[Slow Update] Jin Xiao Yi Tia...

By Reofl88

8.2K 1.4K 144

Judul: Jin Xiao Yi Tan / 今宵 異 譚 Judul lain: A Different Story Tonight Penulis: Four Feet / 四隻腳 Jumlah Volume... More

Sinopsis, Perkenalan Tokoh dan Izin
Vol. 1 - Night of Spirites and Goblins [Ch 1.1 - Late Night Talks by Fireplace]
[Ch 1.2 - Late Night Talks by the Fireplace]
[Ch 2.1 - Devouring Shadow]
[Ch 2.2 - Devouring Shadow]
[Ch 3 - Psuedo-Life]
[Ch 4 - Ah Bao]
[Ch 5 - Six-Eared]
[Ch 6 - Hunger]
[Ch 8 - Spirit Tail]
[Ch 9 - Undead (1)]
[Ch 10 - Undead (2)]
[Ch 11 - Mr. Bai]
[Epilogue]
Side Story - Rain Monk
Vol. 2 - Night of Spirits and Devils [Ch 1 - Concealed Yao]

[Ch 7 - Brave Spirit]

432 89 24
By Reofl88

Hujan akhirnya berhenti, setelah satu minggu berturut-turut mengalir.

Aku sudah tinggal di rumah Jiuye selama hampir dua bulan sekarang, dan dalam periode waktu ini, aku sudah menemukan pekerjaan di situs web literatur terkenal, yang bertugas menyediakan manuskrip untuk kolom khusus mereka. Aku tidak bisa dianggap sebagai 'penulis', hanya seseorang yang menulis artikel semata-mata karena ketertarikan.

Apa yang menyebabkan ini, adalah ketika aku menulis cerita-cerita yang aku dengar dari Jiuye, serta pengalamanku sendiri dan mempostingnya secara online. Aku tidak berharap pembacaku meningkat sebanyak itu, dan editor situs web itu memutuskan untuk menghubungiku.

Begitulah, aku memulai hari-hariku tinggal di rumah Jiuye, serta menulis naskah.

Ibuku sudah beberapa kali menelepon, menanyakan tentang perjalanan bisnisku, dan kapan aku akan kembali. Aku terus mengulur waktu, tidak berani mengatakan yang sebenarnya.

Sebenarnya ada beberapa kali aku mengemasi tas-ku dan bersiap untuk pergi, aku  benar-benar malu karena terlalu banyak mengganggu Jiuye. Tetapi Ah Bao menarik pakaian-ku dan menolak untuk melepaskan, meraung-raung ketika dia berkata, jika aku pergi, dia akan takut, dia tidak ingin dibiarkan sendirian dengan Jiuye.

Heh, anak ini. Untuk beberapa alasan, Ah Bao masih sangat ketakutan pada Jiuye, dan selalu bersembunyi darinya setiap kali dia ada di rumah. Dia suka tetap di sisiku.

Jiuye tersenyum, menyerahkan satu set kunci, "Xiao Mo, jika kamu terbiasa tinggal di sini, tetaplah di tinggal. Kamu bisa menganggap ini sebagai rumahmu sendiri, jadi menetaplah selama yang kamu inginkan."

Aku hampir tersentuh, akan mengucapkan terima kasih kepadanya, tetapi kemudian pria itu berkata, "Rasanya tidak buruk juga meminta seseorang untuk membersihkan rumah dan memasak makanan untukmu setiap hari."

Garis hitam jatuh di wajahku, dan aku melotot padanya.

Itu benar, selama ini aku menyediakan makanan tiga kali sehari, dan melakukan tugas rumah tangga. Meskipun aku tidak melakukannya dengan sangat baik, itu bisa lebih kurang dianggap lumayan.

Setelah tinggal di asrama kampus selama empat tahun, kemampuanku untuk memenuhi kebutuhanku cukup baik. Dan dibandingkan denganku, orang itu, Jiuye, adalah tuan muda sepenuhnya, kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga hampir nol. Suatu kali aku mencoba untuk membuatnya menggoreng telur, dan dia hampir meledakan dapur.

Adalah suatu keajaiban bahwa ia bisa hidup dengan damai sendirian di rumah besar ini sebelumnya, bahwa ia tidak membuat dirinya kelaparan sampai mati, atau membakar rumah ini.

"Xiao Mo, aku ingin nasi goreng dengan daging sapi dan seledri, dan krim borscht*."

(*Borsch adalah sebuah sup sayuran dari Eropa Timur. Makanan ini umumnya terbuat dari tomat pasta, daging, sayuran, dan sebagainya sesuai selera. source by wikipedia)

Jiuye membalik-balik 'Koleksi Resep Masakan untuk Pemula', menunjuk salah satu gambar di dalamnya, dengan suasana memesan di restoran dari menu.

Mulutku mengerut, ingin mengatakan kepadanya bahwa sulit membeli seledri di musim seperti ini, tetapi Ah Bao bersorak, dengan penuh semangat memeluk tanganku, "Aku ingin makan nasi goreng dengan daging sapi dan seledri! Aku ingin memakannya! Aku ingin memakannya!"

"Baiklah baiklah! Aku mengerti! Berhenti mengguncangku!"

Aku mengambil tanganku dari dada anak itu, memegang dahiku tanpa daya.

Tapi, melihat kedua ekspresi senang mereka, jujur ​​aku cukup senang.

Sejujurnya, aku sebenarnya... Tidak tahan untuk meninggalkan tempat ini, dan merasa bahwa jika aku pergi, dua orang ini dengan ketidakmampuan untuk menjaga diri mereka sendiri mungkin akan mati kelaparan.

Memikirkan hal ini, aku tidak bisa menahan senyum pada diriku sendiri. Aku kemudian terus menulis naskahku dan pergi membeli bahan setelah itu.

Ketika aku pulang dengan sekantong sayuran, seseorang datang berkunjung.

