Duende

By projectreman

13.6K 2K 395

Sebuah mitologi, untuk kelahiran sosok yang di bingkai keindahan. -project reman More

Duende
Blood
Mistletoe
Fate (1)
Occulta Fati Of LupumBehind story of Wolf in Bedburg
The Moirai : Dull Of The Fates
Pederasty Love
The Hidden Love
αιώνιος ; eternal
Yaobikuni

Fate (2)

1K 207 51
By projectreman

"Takdir mereka bahkan tidak akan terputus sekali pun benang merah di putus. Karna tercipta dari satu cahaya, maka bagaimana pun alurnya, akan kembali pada tempatnya."

.

.

.



























Hades kira, di senja selanjutnya—Persephone akan duduk di tempat yang sama menunggu dirinya datang. Menatap matahari dengan sepasang iris jernihnya. Tersenyum lembut merasakan usapan angin sore di wajahnya. Atau sekedar merangkai beberapa bunga yang dia kumpulkan di sekitar padang Nysa. Seperti biasanya. Iya, seperti senja-senja sebelumnya.

Namun hari ini kembali terjadi. Kenyataan menakutkan yang menghantam Hades tentang—tak dapat menemui Persephone-nya—kembali lagi.

Persephone tidak ada dimana-mana di seluruh padang Nysa. Bahkan ketika matahari sudah hampir tenggelam dengan semburat gelap yang perlahan menggulung, Persephone tidak juga datang.

Mengayunkan kaki kokohnya memutari padang Nysa yang ke sekian kalinya sore ini, demi menemukan sosok Persephone yang mungkin saja tersesat. Hades hanya berharap bahwa ketakutannya tidak lah benar. Persephone pasti menepati janjinya. Kekasihnya itu akan datang seperti apa yang pemuda itu katakan senja kemarin.

Harusnya mereka bertemu sejak tadi. Harusnya mereka sudah berbagi dekapan dengan Hades yang mencuri beberapa kecupan dari bibir merekah kekasihnya mau pun pipi yang menampakkan semburat merah menawan. Tapi tidak ada. Tidak ada dekapan hangat dari Persephone nya. Taehyung tidak datang menemuinya di padang Nysa seperti janjinya kemarin. Taehyung tidak ada di mana-mana.

Mengusak rambut legamnya kebelakang dengan bibir bawah yang di gigit resah. Alis tebalnya menukik tajam. Sekali lagi mengedarkan pandangannya, berharap—sungguh-sungguh dia berharap—Persephone akan berlari padanya di tengah padang Nysa meski pun hanya memberi satu dua kecupan dan pelukan hangat yang sebentar. Namun sayang, itu hanya sebuah harapan.

Sang dewa dunia bawah tengah merindu, dan dia benar-benar tak ingin jika apa yang Taehyung katakan dalam mimpinya semalam akan menjadi sebuah ketakutan dan mimpi buruk terpanjang selama hidupnya. Tidak, Hades tidak ingin itu terjadi.

Apapun yang terjadi. Siapapun lawannya—

"—Persephone akan tetap menjadi milikku. Taehyung, milikku."

'Jungkook, jangan bersedih jika aku tidak datang.. Kau tahu kan, aku mencintaimu. Jangan bersedih sayang. Jika takdir itu milik kita, bagaimana pun caranya, aku pasti kembali padamu.'

**








"Jungkook, kau gila?!"

Ares menghela nafas, menyisir rambut hitamnya kebelakang dengan jemari kokohnya lantas melangkah mendekat pada sang kawan. Menarik sisi lengan berotot milik Hades yang tengah sibuk menyiapkan pedangnya untuk rencana menyerang Olimpus.

Sang dewa tengah kehilangan kewarasannya. Sudah satu minggu sejak terakhir kali dirinya bertatap muka dengan Persephone, mencoba mengirimkan puluhan merpati dengan kertas gulungan di kaki mereka, namun satu pun—tidak ada yang kembali pada Hades mengirimkan pesan balasan dari Persephone.

Hades tidak tahu dimana Persephone nya berada. Demeter terlampau pintar menyembunyikan Taehyung darinya. Bahkan ketika semalam Hades mencoba menerobos masuk kediaman Demeter untuk menculik Taehyung, rumah besar Dewa itu sudah kosong. Hanya tersisa dua patung besar sebagai penjaga di pintu gerbangnya. Seakan benar-benar sengaja menghindarkan Persephone darinya.

Hanya Zeus, hanya Zeus yang mungkin tahu dimana keberadaan Demeter dan Persephone. Bagaimana pun caranya, Jungkook akan mendapatkan Taehyungnya. Jika harus menghancurkan seluruh langit pun, Jungkook akan melakukannya. Demi Persephone, demi menemukan Taehyung miliknya.

