Husband [Haechan NCT]✔

By fullxsun

1.7M 157K 25.3K

❝Sweety man❞ fullxsun, 2020 More

01 [Revisi✔️]
02 [Revisi✔️]
03 [Revisi✔️]
04 [Revisi✔️]
05 [Revisi✔️]
06 [Revisi✔️]
07 [Revisi✔️]
08 [Revisi✔️]
09 [Revisi✔️]
10 [Revisi✔️]
11 [Revisi✔️]
12 [Revisi✔️]
13 [Revisi✔️]
14 [Revisi✔️]
15 [Revisi✔️]
16 [Revisi✔️]
17 [Revisi✔️]
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Bonus Chapter ❤
Bonus Chapter 2
Dibuang Sayang🌚
SATU JUTA WOE
Naik Cetak, nggak?

Hei, I miss you [Oneshoot]

26.3K 1.2K 178
By fullxsun

Gue bikin oneshoot  karena rindu sosok fullsun~

Seorang gadis dengan berlinang air mata berjalan cepat di pinggir trotoar. Lelaki berkulit tan yang berada di belakangnya berteriak memanggil namanya berkali-kali, namun ia hiraukan itu.

Hingga akhirnya kakinya tersangkut lubang trotoar yang membuatnya terjatuh dan lututnya sobek. Lelaki yang mengejarnya itu memeluknya dari arah belakang, ikut menangis seperti dirinya.

"Kau dengarkan penjelasanku dulu." ucapnya sendu dan matanya beralih pada luka sobek lutut gadis itu. Berniat untuk menggendong gadis itu, namun tangannya segera ditepis.

"Tidak ada penjelasan, Haechan! Kau berciuman dengan wanita itu. Apa kau tak mencintaiku lagi?" tanyanya dan berusaha berdiri kembali, melanjutkan perjalanannya untuk pulang.

"(y/n), dengarkan aku dulu. Aku tidak—"

"Sudahlah! Kau tak mencintaiku, bukan? Katakan saja! Kau terlihat menikmatinya, aku melihatnya sendiri!" pekiknya lalu berlari meninggalkan Haechan yang masih tak percaya kekasihnya berkata seperti itu.

Sialan Hye Jung. Kalau saja gadis itu tak membuat dirinya khilaf, tentu saja ia sudah menampar pipi gadis itu.

"(y/n)! Aku mencintaimu! Dengarkan aku dulu!" teriak Haechan dan berlari mengejar (y/n) yang tengah menyebrangi jalan raya. Tanpa melihat kendaraan yang melintas di sampingnya, Haechan berteriak dan berlari menyusul gadis itu yang sudah menjauh.

Klakson truk trailer terdengar di telinganya. Haechan kira truk itu masih jauh dari posisinya, matanya masih terfokus pada sosok (y/n) yang telah tak terlihat.

BRAK!!

Tubuh itu terhempas dan kepalanya membentur aspal—tergeletak bersimbah darah yang mengalir di kepalanya.

(y/n) yang menyadari suara teriakan Haechan kini tak terdengar, ia berbalik arah. Namun apa yang ia temukan? Tubuh kekasih yang ia cintai tergeletak, dengan darah yang mengalir membuatnya menjerit histeris.

Kedua mata itu tertutup dan detak jantung yang sangat lemah—Haechan tertidur. Entah kapan ia akan bangun kembali, yang pasti ia harus menunggu. Menunggu itu menyakitkan, bukan?

"Haechan! Tolong! Siapapun! Antarkan dia ke rumah sakit!" teriak gadis itu pada orang-orang yang mengerubunginya.

Seorang wanita berbaik hati mengantarkan mereka menuju rumah sakit. Hatinya teriris ketika melihat Haechan dengan keadaan seperti ini.

Kau harus hidup! Aku berjanji akan bersamamu jika dirimu telah membuka kedua matamu! Aku berjanji!