Itu adalah pria paruh baya gemuk dengan kepala botak, mengenakan pakaian katun dengan semacam logo yang tercetak di atasnya, dengan kalung emas kasar di lehernya. Ada sebuah cincin emas berbentuk persegi yang mencolok di jarinya, kunci-kunci mobil BMW di tangannya, dengan aura nouveau riche* yang kuat.

(*nouveau riche = orang kaya baru)

Pria itu berbicara dengan Jiuye dengan gelisah, ludah terbang ke mana-mana.

Jiuye duduk di depannya dengan acuh tak acuh, dengan tenang meminum tehnya, mendengarkan dengan tenang. Melihat aku kembali, dia melambai kepadaku, berkata, "Xiao Mo, kamu kembali. Kemarilah dan dengarkan."

"Eh, dengarkan apa?"

Aku meletakkan sayuran di tanganku, berjalan dengan bingung.

Pria itu menatapku dengan curiga, mengerutkan kening. Dia berkata kasar, "Siapa dia?"

Jiuye tersenyum, menjawab, "Asistenku."

"Oh? Asistenmu?"

Aku duduk di samping Jiuye, dan Jiuye memperkenalkan, "Ini adalah pemilik Taifu Estates, Wang Taifu."

"Oh, se-senang bertemu denganmu ... Tuan Wang."

Senyumku agak kaku, menatap Jiuye dengan wajah penuh tanda tanya.

Jiuye minum seteguk teh, berkata perlahan dan tidak tergesa-gesa, "Tuan Wang telah mengalami sedikit masalah, jadi dia datang untuk berkonsultasi."

"Bukan berkonsultasi! Tapi untuk menyelesaikan!"

Wang Taifu menjadi terguncang, mengangkat suaranya, "Aku akan memberimu jumlah uang yang kamu inginkan! Kamu harus membantuku menyelesaikan masalah ini, atau aku akan memastikan kamu tidak akan hidup seperti sekarang, aku akan membuat namamu jatuh dengan buruk dalam sejarah!"

Jiuye tetap tidak tergerak, dengan lembut memegang cangkir tehnya yang harum di tangannya, senyum hangatnya yang khas di wajahnya. Dia berkata perlahan, "Tuan Wang, sejak anda masuk ke rumah sampai sekarang, sudah dua jam penuh. Yang aku dengar hanyalah keluhan dan kemarahanmu, namun aku belum mendengar satu kata pun dari apa yang anda inginkan dariku."

"Jika anda masih tidak bisa dengan jelas mengungkapkan apa yang anda ingin aku lakukan, maka maafkan aku karena tidak bisa membantu. Bahkan jika anda diperkenalkan oleh seorang kenalan, aku tidak akan menerima kasus Anda."

Kata-kata tajam itu membuat Wang Taifu terdiam dan tidak ada ruang untuk menyelamatkan situasi, dan setelah beberapa saat, emosinya yang gelisah akhirnya sedikit mereda.

Dia meraih ujung meja, meneguk teh yang sudah dingin. Sambil menyeka mulutnya, dia berkata, "Oke, aku akan mengatakannya sekarang, dengarkan baik-baik."

Aku pikir dia akan memulai penjelasan panjang lebar, tetapi siapa tahu dia hanya mengatakan satu kalimat untuk diucapkan.

Dia berkata, "Salah satu bangunan yang dibangun dalam bisnis-ku, dihantui."

Dengan itu, dia tidak berkata apa-apa lagi.

Aku tidak bisa untuk tidak bertanya, "Bagaimana itu bisa berhantu? Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aku belum melihat secara spesifik situasinya, semuanya aku dengar dari staf."

Wang Taifu mengenang, "Bangunan itu hampir selesai dibangun, pengairannya selesai, dan kami menutup atapnya, dengan hanya dinding bagian dalam yang tersisa untuk dikerjakan. Kami berencana menyelesaikan pembangunannya pada akhir tahun, tetapi sekitar sebulan yang lalu, hal-hal aneh mulai terjadi di lokasi konstruksi."

"Ada yang bilang mereka melihat hantu di malam hari, dan ada yang mendengar teriakan mengerikan. Dinding yang baru dibangun akan roboh karena suatu alasan, penerangannya sebentar-sebentar mati, dan kami tidak bisa memperbaikinya, yang membuat kami tidak mampu membangun di malam hari. Pada akhirnya, bahkan ada seorang konstruktor yang jatuh dari perancah*, dan seluruh tubuhnya menjadi lumpuh. Hingga hari ini, istrinya masih berusaha mengajukan gugatan kepadaku, haaah..."

(*Scaffolding/Perancah adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam, meskipun juga dapat menggunakan bahan-bahan lain. source by wikipedia) 

Dia menghela nafas berat, kemudian melanjutkan, "Sebagian besar pekerja saat ini mogok, mengatakan bahwa bangunan itu tidak bersih, bermasalah, dan jika ini berlangsung lebih lama, mereka bahkan mungkin akan berhenti bekerja, tanpa mengurus upah mereka."

"Dengan tenggat waktu untuk penyelesaian bangunan yang akan segera dekat, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Membuang-buang satu hari kerja adalah pemborosan besar sejumlah besar uang! Aku datang ke sini hari ini, untuk meminta bantuan, aku mohon!"

Saat dia berkata, Wang Taifu menurunkan sikapnya, nadanya juga melunak.

Ketika Jiuye setuju untuk membantunya melihat-lihat, dia melepaskan napas lega.

Setelah Wang Taifu pergi, Jiuye menoleh ke arahku, tersenyum, "Bagaimana, mau ikut?"

Aku juga tersenyum, mengucapkan dua kata ini, "Tentu saja."

*

Pukul empat sore, kami tiba di lokasi pembangunan di distrik kota barat.

Area ini sepertinya direncanakan untuk pusat perbelanjaan, ruangnya luas dan lebar, dengan total tujuh lantai.

Seluruh bangunan lebih kurang sudah dibangun, tetapi tidak ada satu pun pekerja di lokasi, semua bahan bangunan menumpuk di sudut tanpa ada yang merawat mereka, debu di tanah beterbangan di mana-mana di sepanjang angin.