"Kau ingin membuat peperangan hanya karna Persephone?" Berujar sengit. Menatap tajam pada Hades yang kini menukikkan alisnya pada Ares. Menyentak lengan kawannya dengan keras hingga pedang yang dia genggam ikut terlempar beberapa meter.

"Hanya kau bilang?"

Jimin menghela nafas keras. "Pikiran mu sedang tidak jernih, dan keputusan yang kau ambil akan menyebabkan Olimpus porak poranda, bajingan!"

"Sudah ku katakan, aku tidak perduli! Bahkan jika aku harus menghancurkan langit untuk mencari Persephone, aku akan melakukannya! Jadi minggir kau bedebah, dan jangan halangi aku!"

Satu pukulan keras menghantam rahang Jungkook ketika sang Dewa menyelesaikan teriakan amarahnya. Membuat tubuh kekarnya sedikit terhuyung dengan kepala yang tersentak ke samping. Bagaimana pun kokohnya pertahanan Jungkook, pukulan Ares tetaplah kuat. Jimin menjadi Dewa Perang pun bukan tanpa alasan.

"Dengarkan aku, sialan! Kau hanya akan memperburuk keadaan! Apa kau pikir Persephone akan senang mendapatimu seperti ini! Pikirkan baik-baik apa yang kau lakukan! Sudah ku katakan untuk berhenti tapi kau tidak pernah mendengarkan! Kau pikir Demeter akan senang mengetahui bahwa putranya di sentuh?! Jika kau berhenti sejak dulu, semuanya tidak akan seburuk ini! Kau tidak akan merasa se-kehilangan ini!!"

Nafas Jimin tersengal. Sorot matanya menyiratkan kemarahan, rasa khawatir, dan iba. Begitu tak tega melihat pundak kokoh kawannya yang biasanya nampak tegap dan angkuh, kini terlihat kuyu dan mudah roboh. Hanya karna Persephone. Hanya karna seorang Dewa yang bahkan baru Hades kenal.

"Bagaimana bisa." Suara Jungkook terdengar begitu lirih namun masih tersisa ketegasan. Mendongak, menatap Ares dengan alis menukik turun dan sorot mata hitam yang jelas tak terbaca. Jimin tahu Hades tengah tidak baik, sangat tidak baik.

Rumor tentang putra Demeter pun, kini bisa benar-benar Jimin buktikan. Sebab Demeter mengurung Persephone dan melarang siapapun menemuinya. Sebab Demeter begitu menjaga putranya. Sebab Demeter bersikap begitu posesif. Jimin mengerti saat ini. Setiap yang jatuh hati pada putra Demeter, akan dengan rela melakukan apapun asal berhasil mendapatkannya. Sedikit bersyukur bahwa dirinya hanya milik sang Aphrodite.

Tapi kalimat Jungkook setelahnya pun, dengan cepat mematahkan segala presepsi singkat Jimin. Memunculkan sebuah kebingungan yang tak pernah terpikir di kepalanya.

"Bagaimana bisa aku menghentikan perasaanku setelah tahu bahwa dia lah Istriku yang hilang. Tanda kuda hitam di bawah leher kirinya, hanya muncul ketika berada di dekatku. Dia Istriku, Ares. Dia Persephone-ku yang hilang. Apa harus aku melepasnya lagi kali ini? Tapi aku tidak lagi ingin. Aku tidak ingin mengalah pada siapa pun lagi kali ini. Dia milikku. Taehyung milikku."

**








Kakinya di rengkuh sepasang lengan kurus, menempelkan kening pada lutut, memejamkan mata dengan denyut nyeri di dadanya.

Satu minggu yang lalu, Ayahnya marah besar. Memergoki dirinya yang selama ini keluar kediaman mereka tanpa ijin bahkan selalu kembali ketika langit sudah menggelap. Persephone bukan lah seorang pembohong, maka ketika sang Ayah bertanya—pemuda menawan itu menjawab semuanya dengan terlampau jujur.

Mendapatkan sebuah tamparan keras di sisi wajahnya hingga tubuh kurus Persephone terhuyung ke samping. Menemukan mata berkaca Ayahnya, menatapnya penuh kekecewaan. Harusnya Taehyung menyesal melanggar perintah sang Ayah hingga mendapati wajah menawan itu menatapnya penuh luka. Tapi yang ada hanyalah sebuah ketakutan. Ketakutan mengerikan bahwa setelah ini, dirinya tidak lagi bisa mendapatkan aroma memabukkan milik Hades.

Kepalanya mendongak, menatap kosong pada jendela besar yang membingkai langit Olimpus. Ya, Olimpus.

Setelah kejadian amarah Ayahnya yang meledak hingga menyebabkan kacaunya panen para petani, Demeter menyeret putranya ke Olimpus. Mengosongkan kediamannya. Mengurung Persephone pada salah satu bangunan kuil Olimpus milik Zeus. Bukan kenapa, Demeter hanya tidak bisa memberikan cela pada Hades untuk kembali mendekati putranya.

