My Sweetest Ex

By myezbie

271K 19.2K 2.9K

Protektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutusk... More

Prolog
BAB 1 : Boyfriend
BAB 2 : Mark My Words
BAB 3 : A Planning
BAB 4 : Him
BAB 5 : A Bit of Jealous
BAB 6 : Stalking Her
BAB 7 : Gossip
BAB 8 : An Angel
BAB 9 : Her Feeling
BAB 10 : They Are Fight
BAB 11 : Can We Be Friend?
BAB 12 : Make A Deal
BAB 13 : A Little Secret
BAB 14 - One Time
BAB 15 - I am Promise!
BAB 16 : Try to Move On?
BAB 17 : What's Wrong?
BAB 18 : Heartbreaking
BAB 19 : When The Regret it Come?
BAB 20 - What's My Fault?
BAB 21 : Three Painful Minutes
BAB 22 : Love Shot
BAB 24 : What's It Wound?
BAB 25 : Break Up
BAB 26 : What Are You Missed?
BAB 27 : Another Chance
BAB 28 : They're Miss Each Other
BAB 29 : Hi Salsha?
BAB 30 : Dating Agency
BAB 31 : An Effort to Catch Her
BAB 32 : An Unexpected Fact
BAB 33 : Status?
BAB 34 : Kissing, Huh?
BAB 35 : I Got It!
BAB 36 : Pregnancy and The Wedding
Epilog

BAB 23 : The Truth Untold

7.8K 588 153
By myezbie

Happy Reading.




"Nah ini biangnya, eh lo berdua dicariin tuh sama pacar lo! Pusing pala gue ditanyain mulu dari tadi." Bastian berkata dengan suara besar khasnya. "Eh ada Bang Kiki juga ehehehe, " katanya sembari tertawa aneh.

Aldi dan Iqbaal tak menanggapi, malah kedua laki-laki itu tengah bergelut dengan pikiran mereka masing-masing. Bastian yang merasa aneh pun, melemparkan tatapan seolah bertanya 'ada apa?' kepada si kakak tingkat—Kiki. Laki-laki gembul itu menanggapi dengan angkatan bahu, tanda tidak tahu.

"Napa dah lo berdua? Kebelet pipis ya?" ujar Bastian yang tentu saja tak ditanggapi oleh kedua sahabatnya.

"Helo guys, gue masih napas loh, masih sadar juga ini." Laki-laki itu berkata mendramatis yang mana sukses membuat kedua sahabatnya menoleh ke arah mereka dengan tatapan—

"Apaan sih lo Bas jijik." Oh jangan ditanya siapa yang mengatakan hal ini, tentu jelasnya Aldi si sahabat yang paling kurang ajar padanya.

"Yeu si batak gak nyadar kalo ekspresi lo lebih kusut dibanding gue," protes Bastian. "Cariin Cassie nih, doi telepon gue lagi. Berantem ya lo?"

"Apaan sih lo." Aldi menutup wajahnya dengan satu tangannya, laki-laki yang saat ini berbaring di single sofa itu terkesan menghindari pertanyaan Bastian.

Kemudian hening melanda, keempatnya sibuk dengan pikiran masing-masing tak terkecuali Iqbaal yang sejak tadi masih terngiang tentang obrolannya dengan Salsha.

Ia tidak menampik jika perkataan Salsha masih menjadi pikiran baginya, tetapi poin terbesar bukanlah itu. Nyatanya, raut wajah si gadislah yang menjadi pengalih fokusnya sekarang.

Ia masih ingat bagaimana sorot mata itu mengatakan selamat padanya. Ia tahu jika iris cokelat itu berkaca. Ia bahkan tahu jika nada suaranya bergetar. Dan ya, Ia tak mengelak jika ada perasaan sakit di dirinya.

Ia pikir ini perasaan kasihan atau mungkin iba.

"Kok gue ngerasa bego banget ya?" Aldi tiba-tiba mengutarakan pemikirannya, laki-laki yang tengah menerawang ke atas itu membuat pandangan ketiga orang teralih ke arahnya.

"Ya kan elo emang bego dari dulu, Di, akar pangkat aja lo masih tanya-tanya gue," celetuk Bastian yang mendapat tendangan dari Kiki.

"Hahaha, kayak diboongin gue sama dia. Kurang apa sih gue sama dia? Bahkan gue selalu ada disaat dia lagi butuh gue, disaat dia lagi down karena si Bryan. Realitanya? Gue gak lebih dari sekedar pelarian buat dia." Aldi mengeluarkan unek-uneknya, laki-laki itu terus berkata tanpa tahu ketiga orang di ruangan itu menatapnya penuh tanya.

"Cassie kenapa?" —pertanyaan yang perhatian dari Kiki.