Di bawah sinar matahari yang cerah, bangunan semen abu-abu kontras ini tidak bernyawa.

Jiuye mengambil satu putaran di sekitar gedung yang dikelilingi oleh perancah, lalu masuk melalui lantai terendah.

Aku mengikuti dari belakang, dan saat aku melangkah masuk, aku merasa kedinginan.

Itu lima derajat lebih dingin di dalam, dan aku menciutkan leher, mengatakan, "Dingin."

Jiuye berjalan melewati dinding, berjalan sangat lambat, hampir menghentikan setiap langkah yang diambilnya. Dia memegang sesuatu yang terlihat seperti jam pasir kecil di tangannya, dan saat dia berjalan, dia akan menyebarkan pasir putih di dalam jam pasir ke lantai. Mengikuti jejaknya, ada lingkaran pasir putih di setiap sudut dinding.

Aku berjongkok untuk memeriksa mereka, mengatakan dengan heran, "Ah, apakah ini garam? Untuk apa kamu menaburkan garam?"

Jiuye hanya tersenyum, berkata pelan, "Tunggu saja dan kamu akan mengetahuinya."

Mengatakan ini, dia memasukkan jam pasir kosong ke tanganku.

Sekitar setengah jam kemudian, langit berangsur-angsur redup.

Bangunan yang masih belum lengkap menjadi lebih gelap, dan lampu-lampu padam, tanpa ada cara lain untuk menerangi. Jiuye dan aku mengeluarkan senter yang sudah kami siapkan sebelumnya, dan di bawah cahaya yang redup, semua yang ada di depan kami adalah daerah gelap, suasana mencekik yang kuat membuatku nyaris tidak bisa bernapas.

"Mm, sudah hampir waktunya. Xiao Mo, lihatlah."

Jiuye menyorotkan senternya ke sudut-sudut dinding.

Di bawah cahaya, Aku menyadari dengan takjub, pasir putih yang sudah disebar sebelumnya sebenarnya telah berubah menjadi hitam seperti toner, mengeluarkan bau belerang yang menusuk.

"Bagaimana garamnya bisa menjadi hitam?" Tanyaku.

Jiuye berkata, "Butiran garam bisa menyerap racun jahat. Menjadi hitam dalam waktu setengah jam, sepertinya ada yang salah dengan bangunan ini, dan masalahnya benar-benar tidak kecil."

"Oh? Masalah apa itu?" Aku tidak bisa untuk tidak bertanya.

Jiuye dengan sengaja menurunkan suaranya, mengucapkan kalimat aneh.

Dia berkata, "Ada sesuatu, di sini."

Tiba-tiba aku merasakan punggungku dingin, merinding di seluruh kulitku.

"Kenapa, takut?"

Aku menelan ludah, menggelengkan kepala. Berusaha bersikap tenang, aku berkata, "Ti-tidak mungkin!"

Jiuye tersenyum, bertanya, "Xiao Mo, apakah kamu bersedia menjadi asistenku? Aku perlu persetujuanmu untuk ini."

Aku menggigit bibirku, mengangguk, "Mm, oke."

Jiuye tidak mengatakan bagaimana aku bisa membantunya, hanya perlahan bergerak maju. Dengan membabi buta aku mengikuti, dari lantai satu sampai lantai dua, lalu dari lantai dua ke lantai tiga. Di setiap lantai, Jiuye memeriksa satu putaran di setiap sudut, memeriksa dengan sangat cermat.

Aku tidak berani menginterupsi dia, dan tidak berbicara.

Ketika setiap lantai selesai diperiksa, dan kami turun dari lantai tujuh, Jiuye berkata, "Xiao Mo, tunggu sebentar di sini, aku akan menelepon."

"Hah? Menelpon? Ke-kemana kamu akan menelepon?"

"Sinyal sangat buruk di sini, aku akan pergi ke luar."

"Aku ikut denganmu!"

Aku menarik lengannya, tidak mampu menyembunyikan kegugupan dan ketakutanku.

"Hm? Ikut denganku? Kenapa?" Jiuye mengangkat alisnya.

"Aku, aku ..." Aku menggaruk kepalaku dengan canggung.

"Aku akan segera kembali, jangan berjalan pergi, tunggu aku di sini."

"Ta-tapi ... aku ..."

Aku hampir mengatakan, "Aku agak takut", tetapi kata-kata itu tidak akan keluar dari mulutku.

Jiuye menekan pundakku, menatap tajam ke mataku. Dia memperingatkan dengan serius, "Xiao Mo, dengarkan baik-baik. Tunggu di sini untukku, jangan mengambil satu langkah dari sini. Ingat, apa pun yang terjadi, apa pun yang kamu lihat, tentu saja, jangan, selangkahpun pergi dari sini. Paham?"

Melihat penampilannya yang sungguh-sungguh dan serius, aku menjadi sangat gugup. Mengangguk kepalaku, aku berkata, "O-oh, oke ... aku mengerti." Dengan itu, aku kemudian menariknya dengan gelisah, "Ce-cepat kembali."

Jiuye menepukku, tersenyum dengan maksud yang tidak jelas, lalu berbalik untuk pergi.

Aku berdiri di sana, memandangi ketika punggungnya perlahan memasuki kegelapan, dan menghilang dari pandanganku.

Orang ini, apakah dia benar-benar akan menelepon? Kenapa dia memilih waktu seperti ini untuk melakukan itu?

Untuk beberapa alasan, aku memiliki beberapa keraguan di hatiku, merasa bahwa ada sesuatu yang salah tentang semua ini. Tapi aku tidak bisa menemukan alasan untuk menghentikannya(J). Sampai sekarang, aku hanya bisa menunggu dia dengan cepat melakukan panggilan telepon.

Aku mencengkeram senterku erat-erat, berdiri di lantai enam, tidak bergerak. Lingkungannya gelap gulita. Aku tidak bisa melihat apapun, tidak bisa mendengar apapun, aku hanya semakin merasa tidak nyaman bernapas dalam keheningan yang mematikan ini.