Dan di sini lah sekarang dirinya. Duduk di atas sebuah ranjang besar dengan sprei putih dan pilar-pilar perak di setiap sisinya. Menatap pada kejauhan di balik jendela dengan bingkai gorden putih yang melambai halus.

Olimpus memang indah, bahkan jauh lebih indah dari pada padang Nysa. Namun sayangnya sekarang, Persephone—dewa pemuja keindahan itu, sama sekali tak bahagia mendapati dirinya berada di Olimpus. Padang Nysa, hanya padang Nysa yang kini dia rindukan. Beserta seorang Dewa menawan dengan tubuh tegap serta garis wajah yang tergurat begitu apik. Jungkook, sang Hades.

"Aku ingin keluar dari sini. Aku ingin Hades. Aku ingin Jungkook."

**








"Tidak, aku tidak bisa mengatakannya padamu bahkan jika aku tahu dia ada dimana."

Jungkook menggeram dengan sorot mata menajam, menatap Zeus dengan seluruh amarah yang sudah tak lagi mampu dia tahan. "Jadi kau ingin sebuah peperangan antar Dewa? Aku berikan jika memang kau ingin mendapatkannya, Zeus."

Mengerutkan alisnya tajam, menggeleng pelan dengan mimik tak terbaca menatap sang penguasa dunia bawah. "Tidak, Jungkook. Bukan seperti itu. Demeter bukan lah sosok yang mudah. Dia begitu keras kepala dan benar-benar tidak akan membiarkan anaknya di sentuh siapapun. Aku tidak bisa membuat Demeter merasa tidak baik. Dia memegang kendali hidup manusia di Bumi. Apa yang akan terjadi pada Bumi jika dia dalam keadaan tak baik Jungkook?"

Mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memetuh, gemeletuk giginya terdengar dari katupan bibir ketika rahangnya mengeras marah. "Kau juga tahu kan, apa yang terjadi pada inti bumi jika aku merasa tidak baik, Zeus? Mengeluarkan seluruh isinya, membelah tanah, memporak-porandakan bumi dengan caraku. Bahkan kau amat tahu, diriku sendirian pun mampu menghancurkan Olimpus."

"Jungkook—"

"Katakan di mana Persephone. Jangan membuat ku melakukan apa yang sudah ingin ku lakukan sejak kemarin."

Hanya helaan nafas yang Zeus keluarkan. Menundukkan pandangan, mengerutkan alisnya samar-samar. Haruskah? Haruskah dia mengatakan di mana putra Demeter di sembunyikan?

**








Sepasang kelopak mata dengan bulu lentik miliknya terbuka perlahan ketika langit sudah menggelap. Menambahkan jajaran gugus bintang di langit Olimpus yang bertebar acak. Tubuh kurusnya perlahan terduduk, menoleh pada sisi ruangan, menatap jendela lebar yang membingkai langit malam begitu apik dengan mata yang menyorot kosong.

Sekosong ruang dalam rongga dadanya.

Tidak mengerti apa yang hilang. Persephone bahkan terasa begitu sesak setiap kali mencoba menerka bagaimana keadaan Hades saat ini. Sang Dewa dunia bawah yang berhasil mencuri hatinya. Rindu.

Persephone merasa rindu yang teramat sangat setelah sekian hari tak menghirup aroma adiktif Hadesnya. Seakan-akan rindunya menumpuk begitu banyak hingga tak lagi mampu di hitung. Taehyung tidak mengerti, kenapa. Kenapa rindunya bisa semelarat ini rasanya. Seakan mengais udara dalam ruang yang tertutup rapat tanpa cela. Sesak. Sesak. Sesak. Dan Demeter terlampau tak mau tahu hingga masih begitu bebal mengurung putranya di dalam kamar salah satu bangunan Olimpus.

Mencoba membatasi takdir. Mencoba merubah arah hidup Persephone. Demeter tidak sepenuhnya bersalah, laki-laki dengan wajah rupawan itu hanya tak ingin putranya berada dalam dunia yang begitu mengerikan. Persephone terlahir dengan segala keindahan. Di kelilingi hal manis yang penuh dengan kebahagiaan nyata. Tapi Demeter sama sekali tidak mengerti, bahwa bahagia ada di setiap cela. Bahkan cela terburuk sekali pun.

Melangkah menuruni ranjang, membiakan telapak kaki tanpa alasnya merasakan bulu halus nan hangat karpet beludru yang menutupi seluruh lantai marmer di kamarnya. Meraih masing-masing daun pintu jendela, hendak menutupnya sebelum terdiam ketika tubuhnya tersentak begitu tiba-tiba.