"Maksudnya sama pelarian? Kenapa lo bisa ngerasa kalo diri lo itu pelarian Cassie?" —pertanyaan dari si jenius Iqbaal.

"Lah? Lo sih ngereb—awsh! Ngesedekah ke gue!" Bastian meringis ketika lagi-lagi tulang keringnya di tendang. Kali ini oleh Iqbaal di sebelah kanan. Ah sial! Dia rasa ia akan kesakitan berjalan nanti.

Sebenarnya, Aldi ingin bercerita lebih banyak lagi. Tetapi di bagian dimana tindakan jahat Cassie yang mengirimkan rekaman suara pada Salsha tentang pembicaraan mereka kemarin, ia rasa dirinya tidak berhak. Ini masalah antara Cassie dan Iqbaal, tentunya dengan Salsha juga.

"Ya gue asal mikir aja sih," kata Aldi sembari mengangkat bahunya acuh, seolah tak perduli walau nyata tidak. Dia terlampau kecewa hingga kata sangat kecewa pun tak dapat mendeskripsikan betapa kecewanya dia saat ini.

***

Jeha memandang Salsha yang begitu lahap memakan sotonya. Gadis manis itu menopang dagunya, mengabaikan semangkuk mie ayam yang ada di depannya. Tanpa sadar, bibirnya mengangkat garis senyuman. Dia tahu Salsha sedang tidak baik-baik saja, namun ia juga paham jikalau gadis ini sedang melawan perasaannya.

Jeha akui Salsha terlalu naif. Gadis itu terlalu buta untuk melihat bagaimana perasaan Iqbaal padanya. Salsha terlampau tuli untuk mendengar semua nasihat yang ia beri. Dia bahkan begitu keras kepala mempertahankan hubungan sepuluh bulan yang bahkan berjalan monoton itu.

Tanpa sadar gadis manis itu mengembuskan napas kasar yang mana membuat Salsha mendongak ke arahnya.

"Kenapa?"

"Hah? Gak apa-apa," jawab Jeha seadanya.

Salsha mengangguk, gadis itu akan menyendok sotonya sebelum atensinya bertubrukan dengan iris karamel yang saat ini memakunya. Cukup lama mata karamel itu memandangnya hingga pada akhirnya ia memilih untuk memutus pandangannya.

"Kenapa Sha?" Kali ini giliran Jeha yang bertanya.

"Ha? Gak apa-apa," jawabnya gugup.

Jeha yang tak percaya itupun akhirnya menoleh ke belakang, tepatnya ke arah di mana Salsha melihat tadi. Ooh, Steffi ternyata.

"Lo liatin Steffi?"

Salsha mengangguk, "Kangen gak sih sama sikap freak dan idiotnya dia?"

"Dibanding itu, gue lebih mikir gimana kira-kira reaksi dia kalo tau Kak Daniel bakal nyusul Kak Yona ke China?"

"Jahat banget gak sih Jeh? Gue sebagai sahabat dia harusnya jauhin dia dari Kak Daniel yang emang udah jagonya pematah hati. Dan bodohnya gue malah gak bisa berbuat apa-apa saat tau sahabat gue disakitin sama orang yang gue kenal."

Jeha menepuk bahu Salsha. "Bukan salah lo aja, ini salah gue. Salah kita yang gak bisa ngebuat Steffi open mind tentang rasa suka dia."

***

"Pengecut ya lo." Suara sarkastik itu terdengar di keheningan ruang OSIS.

Iqbaal yang sejak tadi pusing memikirkan proposal untuk pengajuan ke kepala sekolah itu pun mendongak, menatap heran Jeha yang memasang raut marah.

"Maksud lo apa?"

Jeha tertawa remeh, "Gak usah pura-pura bego deh. Udah jelas lo ngingkari janji yang uda kita sepakati."

Iqbaal bertambah bingung. Ia menutup map biru itu, berdiri berhadapan dengan gadis berkuncir yang seolah siap menjambak rambutnya.

"Gue gak ngerti apa yang lo maksud," jawabnya santai.

"Ck!" Jeha berdecak, kemudian mengeluarkan ponsel dari tasnya dan memutar rekaman suara yang telah ia kirim ke ponselnya.

"Denger kan? Udah tau kan siapa yang jadi pengecut gini? Siapa yang udah ingkarin janji yang udah dibuat sendiri?"

"Gue bukan pengecut!"

"Terus apa?!" Jeha berkilat marah, "terus apa sebutan yang pantas buat orang yang udah ingkar sama perjanjiannya sendiri!" ucap Jeha yang meninggikan suaranya.

Iqbaal diam. Laki-laki itu masih diam menatap gadis yang menatapnya berapi-api.