Aku sebenarnya tidak takut pada kegelapan, juga tidak memiliki keberanian, tapi itu karena Jiuye mengatakan, ada sesuatu di sini. Aku tidak tahu apa itu, atau di mana sesuatu itu bersembunyi, jadi aku merasa takut, tidak bisa menahan diriku untuk menyalakan lampu-ku di setiap empat sudut di sekitarku.

Cahaya redup kecil itu menyapu kegelapan, dan, aku benar-benar menyorotkannya pada bayangan hitam!

Jelas, siluet kecil itu bukan milikku, dan Jiuye sudah pergi. Dengan tidak ada orang lain di sekitar, kenapa... kenapa ada siluet tambahan di dinding?

Sial! Apakah ada yang salah dengan penglihatanku?

Aku mengusap mataku, keras, lalu melihat lagi.

Siluet hitam itu masih ada di dinding!

Aku bisa melihat dengan jelas siluet kepala dan anggota badan, yang ada di dinding sekitar sepuluh meter dariku. Itu menghadapku, seolah menatapku.

Pikiranku berdengung, dan aku benar-benar ngeri, langsung ingin melarikan diri. Tetapi kemudian memikirkan apa yang Jiuye peringatkan kepadaku, bahwa apa pun yang terjadi aku tidak boleh pergi, aku mengertakkan gigi, dan berdiri di sana sambil menguatkan diri.

Ta-tapi, jika aku tidak bergerak, bayangan hitam itu masih bergerak!

Seseorang selamatkan aku! Apa sebenarnya itu?!

Aku mengeluh tanpa henti di hatiku, melihat ketika bayangan itu perlahan bergerak mendekatiku.

Ketika semakin dekat, siluet itu menjadi lebih besar, seolah-olah telah dengan cepat tumbuh dari anak sepuluh tahun menjadi sekitar tiga kali ukuranku!

Melihat benda hitam tumbuh sampai langit-langit, aku hanya bisa berteriak dengan suara gemetar, "Ah Ye, apakah kamu sudah kembali? Ah Ye, Ah Ye, bantu aku!"

Tepat ketika aku berteriak minta tolong, sosok hitam itu keluar dari langit-langit, mengeluarkan raungan keras dan menusuk telinga, menerkamku, bayangan hitam besar menghantam kepalaku.

"Wahhhhhh!" Aku menutupi kepalaku dengan ketakutan, senter jatuh ke tanah.

Pop! Pop! Pop!

Tiga suara garing menembus udara, angin kencang bertiup melewati telingaku. Tiga lembar kertas merah terbang dengan cepat untuk menempel pada dahi, dada, dan perut siluet itu.

Dalam sekejap, benda hitam tidak bisa mempertahankan bentuknya, berhamburan ke dalam asap hitam. Tetapi asap hitam itu sepertinya menyelimuti sesuatu, berputar dan berputar tanpa henti.

Kertas terbakar, dan benda di dalam asap hitam menjerit.

Aku duduk di sana dengan hampa, memandangi nyala api itu, kaget.

"Kamu sudah mati untuk waktu yang lama, kenapa kamu masih berada di dunia manusia?"

Suara yang dalam dan akrab terdengar dari punggungku.

Jiuye perlahan berjalan keluar dari kegelapan, melirik gumpalan asap hitam yang berkobar terbakar, bertanya dengan lembut, "Kenapa kamu tidak bereinkarnasi?"

Asap hitam tidak menjawab, hanya meraung tanpa henti, dan tiba-tiba melompat dari tanah, menerobos dinding-dinding di samping, langsung menghilang.

Dan pada saat yang sama dia lenyap, aku mendengar sesuatu berdentang, seperti sesuatu telah dijatuhkan.

Benar saja, tepat setelah asap hitam keluar, ada logam seukuran kepalan tangan yang tertinggal.

Jiuye berjalan mendekat, mengambilnya.

Aku menekan jantungku yang berdebar kencang, dan setelah duduk diam selama beberapa saat, tiba-tiba aku mengerti.

Jiuye mengulurkan tangan padaku, bertanya, "Xiao Mo, kamu baik-baik saja?"

AKku tidak menerimanya. Duduk di sana, wajahku menegang, "Kamu sengaja melakukannya, bukan?"

"Hm? Apa?"

Jiuye berkedip, tersenyum dengan acuh tak acuh.

Aku meninggikan suaraku, "Kamu tidak menelepon sebelumnya. Kamu sengaja meninggalkanku sendirian, membuatku menjadi umpan, untuk menuntun sesuatu itu keluar, bukan begitu?!"

Semakin aku katakan, semakin aku marah, meraung di bagian terakhir.

Jiuye menatapku, tidak menyangkal.

"Ka-kamu, ka-kamu sudah keterlaluan!"

Aku melompat dengan marah, dan tanpa diduga, aku sudah duduk terlalu lama, kaki-ku mati rasa. Aku tersandung ke dada Jiuye.

Jiuye mengangkatku, tersenyum, "Tapi, aku meminta izin padamu. Aku bertanya apakah kamu bersedia menjadi asistenku, aku mengatakan aku membutuhkan persetujuanmu tentang hal ini, dan kamu setuju tanpa ragu, bukan?"

"A-apa? Itu penting? Ka-kamu, kamu ... kamu bajingan!"

Aku sangat marah sehingga pikiranku menjadi kosong, tetapi tidak bisa menemukan satu kalimat pun untuk menegurnya. Aku hanya bisa memelototinya dengan gigi terkatup, dan terlebih lagi... Selain itu, aku harus sedikit mengangkat kepalaku ...

Bajingan ini lebih tinggi dariku, sial!

Sebuah cahaya geli melintas di mata Jiuye, bibir tipis itu sedikit terangkat, dan sekali lagi memberikan senyum yang akrab, terlihat tidak berbahaya dan lembut.

Dia mengulurkan tangan untuk mengacak-acak rambutku, berkata dengan acuh tak acuh, "Ayo pulang."

Dengan itu, dia berbalik untuk pergi.