Memekik tertahan, terhuyung kebelakang hingga hampir saja terjerembab jatuh di atas lantai. Sebuah lengan kokoh menarik pinggangnya, pemilik lengan yang baru saja menyerobot masuk dari jendelanya dengan tiba-tiba. Kini tengah merengkuh pinggangnya dengan jarak wajah yang bisa dikatakan begitu dekat. Dekat bahkan hidungnya nampak hampir bersentuhan.

Matanya membulat sempurna, menatap nanar sosok dengan rahang tegas di hadapannya. Tangan Taehyung terangkat perlahan dengan jemari yang gemetar. Mengusap rahang hingga pipi Jungkook. Membiarkan air mata meluruh dari ekor salah satu iris rubahnya.

"J-Jungkook..."

"Iya sayangku, ini aku. Jungkook."

"Kau Jungkook-ku, b-benar-benar Jungkook-ku?"

Tersenyum sendu, mengangguk. Menempelkan dahi keduanya dengan mata Jungkook yang terpejam khidmat. "Iya, sayang. Ini Jungkookmu. Ini aku, Jungkookmu."

Isaknya lolos. Merasakan sebuah kelegaan di rongga dadanya. Menangis, merengkuh Jungkook dengan erat. Membenamkan wajahnya pada ceruk leher sang dewa. Membiarkan Jungkook mengusap halus punggungnya, memberikan afeksi begitu nyata dengan rengkuhan yang tak kalah erat. Jungkook-nya ada di sini. Aromanya masih sama. Kehangatannya masih sama. Dan Jungkook-nya, tetap Jungkooknya.

"Kasihku, ikut lah denganku, hmm?"

Melonggarkan dekapan. Menatap sepasang iris hitam pekat Jungkook dengan sepasang iris basah miliknya. Menemukan kesungguhan, dan dirinya bahkan menemukan itu lebih dari sekedar kata banyak. Jungkook mencintainya, dengan segala kesungguhan laki-laki itu.

Maka kepalanya mengangguk perlahan. Enggan perduli pada kemungkinan apa yang terjadi pada Demeter. Yang kini benar-benar Taehyung inginkan hanyalah, Jungkook-nya.

**








Taehyung tidak pernah mampu membayangkan, bahwa dunia bawah memiliki tempat sebegini indahnya. Pemudah menawan itu kini tengah berdiri pada halaman kastil milik Hades, mengahap sepanjang sungai Acheron yang begitu jernih dengan aroma legit yang lembut dan tak menyengat. Di seberang Acheron Taehyung mampu melihat jelas hamparan taman luas penuh dengan berbagai tanaman yang terawat. Jauh sekali dengan hal yang Ayahnya gambarkan selama ini tentang dunia bawah.

Gelap, penuh dengan kobaran api, mengerikan, dan jauh dari kata indah? Lantas yang kini berada di hadap mata Taehyung ini—apa? Bahkan jauh lebih menakjubkan dari Olimpus.

Berjingkat setelahnya ketika merasakan sepasang lengan penuh otot melingkari pinggangnya dari belakang. Menariknya mendekat dengan lembut namun begitu tegas. Aroma Hades memenuhi rongga pernapasannya. Mengalahkan aroma Acheron yang begitu legit namun lembut.

"Suka dengan tempat tinggal kita, sayang?"

Taehyung mengangkat kedua alisnya, melonggarkan lengan kokoh Jungkook di lingkar pinggangnya sebelum berbalik demi menatap wajah rupawan Jungkook di hadapannya. Dua pasang iris itu bersirobok dalam satu titik yang konstan. Memberikan gelenyar menyenangkan pada keduanya.

Jungkook tersenyum hangat saat mendapati wajah tak percaya Taehyung yang tengah menatapnya. Taehyung selalu mempesona sejak pertama Jungkook menemukannya. Tak berubah hingga detik ini, bahkan baginya, bertambah menawan setiap saatnya.

"Tempat tinggal kita? Kita akan tinggal di sini, berdua?" Pertanyaan sederhana itu di bungkus dengan sedikit nada antusias, di sertai wajah menawan yang matanya berbinar menggemaskan.

Jungkook lagi-lagi tak mampu menahan dirinya, mengecup ranum merekah Taehyung berkali-kali hingga pemiliknya terkekeh lucu lantas mengusap kedua sisi rahang tegas Hades dengan jemari lentiknya.

"Sungguh-sungguh tempat tinggal kita berdua, Jungkook? Hanya berdua? Aku dan kau?"

Hades tersenyum, mengangguk perlahan. Menyatukan dahi mereka, menggesekkan kedua hidung mancung itu secara perlahan. Menikmati eksistensi masing-masing. Mencurahkan rindu sebanyak yang mereka bisa.

"Kenapa? Keberatan, heart?"