Haechan telah dibawa ke Unit Gawat Darurat untuk ditangani. Wanita tadi berusaha menenangkannya untuk tak terlalu larut dalam kesedihan. Ia yakin, bahwa Haechan akan terbangun kembali.

"Keluarga pasien?"

"Saya, dok."

"Maaf, pasien mengalami koma. Luka di kepalanya cukup serius, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Saya tak bisa memastikan kapan ia akan sadar. Anda boleh menjenguknya."

Saya tak bisa memastikan kapan ia akan sadar...

Kalimat itu terngiang-ngiang di kepalanya, dokter saja tak bisa memastikan kapan Haechan akan sadar. Bagaimana dengan nasib dirinya yang hanya bisa menunggu dan berdoa?

"Aku jamin, hanya setengah tahun ia tertidur. Kau tak perlu risau." ucap wanita tadi yang belum ia ketahui namanya, duduk di samping kiri Haechan—berhadapan dengan (y/n).

(y/n) menenggelamkan kepalanya dan menggenggam erat tangan Haechan yang mendingin, mengusapnya pelan supaya kembali menghangat.

Ia lupa mengucapkan terima kasih pada wanita yang menolong kekasihnya tadi, namun yang (y/n) temukan adalah kursi kosong di depannya. Ia yakin, jika wanita tadi masih duduk di sana—dan dirinya tak mendengar suara pintu yang terbuka.

"Apa mungkin dia keluar dari ruangan ini? Tetapi mengapa tak berpamitan denganku?" gumamnya. Suasana ruangan yang menjadi horror membuat (y/n) sedikit takut—menyalakan televisi untuk mengusir rasa ketakutannya itu.

"Hei, bangunlah. Kau tak tahu aku sedang menunggumu di sini? Baru satu jam, tetapi aku merindukan suaramu. Maaf telah membuatmu seperti ini, semua salahku. Aku merindukanmu, Lee Dong Hyuck. Bangunlah!" percuma saja ia berteriak dan menangis, itu tak akan merubah takdir.

"Aku mencintaimu, tolong bangunlah." ucapnya dan masih menggenggam tangan dingin yang telah basah karena air mata, entah sampai kapan ia akan menangis menyesali kesalahannya.

Ia tak tahu, jika arwah itu memperhatikannya sejak tadi.

Gadis itu menjalani kesehariannya, tanpa Haechan. Biasanya lelaki itu akan datang menjemput dan mengejutkannya. Senyuman itu layaknya pancaran sinar matahari. Jika tak ada matahari, semuanya akan redup—tak berenergi.

Hatinya teriris ketika melihat keluarga Haechan yang menangis histeris terutama ibunya—melihat anaknya terbaring lemah di rumah sakit. Ia semakin merasa bersalah.

"Hari ini mendung, matahari sedang tertidur nyenyak di sana." gumamnya sambil berjalan menuju halte. Ia membayangkan sosok Haechan yang selalu berjalan berada di sampingnya ketika berjalan bersama menuju halte, namun nyatanya?

"Membayangkanmu membuat diriku semakin rindu. Aku ingin pulang dan menangis sepuasnya. Ini semua salahku."

"Menangis tak akan menyelesiakan masalah, (y/n)." suara lelaki menyahuti perkataannya, namun ia tak menemukan orang itu.

Suasana jalan raya di pukul lima pagi dan lampu jalanan yang redup, tak ada orang-orang berlalu lalang di sekitarnya. Hanya kendaraan yang melintas. (y/n) sadar, suara itu seperti suara milik Haechan—yang tengah tertidur pulas di rumah sakit. Namun tak mungkin jika roh itu mengikutinya?

"Haechan? Kau kah itu?" gumamnya. Seketika ia sadar, tak mungkin roh itu berkeliaran ke sana kemari mengikutinya.

Namun yang (y/n) temukan ialah sosok Haechan yang berada di seberang jalan, masih memakai pakaian yang sama seperti saat ia kecelakaan. Tersenyum padanya, lalu menghilang terbawa angin.