"Hei! Hei! Tu-tunggu aku! Tunggu aku!" Aku mempercepat langkah, menangis dengan sedih, "Tolong! Jangan tinggalkan aku sendiri di sini! "

Jiuye menoleh, tertawa kecil.

*

Sore hari berikutnya, Wang Taifu datang lagi.

Sebagai hasil dari begadang semalaman untuk mengerjakan naskahku, ketika aku berjalan dari lantai dua dengan menguap, Jiuye sudah duduk tepat di depannya. Wang Taifu sudah beralih untuk memakai jas bermerek lain, dan tidak jelas apakah itu karena kegelisahan atau sesuatu yang lain, tetapi wajahnya meneteskan keringat, kepalanya yang botak bersinar dengan kilau.

Dia menggosok telapak tangannya, bertanya dengan mendesak, "Er ... Apakah kamu menyelesaikan sesuatu tentang situasi ini?"

Jiuye menyilangkan sepasang kaki panjang, bersandar di sofa. Menurunkan kepalanya untuk menyesap teh, dia malah bertanya, "Tuan Wang, apakah Anda melakukan sesuatu yang tidak Anda beri tahu padaku?"

"A-Ah? A-Apa maksudmu, sesuatu?" Wang Taifu membeku.

Jiuye meletakkan cangkirnya, dan berkata, "Aku pergi untuk melihat kemarin, dan ada hantu di situs konstruksi Anda. Hantu adalah roh yang berkeliaran di dunia ini, tidak mau pergi. Mereka tidak akan membahayakan manusia, tetapi hantu itu terjebak oleh mantra yang mengikat jiwa. Karena tidak bisa membebaskan dirinya sendiri, itu hanya bisa menanggung siksaan hari demi hari, akhirnya mengikis pergi."

"Me-Mengikis pergi? Apa artinya itu?" Tanya Wang Taifu.

Jiuye berkata, "Singkatnya, itu berubah dari hantu biasa, menjadi hantu*."

(*saat aku cari di google, kata 'ghost' dan 'wraith' itu artinya sama-sama hantu/roh, jadi yaa~ aku artiin aja begitu haha. Tapi kalau dari kalian ada yang mau mengoreksi silahkan~)

Mendengar mereka berbicara, aku mendekat untuk duduk.

Berkenaan dengan asap hitam itu, Jiuye telah menjelaskan kepadaku setelahnya, bahwa itu adalah racun berbahaya yang dihasilkan oleh hantu saat tererosi, dan sesuatu yang berjuang dan memutar dalam asap hitam adalah roh manusia itu.

Tetapi kenapa hantu terikat di lokasi konstruksi?

Mata Wang Taifu bergeser ke sekitar tanpa tujuan, memutar tangannya yang berkeringat. Dia membuka mulutnya beberapa kali tetapi tidak mengatakan apa-apa, sepertinya dia ingin berbicara, tetapi tidak bisa.

Jiuye minum seteguk teh, berkata dengan lesu, "Tuan Wang, aku punya prinsip untuk menerima permintaan, dan itu adalah klien harus memberi tahu semua yang mereka tahu tentang situasinya, atau yang lain—"

"Aku akan memberitahu! Aku akan memberitahmu, aku akan memberitahumu segalanya!"

Wang Taifu mengangkat kepalanya, dengan panik memotong kata-kata Jiuye. Dia menjilat bibirnya, berkata, "Ya, itu benar, aku meminta seseorang untuk melakukan sesuatu, sebelum ini."

Berhenti sebentar, ia kemudian berkata, "Itu setahun sebelumnya, kami belum memulai di lokasi pembangunan, dan tanahnya masih kosong. Aku memperhatikan lahan ini, dan begitu pula pedagang tanah yang lain. Untuk merebut tanah, aku menemukan seseorang untuk melakukan ritual, untuk memainkan skema kecil yang aku pikirkan. Benar saja, orang itu pergi ketika dia menemukan bahwa tempat ini dihantui, dan segera menyerah pada tempat itu ... "

"Jadi, orang yang kamu temukan adalah orang yang menggunakan mantra pengikat jiwa, menahan roh yang seharusnya memasuki siklus reinkarnasi ke tanah ini, apakah itu benar?"

Ekspresi yang digunakan Jiuye untuk melihatnya sangat tajam.

Wang Taifu menyeka keringat di dahinya, mengangguk.

Aku tersenyum dingin, berkata dengan terus terang, "Saat itu, Anda mendapat manfaat melalui cara-cara jahat, dan sekarang Anda malah melukai diri sendiri, itu sebenarnya adalah pembalasan karma. Anda menuai apa yang Anda tabur."

"Ya, ya ya, aku salah, itu salahku."

Wang Taifu menyertai ini dengan senyum palsu, berkata, "Lihat, aku sudah membayar harganya untuk ini, jadi ... Jadi bisakah kamu, membantuku menyingkirkan hantu itu?"

Jiuye minum tehnya, diam.

Wang Taifu berkata lagi, "Sejujurnya, aku sudah mencoba menemukan orang yang aku sewa sebelum ini, tetapi untuk beberapa alasan, aku tidak bisa menemukannya tidak peduli seberapa keras aku berusaha. Nomor yang aku coba hubungi sedang sibuk, dan tidak mau terhubung sama sekali. Tanpa pilihan, aku terpaksa datang kepadamu untuk meminta bantuan. Tolong."

Dengan mengatakan itu, dia menundukkan kepalanya, memohon begitu banyak sehingga dia hampir siap untuk berlutut.

Jiuye bertanya, "Siapa orang yang sebelumnya kamu pekerjakan?"

Wang Taifu menggelengkan kepalanya, "Aku menemukannya melalui rekomendasi orang lain, jadi aku tidak begitu jelas tentang detail orang itu. Aku hanya tahu bahwa ia memiliki nama keluarga Bai, kami semua memanggilnya Tuan Bai."

Jiuye sedikit mengernyit, tidak mengatakan apa-apa.

Dan hati saya mulai berdetak, setelah mendengar ini.