"Astaga, yang benar saja Jungkook. Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin aku merasa keberatan hidup denganmu di tempat sebegini indahnya. Aku akan hidup denganmu, sampai kapan pun. Selamanya. Bagaimana?"

Keduanya terkekeh pelan. Hades mengeratkan rengkuhan pada pinggang ramping Persephone. Membiarkan pemuda itu mengalungkan lengan kurusnya pada leher kokoh Jungkook. Memainkan rambut legam Jungkook dengan dahi yang masih saling bertaut.

Jungkook berbisik begitu rendah sebelum kedua bibir mereka saling berpagut dengan gerakan paling memabukkan dan konstan. Mengecap manis ranum masing-masing di antara mereka. Sama-sama terbuai satu sama lain. Enggan melepas bahkan sekedar menarik oksigen demi bertahan hidup. Tangan Hades mengusap pelan punggung sempit Persephone hingga lekuk pinggangnya, merasakan pahatan keindahan tubuh Persephone dari fabriks sutra yang membalut tubuhnya.

"Persephone, aku mencintaimu. Sangat amat, tak terhitung. Tak tertahan. Tak terbendung. Maka, terima seluruh cintaku—hmm?"

"Tentu, sayang. Tentu aku menerima cintamu, Hadesku."

Tanpa tahu, dan enggan perduli—bahwa kini Bumi tengah di landa sebuah badai salju hingga menyebabkan kekacauan iklim dimana-mana.

**








Berjalan begitu terburu memasuki bangunan utama Olimpus dengan dua orang Nymfa yang setia menemaninya, Demeter Nampak pucat dan gemetar. Kakinya mengayun setengah berlari, jemari dinginnya saling memilin dengan gugup. Ketakutan, pikirannya kacau dan dia hampir saja menumpahkan hujan badai di satu belahan bumi yang damai—terlepas dari dirinya yang sudah terlanjur menumpahkan badai salju—Demeter tidak ingin semuanya menjadi lebih buruk dengan pikiran-pikiran negative yang merayapi otaknya.

Demeter, tidak menemukan putranya di mana pun pagi ini. Tidak di dalam kamar nya di salah satu gedung di sekitar Olimpus. Tidak juga di taman-taman yang mungkin saja menjadi tempat singgah Persephone demi membunuh waktu, mengingat putranya adalah pengagum semua hal yang indah.

Namun tidak ada. Persephone tidak ada dimana-mana. Dan Demeter tahu, ini bukan lah hal yang biasa. Ketakutannya mungkin terjadi. Putranya bisa saja dalam bahaya saat ini, dan Demeter tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika hal itu benar terjadi.

Persephone adalah satu-satunya hal berharga yang dia miliki. Persephone putranya, adalah segala yang Demeter punya. Kehilangan putranya, bukan lah sebuah opsi yang pernah terbayang dalam benak Demeter.

Mendorong pintu Olimpus hingga menjeblak terbuka. Membuat para Dewa yang tengah berada dalam pertemuan rutin setiap pagi, menoleh pada Demeter yang wajahnya pucat dan gugup.

Hera berdiri dari duduknya. Istri Zeus itu melangkah mendekat dengan wajah penuh kekhawatiran. "Demeter, ada apa?"

Air muka Demeter nampak tak baik, sungguh tak baik. Alisnya menukik, matanya bekaca-kaca, tubuhnya gemetar, bahkan terasa dingin ketika Hera menyentuh jemarinya berencana memberi ketenangan pada saudaranya.

"Baekhyun-a?"

"P-putraku, P-persephone—"

Zeus berdiri dari duduknya ketika mendengar nama putra Demeter. "Ada apa dengan Persephone, Demeter?"

"Putraku, putraku hilang. Persephone tidak ada dimana-mana."

Maka Zeus terdiam. Para Dewa yang tengah mengadakan pertemuan di Olimpus, ricuh dengan bisik-bisik tentang putra Demeter yang hilang. Hera merengkuh Demeter mencoba menenangkan, mengusap punggungnya. Melirik pada Zeus yang terdiam dengan pandangan kosong menatap lantai marmer Olimpus.

**








Sudah terhitung sembilan hari Persephone menghilang, dan tidak ada satu pun yang tahu dimana putra Demeter itu berada. Sosoknya menghilang begitu saja tanpa ada satu pun diantara para Dewa yang tahu keberadaannya.

Demeter menghela nafas, menangkup wajahnya dengan kedua tangan setelah tubuhnya duduk pada singgasana di kediamannya. Setelah kembali dari Olimpus dan mengatakan pada Zeus serta Hera bahwa putranya telah hilang, Demeter memilih kembali ke kediamannya. Mencari Persephone ke seluruh penjuru semesta. Bahkan dirinya setiap hari turun ke bumi yang keadaannya tidak bisa di katakan baik.