"Pasti aku masih mengantuk." gumamnya lalu kembali melanjutkan perjalanannya.

Tak perlu menunggu lama di halte, ia memasuki bus yang selalu berhenti di halte yang tak jauh dari sekolahnya. Hanya beberapa orang yang menaikinya, (y/n) memilih untuk duduk di kursi belakang. Ia dengan Haechan selalu memilih kursi itu.

"Huh aku lelah~ Bu Taeyeon memberikan pekerjaan rumah sangat banyak. Kau tak mau mengerjakan pr-ku?"

"Kerjakan sen—" ucapnya lalu menoleh ke sampingnya, tak mendapati sosok Haechan. Hanyalah kursi kosong di sampingnya.

Ia sadar, dirinya sedang berhalusinasi. Terlalu banyak momen dengannya bersama Haechan di bus, seperti biasa lelaki itu mengeluh ketika perjalanan menuju sekolah.

Kau sering memarahiku karena aku berada di ranking satu, satu dari bawah. Bahkan kau selalu menyemangatiku untuk belajar, namun aku terlalu malas.

Aku berjanji ketika kau bangun, aku akan memberi hadiah padamu.

Tak tahu sudah berapa lama (y/n) menunggu Haechan sadar, kini perjuangannya telah membuahkan hasil. Teman-teman yang meremehkannya kini hanya bisa membisu. Piala juara dan sertifikat berada di tangannya, ia lulus dengan nilai sempurna.

(y/n) tak peduli dengan suara teguran suster karena ia berlarian di koridor, menuju ruangan Haechan.

Membuka pintu dengan pelan, terdapat dokter dan keluarga Haechan yang membelakanginya. Suara isakan tangis terdengar pilu di telinganya.

Berjalan pelan, ia melihat seorang dokter yang melepaskan selang infus milik Haechan—lalu wajah pucat itu tertutup oleh selembar kain putih.

Dokter tak bisa berbuat apa-apa. Semakin lama jantung lelaki itu semakin melemah, hingga keluarganya sendiri memilih jalan ini. Ia tak bisa berbuat apa-apa.

Ibu Haechan menangis histeris, memeluk (y/n) yang tak kalah histeris. Tuhan telah mengambilnya, gadis itu harus merelakannya.

"Nak, maafkan Haechan. Biarkanlah ia tenang di sana."

Tidak, tidak! Haechan pasti masih hidup! Tuhan pasti memiliki rencana lain!

Gadis itu berusaha menenangkan Ibu Haechan, merelakan sosok yang dicintainya. (y/n) yakin, lelaki itu tak mungkin meninggalkannya.

Jenazah akan segera dipulangkan. (y/n) kembali memasuki ruangan Haechan, tak ada siapapun di sana. Hanya dirinya dan tubuh kaku kekasihnya.

"Hai, sudah enam bulan jika dihitung. Apa kau tenang di sana? Kau merindukanku?" ucapnya sambil membuka kain putih penutup itu, mengusap rambut lembut yang menjadi kesukaannya.

"Aku tahu dengan cerita pangeran yang mencium cinderella, ia akan terbangun dan hidup bahagia. Mungkin ini terlihat bodoh, tetapi aku akan mencobanya."

Gadis itu membungkuk dan mengikis jaraknya dengan Haechan. Bisa dilihat dari dekat, wajah itu sangat pucat. Kemungkinan kecil untuk hidup karena ciuman konyol ini.

Bibir peach-nya menempel sempurna di atas bibir pucat Haechan. Ia menangis, air matanya membasahi wajah lelaki itu. Tak lama, ia melepaskan ciuman itu dan kembali menangis.

"Semoga kau tenang di sana. Aku mencintaimu."

Gadis itu pergi, meninggalkan buket bunga di atas ranjang kekasihnya. Tak memiliki semangat hidup, sampai kapan ia akan larut dalam kesedihan seperti ini?

"A-aku m-men-mencintaimu juga."