Nama keluarga Bai? Tuan Bai? Aku teringat kembali pada kejadian dengan Enam Telinga, Fang Caiyun pernah berkata, orang yang memberi hadiah lukisan itu kepada pacarnya juga memiliki nama keluarga Bai. Mungkinkah keduanya dengan nama keluarga Bai adalah orang yang sama?

Pikiran berputar, aku juga diingatkan oleh kasus dengan hantu lapar, tentang pria berpakaian putih berdiri di luar jendela.

Tanpa terasa, sepertinya ada semacam hubungan antara ketiga kasus ini.

Setelah beberapa lama, Jiuye akhirnya berkata dengan tidak tergesa-gesa, "Apa yang Tuan Bai gunakan adalah Mantra Pengikat Jiwa Peachwood, yang merupakan mantra yang membelenggu roh, termasuk menempatkan enam paku kayu persik di berbagai sudut ruang. Dengan pengusiran setan peachwood, dan Yang qi terlalu luas, roh itu tidak bisa mendekati paku peachwood dan akhirnya berkeliaran di dekat Lingkaran Pengikat Jiwa. Terus menerus, hari demi hari, sampai perlahan-lahan terkikis, berubah menjadi hantu."

"Satu-satunya cara mengusir hantu adalah dengan memotong jiwanya, tetapi roh yang telah memotong jiwa mereka akan dimusnahkan secara menyeluruh, tidak akan bereinkarnasi, selamanya, jadi—"

Mata Jiuye menatap tajam ke arah Wang Taifu, berkata, "Jadi, tahukah Anda, betapa hal keji dan kejam yang telah Anda lakukan?"

Keringat dingin bergulir tanpa henti ke wajah Wang Taifu, dan dia berkata dengan sangat hati-hati, "Maafkan aku, maaf, aku tidak tahu keadaan akan berubah seperti ini, aku salah, ini salahku ... Uh, um ... Faktanya aku sudah bertobat ... maukah kamu membantu kamu mengusir hantu itu?"

Jiuye terdiam untuk sementara waktu, "Roh itu sudah terkikis ke tingkat yang sangat buruk. Tidak ada yang harus dilakukan sekarang, selain memotong jiwanya."

"Oh! Begitu! I-itu bagus, itu bagus! Ha-Haha! Aku akan merepotkanmu dengan hal itu, jangan khawatir, setelah tindakan itu selesai, aku pasti akan membalasmu dengan sangat besar! Membalasmu dengan sangat besar! Ha ha ha!"

Wang Taifu segera menghela nafas lega, dan tidak bisa menahan diri untuk pergi sambil tersenyum, pergi dengan suasana hati yang baik.

Dan Jiuye duduk di sana, mata terpejam dengan pikiran yang dalam, diam untuk waktu yang lama.

Ah Bao berjalan mendekat, menarik lengan bajuku.

Aku menggosok kepalanya, berkata, "Pergilah bermain sendiri sebentar, aku akan menyiapkan sarapan sebentar lagi."

Ah Bao mengangguk patuh, dan berjalan pergi dengan sekotak bola cokelat yang kuberikan padanya.

Aku menoleh dan melihat Jiuye mengambil logam dari sakunya.

"Apakah itu yang ditinggalkan roh kemarin?" Aku bertanya, "Apa itu?"

"Tiger tally*." Jiuye menyerahkan benda itu padaku.

(*Tiger tally / Penghitungan harimau(?))

Potongan tembaga yang berat dan menghitam ini berbentuk seperti harimau.

Aku tahu bahwa tiger tally  adalah simbol militer, tanda otorisasi bagi kaisar dan komandan di zaman kuno.

Biasanya, tiger tally akan dipisahkan menjadi dua, di mana satu setengah akan tertinggal dalam rumah tangga kekaisaran, dan setengah lainnya akan diserahkan kepada komandan. Ketika kedua bagian itu disatukan, seseorang akan memiliki komando mutlak atas pasukan.

Potongan di tanganku hanya setengah dari tiger tally, dan di belakang harimau itu terukir tulisan beberapa karakter yang tidak jelas.

Setelah mengamati sebentar, aku akhirnya bisa membedakan karakter. Bunyinya: Diberikan kepada Zhao Yinfei resmiku.

"Zhao Yinfei? Roh yang terikat pada situs konstruksi itu bernama Zhao Yinfei?" Aku bergumam, berkata dengan takjub, "Ini sebenarnya seseorang dari zaman kuno? Dia pasti sudah mati selama beberapa ratus tahun lalu ... "

"Mm, kemungkinan besar." Jiuye mengangguk.

"Kenapa dia bertahan selama beberapa ratus tahun terakhir ini, tidak mau pergi?"

"Alasan paling umum kenapa roh tidak mau pergi adalah karena penyesalannya. Mereka memiliki keterikatan yang terlalu dalam pada dunia ini, dan karenanya tidak bisa memasuki siklus reinkarnasi."

Aku bertanya, "Jika jiwa terputus, ia akan dimusnahkan secara menyeluruh, selamanya memudar, tidak lagi bisa bereinkarnasi, benarkah itu?"

"Ya."

Aku mencengkeram tiger tally erat-erat di telapak tanganku, dan setelah merenung selama beberapa detik, aku berkata, "Ah Ye, sebelum kamu memotong jiwanya, bisakah kamu memberiku sedikit waktu?"

"Apa yang kamu rencanakan?" Jiuye menatapku.

Aku berkata, "Aku ingin mencari tahu, siapa itu Zhao Yinfei."

Jiuye tersenyum, bertanya, "Apakah ada kebutuhan untuk menemukan sesuatu yang pada akhirnya akan musnah?"

Aku melihat tiger tally di tanganku, berkata dengan tegas, "Ada. Aku ingin tahu, penyesalan seperti apa yang membuat seseorang yang meninggal beberapa ratus tahun yang lalu tidak bisa melepaskannya. Aku berharap, bahwa sebelum dia dimusnahkan, dia akan bisa membatalkan hal yang mendiaminya."

Jiuye terdiam lama, dan berkata dengan acuh tak acuh, "Lakukan apa yang kamu inginkan."