Demeter tahu semua itu sebab dirinya. Kekacauan iklim dan cuaca di bumi, adalah sebab ketidak stabilan emosinya. Demeter enggan membayangkan, bagaimana keadaan bumi andaikan Persephone benar-benar tidak di temukan.

"Harus kemana lagi aku mencari Taehyung?"

Salah seorang Nymfa dengan rambut legam sepunggung beringsut mendekat. Bersimpuh di depan Demeter sambil meraih satu tangan sang Dewa. Mengusapnya perlahan, menatap penuh keyakikan dengan senyum yang mencoba memberikan sedikit harapan pada Demeter.

"Kita akan mencarinya lagi. Jangan putus asa. Aku yakin Persephone akan baik-baik saja."

"Tapi bagaimana jika—bagaimana jika—"

"Demeter..."

Baekhyun terdiam, menatap Nymfa dengan rambut legam itu lamat-lamat. Sarat akan rasa khawatir yang sudah menumpuk dan menyesakkan.

"Semua akan baik-baik saja. Kita berangkat menemui Helios. Dia pasti tahu apa saja yang terjadi di tempat yang di jangkau Matahari."

**








Taehyung menggeliat dalam tidurnya, memejamkan matanya erat-erat beberapa sekon, lantas melenguh cukup panjang ketika merasakan sepasang lengan kekar memeluk pinggangnya dari belakang. Menoleh kebalik punggungnya, menemukan Hades yang tengah menyangga kepalanya sambil menatap lekat pada wajah Persephone yang bersemu merah.

Terkekeh manis, beringsut menghadap Hades lantas membenamkan wajahnya pada dada bidang Hades yang tidak tertutup fabriks apapun. Memeluk sang Dewa dunia bawah dengan erat, menghirup aroma maskulin Jungkook yang selalu berhasil menyesakkan rongga dadanya, tapi Taehyung suka. Bahkan merasa kecanduan dengan aroma Hades.

"Selamat pagi, sayangku." Suara Hades terdengar begitu menggetarkan persendiannya. Dalam dan sedikit serak. Di ikuti sebuah kecupan di pundak telanjang Persephone yang di hiasi beberapa tanpa keunguan yang kentara.

"Selamat pagi juga, Jungkook." Suara Taehyung teredam dada bidang Jungkook, mengundang kekehan gemas Hades hingga tak mampu menahan diri membubuhkan kecupan pada puncak kepala Taehyung berkali-kali.

Hening menyelimuti mereka selama beberapa saat. Membiarkan keduanya menikmati keheningan di antara dekapan hangat tubuh telanjang keduanya. Menempel tanpa pembatas, di lingkupi selimut sutra hangat yang terasa begitu lembut menyentuh kulit keduanya. Hades beringsut mengangkat tubuh kurus Persephone hingga terngkurap di atas tubuhnya. Menyangga kepala dengan kedua lengannya. Menatap lekat pada Taehyung yang sedikit memekik lantas tersenyum lucu setelahnya. Mengecup dada bidang Hades, sebelum menempelkan telinganya tepat di detak jantung sang Dewa

Tangan Taehyung terulur, menyentuh permukaan dada bidang Hades, mengusapnya pelan sebelum sebuah tangan dengan jemari kokoh meraihnya. Membawa jemari lentik Taehyung untuk di kecup satu persatu. Memberikan lebih banyak kecupan pada telapak tangan Taehyung sebelum memposisikan tangan kekasihnya mengusap sisi wajahnya.

Taehyung tersenyum setelah mendongak menatap wajah tampan Hades. Pahatan sempurna dengan segala keindahan yang melingkupi sang Dewa. Persephone jatuh sekali lagi, ketika mata mereka bertemu dalam satu garis yang menghanyutkan.

"Aku mencintaimu, Taehyung. Jangan pergi kemana pun, tetap bersamaku."

Tersenyum manis, mengecup dagu Jungkook lama sebelum memberikan sebuah ciuman pada bilah bibir tipis sang dominan. "Aku juga mencintaimu, dan aku tidak akan pergi kemana pun. Aku tetap akan bersamamu."

Jungkook tersenyum, meletakkan tangan Taehyung di atas dadanya. Beralih memainkan helaian pirang Taehyung yang lembut di indra perabanya. Menyelipkan beberapa di belakang telinga, sesekali mengusap dengan sayang, bahkan membiarkan jemarinya tenggelam di helaian Taehyung menyisirnya kebelakang.

"Ingin mengunjungi padang Nimfa? Kita sudah lama tidak kesana."

Sepasang mata Taehyung berbinar antusias. Tersenyum lebar, beringsut duduk di atas perut Jungkook. Membiarkan selimut sutra meluruh perlahan dari pundaknya. Jungkook tersenyum, beringsut duduk hingga Taehyung jatuh di atas pangkuannya. Membiarkan bagian selatan mereka bergesekan tanpa satu penghalang apapun.