"Gue tau lo gak pernah suka sama Salsha. Gue tau lo nerima dia atas dasar kasihan. Gue tau itu! Tapi bukannya kita udah bikin perjanjian untuk hal ini biar gue aja yang tau. Cukup gue aja yang simpen."

"Gue—"

"Gue udah berusaha jauhin Salsha dari lo, seperti yang lo mau. Gue udah berusaha bikin dia lupa sama perasaan dia buat lo, seperti yang lo harepin. Gue udah berusaha Baal, tapi sekuat apa pun usaha gue, gue tetep gak punya kesempatan banyak untuk merubah perasaan seseorang!"

Jeha mengeluarkan unek-uneknya. Dia terlampau muak dengan laki-laki di depannya. Iqbaal mengingkari janjinya dan itu sudah jadi bukti kuat jika laki-laki ini akan masuk list daftar hitamnya.

"Tapi sekarang kayaknya gue gak perlu berusaha terlalu kuat. Salsha udah nyerah sama perasaannya. Dia udah ambil langkah seperti yang lo harepin. Dia akan lupain perasaan cintanya ke elo, seperti yang lo mau sejak setahun yang lalu," Jeha menarik napas, entah mengapa matanya tiba-tiba berair, "dan gue harap lo cukup sadar diri untuk menjauh dari dia." Setelahnya Jeha langsung berbalik tanpa pamit.

Iqbaal memandang gadis yang baru saja keluar pintu ruang OSIS itu. Ada hal yang tak biasa menyerang dirinya.  Ia tak berbohong. Rasanya nyeri. Apakah sekarang ia menyesal?

***

"Sha?" Ketika namanya disebut, sontak saja gadis yang sedang menyalin tugas itu mendongak. Ia terheran sedikit mengernyit bahkan memicing untuk memperjelas pandangannya.

"Kenapa Stef?" tanyanya.

Steffi gugup. Astaga! Rasanya seperti sedang berhadapan dengan kepala sekolah akibat skandal.

"Gue... mau minta maaf," katanya pelan.

Gadis di depannya tersenyum. Dia berdiri menepuk pundak si iris karamel. "Gak ada yang perlu dimaafin. Gue cukup sadar atas ego gue selama ini."

"Tapi gue lebih buruk dari lo. Gue ninggalin sahabat gue hanya karena cowok yang gue—"

"Itu wajar, dalam setiap hubungan pasti ada halangan. Apalagi persahabatan antar cewek. Kita sama-sama punya ego dan jalan pikir yang beda. Gue pikir itu wajar kalo kita ada problem dan salah satu dari kita memilih pergi—bukan untuk meninggalkan tapi berfikir bagaimana caranya tetap bertahan di tengah perbedaan." Salsha memeluk Steffi dan gadis itu tidak keberatan untuk membalas pelukannya.

"Gue minta maaf."

"Gue maafin lo asal berhenti bersikap idiot lagi."

Steffi tersenyum begitupula dengan Salsha. Rasanya, ada satu beban yang hilang darinya. Namun pelukan itu tak berlangsung lama karena suara yang mengintrupsi.

"Eum... Salsha, bisa minta waktu untuk bicara sebentar?"

***

Maaf telat update. Harusnya aku mau post di saat Iqbaal ulang tahun, yeep! Tapi gak ada waktu ngetik karena ada urusan di real life. Trus kepikiran lah untuk update di tahun baru. Tapiiiii lagi lagi lagi harus terhalang karna kuikut live streaming MBC. Bukan hanya itu, aku malah keterusan stalk momen Yoona sama Taehyung yang uwu itu.

Yoona tuh satu satunya cewek Korea yang aku suka, yang aku save fotonya di galeri, yang aku ikutin berita beritanya dia. Tapi... Kenapa immature fans Taehyung pada nyinyirin Yoona di IG? Kasihan atuh, lagi pula masih rumor juga.

Kalaupun memang benar adanya, mungkin aku harus merelakan shippers ku kandas untuk kesekian kalinya. Setelah Iqsha, Jelena dan sekarang Yoona.

Padahal kusudah nulis cerita dia sama Daniel di book sendiri. Hmm...

So what do you think abous this part?

Cium beceq
—gomez.

Continue Reading

You'll Also Like

735K 57.6K 24
Enam tahun setelah Remi membantu Bumi, dia kembali dipertemukan dengan lelaki itu dalam situasi tak terduga. Remi sedikit berdebar, apalagi saat Bum...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 81.8K 37
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
959K 46.5K 66
Brigitta terkejut bukan main saat ia terbangun dalam pelukan seorang laki-laki asing dalam keadaan tanpa sehelai benang pun. Apa orang patah hati se...
60.5K 5K 24
Kenapa yang indah selalu menjadi seperti ini? Katakan padaku mengapa?! Mengapa cinta berakhir? Mengapa sesuatu yang indah akan hilang? Ini hanya ang...