*

Aku mulai menyelidiki orang ini secara pribadi, 'Zhao Yinfei'.

Hal pertama yang aku pikirkan adalah internet, tetapi nama itu langsung menghasilkan hasil yang tak terhitung jumlahnya ketika aku memasukkannya ke dalam kotak pencarian. Ada terlalu banyak orang dengan nama yang sama, dan setelah proses penyaringan yang cermat, nama 'Zhao Yinfei' tidak bisa ditemukan. Sepertinya perwira militer berpangkat tinggi ini tidak menurunkan reputasinya dalam sejarah.

Jika begitu, keadaan akan sedikit lebih merepotkan, karena ada ribuan perwira militer bersejarah dalam ribuan hingga sepuluh ribu, aku bahkan tidak tahu di dinasti mana orang ini dilahirkan, dari mana aku seharusnya mulai mencari?

Sepanjang hari, aku duduk di depan layar laptop, menyegarkan halaman demi halaman pencarian, mencari informasi, sampai kepalaku berputar. Aku harus menutup mata yang sakit, menggosok pelipisku dengan lelah.

Jiuye berjalan, menghela nafas, "Sungguh, apa yang harus aku lakukan padamu."

Dengan itu, dia memberiku buku tebal yang seperti buku yang tidak terlihat seperti buku, buku harian yang tidak terlihat seperti buku harian.

Buku tebal ini terlihat tua, tetapi secara mengejutkan terikat oleh ikatan yang masih putih, dan di sampul beraneka warna indigo ada empat karakter yang ditulis dalam naskah biasa dengan kuas, "Sejarah Wilayah Jing Lan."

Jiuye berkata, "Aku melakukan perjalanan ke perpustakaan kota sebelumnya dan menemukan catatan sejarah di arsip. Ada yang menyebutkan tentang Zhao Yinfei di dalamnya, lihatlah."

"Oh? Jadi kamu juga mencari? Hehe, kamu, mengatakan apa yang tidak kamu maksudkan."

Aku tertawa terbahak-bahak, berkedip padanya dengan menggoda.

Jiuye berkata dengan putus asa, "Bukankah itu semua karena kamu? Kamu tidak menemukan apa pun, dan aku mungkin tidak akan makan malam untuk makan malam ini."

"Uh, ayolah. Aku benar-benar ingin tahu jika suatu hari aku tidak di sini lagi, apakah kamu benar-benar akan mati kelaparan?"

Aku mengambil catatan sejarah dari tangannya, tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis, dan dengan hati-hati membolak-balik halaman tua dan kuning, bertanya, "Di mana itu?"

Jiuye membalik beberapa halaman untukku, menunjuk, "Ini."

Aku buru-buru menundukkan kepalaku, dengan sungguh-sungguh membacanya.

Tetapi karena itu terlalu tua dari suatu jaman, dan menambahkan fakta bahwa itu belum terpelihara dengan sempurna, beberapa karakter hancur parah, seluruh teks terputus-putus. Sangat sulit untuk dibaca, tetapi pada saat aku selesai membaca, bekas tinta yang pudar itu memberiku serangan emosi yang luar biasa.

Menurut teks, selama jaman yang harmonis dan makmur, Kekaisaran Liao mencoba melakukan invasi besar-besaran di dataran tengah Cina. Jenderal Zhao Yinfei membela kota wilayah bernama 'Jing Lan' dengan nyawanya. Dia dengan keras kepala menentang ketika memimpin pasukannya, bertempur dengan gagah dan berani, dan tidak peduli berapa kali Kekaisaran Liao mencoba untuk menyerang, mereka tidak bisa menerobos gerbang kota, sehingga melindungi keselamatan lebih dari beberapa ribu warga.

Zhao Yinfei, pada gilirannya, menerima penghormatan dan harga diri warga. Tapi, Kekaisaran Liao tidak menyerah karena ini. Mereka mengerti bahwa jika mereka bisa menyingkirkan Zhao Yinfei, mereka bisa menerobos gerbang kota. Mereka datang dengan rencana untuk mengirim mata-mata ke kota, menyebarkan desas-desus bahwa Kekaisaran Liao berniat untuk mundur, tetapi Zhao Yinfei terus mengirim deklarasi perang untuk memaksa mereka berperang.

Saat berita itu menyebar, kota itu menjadi kacau balau. Orang-orang yakin bahwa desas-desus itu benar, satu demi satu, percaya bahwa Jenderal Zhao Yinfei telah membawa malapetaka pada mereka, melukis pahlawan ini yang telah melindungi wilayah Jing Lan menjadi penjahat, bahkan membuat jebakan di gerbang dan memikat Zhao Yinfei ke dalamnya.

Setelah menerima penghinaan setiap orang di kota, Zhao Yingfei memiliki nama yang menghitam, dan dirajam sampai mati oleh orang-orang yang ingin dia lindungi dengan sepenuh hati, dan setelah sekarat mayatnya digantung di gerbang kota.

Ketika Kekaisaran Liao melihat Zhao Yinfei sudah mati, mereka segera menyerang, dengan mudah mendobrak gerbang. Jing Lan jatuh ke tangan musuh.

Pada hari kota itu jatuh, mayat Jenderal Zhao Yingfei yang telah dipukuli sampai hitam dan biru masih digantung tinggi di gerbang kota, menyaksikan semua ini, tidak dapat mati dengan tenang.

Selesai membaca semua ini, aku mencengkeram tanganku erat-erat, tidak bisa menenangkan hatiku untuk waktu yang lama.

"Bagaimana mungkin mereka ... ini terlalu berlebihan!"

Aku mengepalkan gigiku dengan kesedihan dan kemarahan, berteriak, "Kelompok bodoh itu tidak bisa diselamatkan!"

Jiuye menghela nafas, "Aku sudah memverifikasi sedikit cerita yang ditulis dalam catatan sejarah. Menurut data yang tersimpan di perpustakaan arsip sejarah, kota tempat kita berada sekarang disebut Kota Miyun, tetapi di zaman kuno, itu adalah sebuah daerah bernama Jing Lan. Distrik kota barat tempat Wang Taifu memiliki lokasi konstruksinya persis di mana gerbang kota Jing Lan berada."