Suara terbata-bata terdengar dari arah belakangnya. Melihat sosok yang ia rindukan tersenyum manis, bukan roh yang selalu terbayang-bayang di pikirannya. Haechan telah kembali!

"Hei, kau merindukanku?"

Gadis itu berlari dan memeluk lelaki yang ia rindukan selama enam bulan lamanya. Ia tak menyangka, bahwa Haechan akan terbangun dan memeluknya erat. (y/n) mengira ini adalah mimpi, namun ini adalah rencana Tuhan.

"Bodoh! Aku hampir kehilangan dirimu selamanya!" pekik (y/n) yang masih memeluk erat Haechan, tak peduli punggung lelaki itu basah.

"Sudahlah jangan menangis. Aku telah kembali."

Gadis itu melepaskan pelukannya, lalu turun dari ranjang Haechan. Lelaki itu tersenyum menatap gadis yang ia cintai. (y/n) berjalan mengambil piala yang tergeletak di bawah, menunjukkan pada Haechan dengan gembira.

"Lihat! Aku telah bekerja keras untukmu."

"Woah! Selamat! Kau lulus dengan nilai sempurna? Benarkah?"

(y/n) tak membalas perkataan Haechan, lalu duduk kembali di atas ranjang. Mengusap pipi halus kekasihnya, begitupula dengan Haechan.

Tangan lelaki itu beralih ke tengkuk (y/n), mendorongnya pelan hingga bibir mereka bertemu. Selama ia menjadi kekasih Haechan, (y/n) hanya sekedar berpegangan tangan dan berpelukan. Tak pernah berciuman, hanya saja gadis itu melakukannya tadi—karena termakan cerita fiksi.

BRAK!!

"YA TUHAN, ANAKKU!"


Keluarga Haechan mengadakan syukuran atas kesembuhan Haechan, tentunya siapa yang tak senang ketika orang yang dicintainya telah kembali setelah dinyatakan meninggal?

Selepas acara, lelaki itu mengajak (y/n) untuk sekedar mengobrol di taman. Suasana malam dan lampu taman yang bercahaya, gadis itu menggenggam tangan kekasihnya.

"Aku minta maaf. Karena aku, kau tertidur panjang."

"Tak perlu meminta maaf, ini adalah takdirku." balasnya dan menggenggam tangan (y/n). Gadis itu berbaring di paha Haechan, dari bawah ia bisa melihat wajah lelaki itu yang sedang menatapnya.

"Kau tahu? Selama koma aku selalu mengikutimu kemanapun. Aku melihatmu menangis, memandangi tubuhku yang terbaring lemah, dan melamun. Apa kau sesedih itu selama aku tak ada di sampingmu?"

"Sudahlah jangan menangis lagi, mataharimu berada di sini. Terima kasih telah menungguku selama enam bulan, aku tahu kau mencintaiku."

"Aku berjanji, tak akan mengecewakanmu, (y/n)."




Entah dari mana gue punya ide kek gini😂 asli gue nangis waktu ngetik Haechan dinyatakan meninggal. Gue nggak kuaaaaattttt

Tim menangis, silahkan komen di sini :')

Sekian, terima kasiiiih~



Continue Reading

You'll Also Like

222K 33.3K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
20.4K 495 24
Tidak pernah terbayangkan bagi Ziva menikah di usia muda dengan orang yang tidak ia cintai dan kenal. Di umurnya yang baru menginjak 17 tahun Ziva su...
ALDRICK'S By rindu

General Fiction

958K 43.8K 30
[REVISI] Bagi seorang gadis desa seperti Joanna, menginjakkan kaki di tanah kota adalah salah satu hal yang Ia idamkan. Baginya kota sangatlah indah...
528K 43.2K 37
Ngadepin pacar cuek kayak haechan emang harus kuat batin. Kayak hyeri contohnya. DISCLAIMER❌: THIS IS JUST A FICTION, DON'T TAKE IT SERIOUS DAN JANGA...