." maki Ranna.

Sam yang mendengar Ranna datang pun memutuskan untuk menunda kepergiannya dan memilih kembali ke rumah sakit dan di sinilah Ia menyaksikan betapa marahnya Ranna pada Cheryl.

"Ranna.." ucap Sam mendekat.

"Ayo kita bicara di ruangan ku"

"Ingin melindungi selingkuhan mu?"tanya Ranna sinis.

"Kita bicara di ruangan ku ya?"

"Tidak, tidak perlu. Untuk apa? Aku hanya ingin meminta mu untuk menandatangani surat perceraian kita! Jadi kamu bebas bertemu selingkuhan mu itu kapan pun."

"Aku bukan selingkuhannya..atau setidaknya sudah tidak. Aku kesini hanya untuk mengambil surat pengalaman kerja ku dan ketika aku melihat mu aku pikir aku bisa bicara dengan mu"

"Bicara apa? Mau bicara apa lagi? Ingin menjelek-jelekan ku di depan mertua ku? Kamu pikir kamu pantas bicara pada ku? Masih punya muka kamu bicara pada ku?"

"Ranna.. Tenang.. Ayo kita bicara di dalam. Cheryl sungguh tidak bermaksud seperti itu."

"Membelanya? Ya tentu saja. Dia cinta mati mu kan? Kalau gitu cepat ceraikan aku!" pekik Ranna yang sudah merasa begitu frustasi dengan segalanya Ia hanya ingin semua cepat berakhir. 

Satpam di sana datang meminta orang-orang yang menonton kejadian ini untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Hingga hanya tersisa sam, Ranna dan Cheryl.

"Kamu benar-benar sudah tidak mencintai ku Ranna?"

"Apa menurut mu kamu masih pantas di cintai? Kamu dan selingkuhan mu itu sudah menyakiti ku.. Tidak kalian bukan hanya menyakiti ku tapi menyakiti banyak orang, kalian menyakiti Nathan, memanfaatkan mimpinya untuk mewujudkan apa yang kalian mau. Bagaiman bisa kalian sekejam itu? Menghancurkan mimpi-mimpi orang lain demi kebahagian kalian? Nathan adik mu bukan?" ucap Ranna dan pertanyaan terakhir Ia lemparkan pada Cheryl.

"Kamu bukan hanya murahan Cheryl, kamu juga tidak memiliki hati. Mungkin bisa saja kamu menyakiti ku karna kita memang tak memiliki hubungan apapun tapi bagaimana bisa kamu memanfaat kan adik mu sendiri untuk keinginan mu!"

Cheryl tak mengatakan apapun Ia pantas untuk di katai seperti itu. Ranna memang harus mengatakannya. Mengatakan semua yang ingin Ranna ungkapkan. Memarahinya jika itu bisa sedikit mengobati hati Ranna.

Sam menahan tangan Ranna, Ia sungguh masih ingin bicara baik-baik pada Ranna.

"Ranna dengarkan aku.."

Ranna melepaskan tangannya.

"Sudah aku bilang jangan menyentuhku!"

Sam melepaskan pegangannya.
"Cepatlah tanda tangani gugatan ku!"

"Aku tidak mau!"

"Aku mau..aku ingin berpisah dari mu. Aku tidak ingin lagi melihat mu seumur hidup ku!"

"Aku mencintai mu Ranna..Ranna kamu hanya sedang kecewa dan marah pads ku. Aku akan memberikan kamu waktu..tapi aku tidak akan meninggalkan mu.. Aku tidak ingin berpisah dari mu",

" aku memang marah dan kecewa! Aku sangat marah dan kecewa Sam. Begitu banyak kecewa ku sampai aku benar-benar tak ingin melihat mu!"

"Aku tidak bisa melepaskan mu..aku mencintai mu Ranna.."

"Cinta mu menyakiti ku Sam! Cinta mu membunuhku perlahan. Kalau kamu benar-benar mencintai ku, kamu akan meninggalkan ku seperti Nathan. Kamu akan menghukum diri mu dalam kesendirian..kamu tidak pernah mencintai ku, kamu hanya egois! Kamu hanya melakukan apa yang kamu inginkan kamu tidak peduli pada perasaan ku, tidak pernah sedikit pun! Kalau kamu benar-benar mencintai ku, pergilah dari hidup ku selamanya dan jangan pernah coba untuk menemui ku meskipun hanya dalam mimpi mu! Pergilah sejauh mungkin dan jangan pernah kembali!" maki Ranna dan mendorong Sam. Ranna pergi meninggalkan Sam. Sam terdiam di tempatnya.

"Ranna.." panggil Chery dan akan menyusulnya. Namun Sam menangkap tangan Cheryl.

"Jangan mengejarnya.. ia hanya masih marah pada ku."

"Sam tapi.."

"Aku tau Ranna sangat mencintai ku.. Dia pasti akan memaafkan ku dan kembali pada ku. Dia hanya masih marah sekarang.."

"Sam...! Sadar lah.. Kalau kamu tidak mengejarnya sekarang dia benar-benar akan pergi dari hidup mu selamannya ."

"Mengejarnya hanya akan semakin menyakitinya.. Tapi aku juga tidak ingi pergi. Aku hanya akan menunggu. Menunggu hingga hatinya sedikit membaik"

"Sam.."

Sam menghapus air matanya yang tak sengaja jatuh.

"Dia istri ku.. Aku tau seperti apa istri ku. Dia mencintai ku, sangat dan dia pasti akan kembali pada ku" ucap Sam dan meninggalkan cheryl. Cheryl hanya menatap Sam terluka. Ia terluka melihat Sam yang terus menerus membodohi dirinya sendiri. Ranna sudah tak ingin dengan Sam. Cheryl sangat tau itu, karna jika Cheryl di posisi Ranna. Ia pun akan sangat membenci dirinya juga Sam dan mungkin tak akan pernah mau memaafkannya.
***
Yuhuu.. Ini up..ini up heheh
Gitu dong rame..kirain udah ngga ada yang nungguin up gitu hehehe...

Cerita ini mungkin akan di tutup paling banyak 5 cerita lagi.. So please stand by ya..

Siapa yang mau SamRanna? Nathan Aira? Atau ngga dua-duanya.. Hehe

Continue Reading

You'll Also Like

42.2K 94 1
[Finished] 𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝙀𝙩𝙝𝙚𝙧𝙚𝙖𝙡, 𝘵𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢. Laki-laki yang sekuat tenaga harus dipaksa...
218K 7.5K 49
Shafea seorang wanita karir yang gila kerja tapi juga seorang ibu muda yang ingin membesarkan dan mendidik anaknya sendiri secara sempurna. Ikuti kes...
604K 51.1K 34
Menjadi janda di umur 20 tahun, membuat Riyuna harus pandai-pandai menata hidup dan hatinya. Ia akui ini bukanlah perkara yang mudah. Bukan ditinggal...
3.8M 41.6K 33
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...