"Gerbang kota?" Aku membeku, dan langsung berkata, "Gerbang kota tempat catatan sejarah mengatakan Zhao Yingfei bertarung dan mati, yang dibicarakan tentang gerbang kota di distrik kota barat?"

"Mm, kurasa begitu." Jiuye mengangguk.

Ah, tidak heran ... Tidak heran hantu Zhao Yingfei akan bertahan di sana bahkan setelah beberapa ratus ribu tahun ...

Tidak heran dia masih tidak mau pergi sampai akhir ...

Aku pikir, akhirnya aku bisa mengerti.

Paparan penyesalan dan keengganan yang tersisa di hatimu, menginspirasi namun tragis.

*

Pada malam itu, Jiuye dan aku sekali lagi tiba di lokasi pembangunan di distrik kota barat. Hantu Zhao Yingfei muncul. Itu sudah benar-benar terkikis, merosot menjadi hantu.

Melihat gumpalan asap hitam itu, aku merasakan semacam kesedihan yang tak terucapkan. Jiuye menggunakan kertas merah untuk menyegelnya ke dinding, lalu mengeluarkan pedang kayu persik. Ketika dia akan menebas, aku menghentikannya.

"Tunggu, aku ingin menunjukkan sesuatu padanya."

Aku meraih tangan Jiuye yang memegang pedang.

Jiuye berkata, "Tidak ada gunanya, hantu adalah hantu karena telah kehilangan rasionalitas yang seharusnya dimiliki manusia. Dia tidak akan bisa mengerti apa yang kamu katakan."

"Tapi ... aku ingin mencoba."

Aku mengambil sesuatu dari tasku, perlahan-lahan berjalan menuju asap hitam.

"Hei, jangan terlalu dekat." Jiuye menarikku.

Aku berdiri di sana, mengangkat benda di tanganku.

Itu adalah batu nisan kecil, sesuatu yang aku temukan di arsip sejarah, delapan karakter yang sangat indah diukir di dalamnya— Sebuah nama terkenal yang abadi, bagi orang-orang biasa.

"Jenderal Zhao! Apakah kamu melihat ini? Batu nisan ini diukir untukmu, oleh salah satu warga tahun itu di Kabupaten Jing Lan!"

Aku berkata dengan keras kepada gumpalan asap hitam, "Tidak semua orang salah paham denganmu, masih ada seseorang yang menganggapmu sebagai pahlawan! Masih ada orang yang mengingatmu! Yang mengukir nisan ini, yang menulis 'Sejarah Wilayah Jing Lan', dan bawahan serta tentara yang tak terhitung jumlahnya yang mendukung, menghormatimu, kamu akan selamanya menjadi pahlawan mereka! Kamu akan selamanya hidup di hati mereka! Tidak pernah dilupakan!"

Kata-kata itu jatuh, dan gumpalan asap hitam itu, secara mengejutkan perlahan menghentikan teriakannya.

"Sebuah nama terkenal yang abadi, untuk orang-orang biasa!"

Aku melafalkan delapan karakter di nisan, mengambil satu langkah ke depan, berkata dengan keras, "Jenderal Zhao, kecemerlanganmu tidak akan diabaikan! Itu akan selamanya terukir di buku-buku sejarah, diingat di hati kami!"

Aku tidak bisa menahan getaran di hatiku yang dipenuhi dengan kemarahan, tangan yang memegang batu nisan sedikit gemetar.

Asap hitam di depan mataku mulai menyebar, racun perlahan-lahan menghilang.

Tepat ketika asap hitam mulai menyebar, aku melihat sekitar lima langkah, seseorang. Itu adalah jenderal kuno, dengan topi merah dan baju besi di seluruh tubuh.

Armor itu berkarat dan penuh noda dan bintik-bintik, tetapi posturnya masih tegak, heroik dan gagah berani.

"Jenderal Zhao? Apakah kamu bisa mendengarku?"

Hantu Zhao Yingfei tidak berbicara, hanya setelah keheningan yang lama, dua tetes air mata yang tenang menggulung wajah yang terlihat buram penuh dengan luka.

Dia telah mendengarku! Dia telah mendengar kata-kataku!

Aku mencoba untuk melangkah maju, tetapi angin dingin bertiup, dan siluet Zhao Yingfei sudah hilang begitu saja, abu beterbangan di lantai.

"A-apa yang terjadi?"

Aku menoleh ke Jiuye dengan bingung.

Jiuye menyingkirkan pedang kayu persik, mendesah, "Dia memilih untuk memotongnya sendiri."

"Memotong sendiri? La-lalu dia sekarang ... "

"Dimusnahkan, benar-benar hilang."

Aku menatap kosong padanya, bertanya, "Itu berarti ... Jiwa Zhao Yingfei sudah pergi, tidak lagi bisa kembali ke siklus reinkarnasi, kan?"

"Ya." Jiuye mengangguk.

Tiba-tiba aku tidak bisa bicara. Meskipun aku tahu ini akan berakhir seperti ini, masih sakit, air mata hangat tiba-tiba mengalir keluar dari mataku.

Melirik abu yang berkibar-kibar sepoi-sepoi ke angin, aku tersedak pelan oleh kata-kata ini—

Sebuah nama terkenal yang abadi, untuk orang-orang biasa.

Continue Reading

You'll Also Like

513K 13.2K 48
An original and empowering shapeshifter/werewolf mystery. Lily's abusive life with her childhood pack is about to change forever when she's assigned...
52.2K 2.5K 36
Celestine Colton was a survivor, against the turmoil and abuse against the werewolf kind in a world run solely by humanised factions, she's a cuffed...
812K 44.2K 157
The werewolves have left the shadows of the mountains. They now walk the streets in their true form without fear of being seen. The packs had grown t...
493K 17.5K 44
"Tomorrow, we don't have to speak of this again." I hardly know what I'm asking. I just know I want whatever it is. He watches me with an intensity...