"Padang Nimfa?" Terkekeh. Mengangguk antusias. Mengalungkan lengannya pada lingkar leher Jungkook sebelum menumpukan dagunya di atas pundak lebar sang Hades. "Ayo kita kesana. Aku ingin melihat matahari terbenam, Jungkook."

Mengecup cuping telinga Taehyung, membenamkan wajahnya pada ceruk leher Persephone-nya. Menghirup aroma memabukkan yang begitu lembut serta hangat. Mengusap punggung telanjang kekasih hatinya. Menghadiahi banyak kecupan yang lain pada pundak telanjang Persephone untuk kesekian kalinya.

"Baiklah, kita akan kesana. Kita akan melihat matahari terbenam di padang Nimfa."

**








Sore itu, harusnya mereka melihat matahari terbenam dengan rengkuhan hangat masing-masing. Menikmati keheningan berdua. Menikmati senja yang selalu menjadi media mereka bertemu sebelum memutuskan untuk bersama. Namun di luar dugaan, Demeter menemukan mereka. Dengan wajah berantakan, menatap Persephone penuh permohonan dengan tangan terlurur.

"Persephone, ayo pulang. Tempatmu di atas langit, sayang. Bukan di bawah bumi yang mengerikan."

Mengeratkan cengkraman lengan kurusnya pada fabriks Jungkook di kedua sisi lengan berototnya. Menggeleng perlahan, membiarkan air matanya menggenang di pelupuk. Tak tega menatap Ayahnya nampak begitu hancur. Namun tidak bisa, dia tidak lagi bisa melepaskan Hades yang memang adalah takdirnya.

Hades menceritakan semua padanya. Tentang Persephone yang merupakan Istri Hades yang hilang selama ribuan tahun. Tentang ramalan Mahesa yang terkenal. Tentang takdir mereka yang terhubung. Tentang Hades dan Persephone yang memang seharusnya di ciptakan dan tumbuh dalam satu takdir. Sebelum Demeter memutuskan takdir mereka dengan paksa. Memohon pada Zeus supaya di berikan putra seorang Persephone yang saat itu hendak bereinkarnasi setelah meninggal sebab peperangan dengan Kronos sebelum Zeus menduduki tahta tertinggi di Olimpus.

"Tidak Ayah. Aku ingin bersama Hades. Aku mencintai Hades, Ayah."

"Taehyung!"

"Baekhyun! Jangan berani meninggikan suaramu pada Taehyungku!"

Hening. Ketiganya terdiam dengan mimik wajah tak terbaca. Mata Demeter sarat akan kesedihan, perlahan menurunkan lengannya yang mengulur pada Persephone. Dan tepat bersamaan dengan sayunya tatapan Demeter pada Persephone, seluruh bunga di padang Nimfa layu secara perlahan.

**








Setelah perdebatan sengit antara Hades dan Demeter, keduanya menemui titik terang ketika Zeus memberikan sebuah pilihan. Membagi waktu Persephone untuk keduanya. Membiarkan 6 bulan petama Persephone bersama Hades, lantas 6 bulan setelahnya Persephone harus pulang bersama sang Ayah—Demeter.

Jungkook menangkup wajah Persephone, mengusap kedua pipi Taehyung hati-hati. Menatap sepasang iris coklat yang berbinar begitu cantik. "Berjanjilah akan baik-baik saja dan kembali padaku, hm?"

Taehyung tersenyum, mengangkat lengannya. Menangkup tangan Jungkook di permukaan pipinya. Mengusap punggung tangan sang Dewa dengan begitu lembut dan terasa hangat. Mengangguk, menjinjitkan kakinya lantas membubuhkan satu kecupan pada bibir Hades. "Aku berjanji."

Jungkook tersenyum, melirik pada bagian bawah Persephone. Memilih berjongkok di depan kekasih hatinya, satu tangannya menangkup pinggang belakang Taehyung, satu lagi mengusap permukaan perut Persephone yang masih datar. Tapi Hades tahu, disana ada kehidupan. Putranya. Putra mereka—Hades dengan Persephone.

"Jagoan, berjanjilah untuk menjaga Ibu. Enam bulan lagi kita akan bertemu. Ayah akan ada bersama Ibu untuk menyambut kelahiranmu." Mengecup permukaan perut Persephone beberapa kali, mengundang kekehan geli Taehyung yang tengah mengusap surai hitam lebat milik Hades.

"Kami akan baik-baik saja. Kami janji."

Jungkook mendongak, tersenyum. Mengangguk dengan pasti sebelum berdiri lantas mencium ranum Taehyung. Menyesapnya penuh kehati-hatian. Mengulum dengan menyesapnya sesekali, mencoba merasai manis di permukaan bibir merekah kekasih hatinya.

"Aku mencintaimu, selalu mencintaimu."

**













And This Is, The End Of The Fate......















Omake



"Seharusnya kau sudah tahu Demeter, kau sudah masuk terlalu jauh dalam takdir mereka wahai Dewa. Kau memang seorang Dewa, tapi kau tetap bukan siapa-siapa dalam garis takdir mereka. Kau jatuh hati pada Persephone di kehidupan dia yang sebelumnya, kau tahu tak mampu memiliki Persephone untuk dirimu sendiri, itu sebabnya—kau membunuhnya ketika harusnya kau membunuh prajurit Kronos di peperangan antara Kronos dan Zeus saat itu. Kau memaksa takdir mereka terputus. Tapi sekeras apapun kau mencoba, Hades dan Persephone di ciptakan dengan satu cahaya yang di pecah menjadi dua. Mereka sejatinya satu. Dan sekarang, keduanya ingin kembali bersatu. Begitu tega kau memisahkan mereka lagi? Sekarang apalagi yang akan kau lakukan untuk memisahkan mereka?"

Demeter diam. Menundukkan kepalanya. Mengepalkan kedua tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Mendongak. Menatap Mahesa yang tidak sengaja dia temui di tengah pencarian Persephone yang sudah menghilang selama beberapa hari.

"Aku tahu aku sudah ikut campur terlalu jauh. Tapi apa lagi yang mampu ku lakukan untuk membuatnya berada di dekatku kecuali ini. Aku tahu aku salah. Membunuh Persephone untuk membuatnya kembali bereinkarnasi. Memohon rahim dan menjadi ibu bagi reinkarnasi Persephone yang baru sekali pun aku seorang pria. Tapi hanya itu satu-satunya kesempatan yang aku punya. Itu satu-satunya hal yang bisa aku lakukan untuk membuat dia tetap berada di sampingku, Mahesa."

Mahesa—penyihir wanita itu menghela nafas. Menatap jauh pada langit biru yang membentang luas. Merasakan angin yang menyapu wajah tuanya yang penuh dengan gurat bukti perjalanan waktu yang panjang. Tak pernah lupa bersyukur bahwa dia dikaruniai usia panjang.

"Harusnya kau menyesali banyak hal. Perbuatanmu, merusak jalannya takdir. Hari itu, Persephone mengandung putra Hades bukan? Persephone, wanita itu harusnya sudah menjadi ibu sekarang. Sebab ke-egoisanmu, dia terlahir kembali menjadi seorang pria dengan rahim. Tapi beruntung Hades masih tetap mencintainya. Sesungguhnya, takdir Persephone berada di tangan Hades. Hidup bersama Hades, atau mati di tangan Hades. Begitu takdir mereka bekerja. Maka kau juga patut bersyukur Demeter, Hades mencintai Persephone lebih dari dirinya sendiri, terlepas bagaimana pun keadaannya. Hades tidak akan sampai hati membunuh istrinya yang hilang, istri Hades yang kau bunuh ribuan tahun lalu demi egomu yang mengerikan."

Ya, benar. Harusnya Demeter menyesali perbuatannya. Memisahkan takdir Hades dan Persephone karna obsesinya memiliki Persephone. Melakukan apapun demi menjaga Persephone tetap dalam rengkuhannya. Namun sekeras apapun dia mencoba dan sekali pun dia seorang laki-laki yang melahirkan Persephone—dia tak mampu menahan Persephone untuk dirinya sendiri.

Pemuda yang kini namanya Taehyung itu—tetaplah milik Jungkook, sang Hades.

"Tapi setidaknya, aku bisa memiliki sebagian kecil dari ruang dalam rongga perasaannya. Itu—sudah cukup bagiku, Mahesa."
















End
Fate__KookV
30/12/18







Author's Note :

Eung... ohaeee semuaa. Semoga suka yaa cerita amburadul yang di buat dengan sepenuh hati untuk ulang tahun uwu ku tercintah.

Mau kasih tebakan tapi nggak berhadiah ini... (ahahaha) Coba terkaaa aku siapaa... kalo bener, nanti aku datengin di mimpi, abis itu ku kasih peluk cium. (ahahaha lagi)

Buat spesial person yang sedang ulang tahun, Happy birthday Taehyung sayang. Semoga segala pencapaian mu di 2018, menjadi hal yang memuaskan. Dan semoga goals mu untuk 2019 juga tercapai... (aminin dooong, manusiaa...)

Sudah yaa gak usah banyak bacod. Itu aja yang mau aku semburin pagi hari yang nggak cerah, tapi gelap ini. Ehe ehe. So, see you on another Reman's Project honey bee. Bye bye. (Muuaaachh!!!)


Continue Reading

You'll Also Like

291K 24.6K 36
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
207K 31.6K 57
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1M 60.9K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
179K 8.8K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...