Mazna X Adara: Pandemic Start...

By Alouetteshea

23 2 0

Dua tahun setelah benda misterius yang jatuh dari langit yang memberi mereka kekuatan super. Memasuki awal se... More

Ultra Sensitif
Serap dan Hollow
Dua

Rally

2 0 0
By Alouetteshea

"Jadi, Melati meminta kita untuk menunggu disini?" tanya Wanda yang baru sampai di tanah berumput yang asri dibelakang kampus diikuti Aswari.


"Iya, dia bilang begitu saat di chat." jawab Hana yang sepertinya sudah lama berada disitu. Duduk bersandar dibawah pohon dikelilingi buku tentang kedokteran yang tebal. Satu buku terbuka dan dibalik berada diatas kepalanya.


"Sudah datang." kata Aswari. Ia bisa merasakan getaran sekecil apapun di kakinya.


Melati datang bersama dengan tiga orang lainnya. Aswari mencium aroma yang tak asing baginya, aroma Aeza dan Hime. Hana dibuat terkejut dan deg-degan melihat Surya berjalan paling belakang, dengan ciri khasnya yang selalu terlihat mengantuk dan rambut panjang tak rapi khas lelaki.


"Hai, ini mereka yang kumaksud kemarin." Melati membuka pembicaraan.


"Ternyata kalian berdua juga memiliki kekuatan ajaib itu ya?" tanya Aswari kepada Aeza dan Hime.


"Ya. Maaf nggak ngasih tau lo sebelumnya." jawab Hime.


"Sebenarnya masih ada beberapa lagi, tapi mereka tak kuliah disini dan sebagian berada diluar kota." sambung Aeza.


"Perlihatkan kekuatan kalian dong." kata Melati.


Aeza maju dan yang pertama kali menunjukannya. Wanda menyentuh sebelah mata Aswari agar bisa melihat.


Ia mulai konsentrasi di pinggir danau tak jauh dari tempat mereka berdiri. Menggerakkan tangannya secara halus dan perlahan permukaan air di danau tersebut bergerak-gerak mengikuti gerakan tangannya. Aeza mengangkat tangannya dan sekumpulan air bergerak keatas membentuk seperti ular besar yang melayang, kemudian membentuknya menjadi bola, lalu Aeza memecah gumpalan bola air tersebut menjadi partikel-partikel kecil. Terakhir ia mengarahkan kedua tangannya kearah danau dan seketika permukaan danau tersebut berubah menjadi es yang tipis.


Kini giliran Hime yang unjuk kebolehan mengenai kekuatannya. Dimulai dari membalikkan telapak tangannya keatas, perlahan mulai muncul api yang kecil dan lama-lama menjadi besar. Ia memperagakan tangannya seperti pistol dimana posisi jari telunjuk dan jari tengahnya sebagai laras, kemudian muncul api yang besar dan panjang dari kedua jari tersebut. Terakhir, Hime mengeluarkan kekuatan andalannya yaitu menyelimuti seluruh kedua tangannya dengan api berwarna biru. Ekspresi kagum Aswari, Hana dan Wanda terpasang di wajahnya.


"Surya. Heh, bangun. Giliran lo sekarang." Hime menyenggolnya saat Surya tertidur.


"Ah... oh, iya sebentar." kata Surya linglung dan ekspresinya masih mengantuk. Ia berdiri dan melakukan kuda-kuda.


Surya melakukan gerakan beladiri Tiongkok. Gerakannya begitu teratur dan lembut. Tak lama ia mulai mengeluarkan jurus anginnya. Kemudian ia berputar dan merentangkan tangannya dan membentuk pusaran angin atau twister seukuran tubuhnya yang perlahan menghilang.


"Udah bisa beladiri aja. Belajar dimana lo?" tanya Hime.


Yah, sejak kejadian itu gue ingin coba lebih kuat lagi dan pengen coba belajar variasi jurus lagi.

Selain sehat dan gue biar banya gerak, biar keren juga sih, hehe."


"Alah, dari dulu pamer mulu."


"Ngomong-ngomong, apa cuma gue ya lelaki disini yang punya kekuatan? Apa nggak ada temen-temen kita disekitaran kampus ini gitu?"


"Emm... kayaknya ada deh. Tapi gue lupa namanya. Orangnya sering touring sendiri."


"Gue juga pernah liat. Penampilannya kucel gitu kan?."


Esoknya...


Alarm ponsel berbunyi tepat pukul delapan. Ini kali ketiganya ponsel tersebut berbunyi yang pertama kali berbunyi pukul enam pagi. Sebuah tangan putih dan halus keluar dari balik selimut, meraba-raba benda yang menimbulkan kebisingan itu. Ia menekan tombol yang berada diatas setelah menemukannya dan suara yang mengganggu itu tak terdengar lagi. Diraihnya benda itu dan sosok kepala muncul dari balik selimut. Tangan satunya lagi meraba-raba dan mendapatkan benda yang dimaksud, kacamata. Lalu dipasanglah benda tersebut didepan matanya.


Ekspresi dan matanya terkejut ketika layar ponselnya tertera angka 08:00


"Yaaaah! Aku telat lagi!" histerisnya dan langsung menendang selimutnya.


"Ibuu! Kenapa nggak bangunin aku?!" tanyanya agak keras dari kamarnya.


"Ibu sama adek-adek udah berusaha bangunin kamu, tapi kamunya terus tidur kayak orang koma." katanya yang berada di lantai bawah.


"Gawat."


Ia langsung mendorong keras pintu kamarnya seperti didobrak dan langsung turun ke bawah membawa tasnya.


"Kamu ini masih aja panik. Biasa telat juga." kata ibunya yang sedang membaca majalah di sofa membelakanginya.


Ia tak menghiraukan perkataan ibunya dan langsung meminum susu untuknya yang tersedia di meja makan lalu memakai sepatunya.


"Berangkat, bu." pamitnya setelah cium tangan.


Gadis kuliahan itu memacu sepeda keranjangnya secepat yang ia bisa, dengan masih mengenakan kostum hiu yang sebenarnya hanya sebuah piyama sambil menggigit roti bakar selai kacangnya. Membunyikan bel sepedanya terus menerus menembus kemacetan seperti mengantarkan pesanan 50 porsi yang harus diantar dalam waktu singkat dengan jarak yang jauh.


"Akhirnya sampai juga." katanya lelah setelah menggembok roda sepedanya di parkiran kampus. Dengan cepat ia keluar parkiran.


Baru saja keluar parkiran, ada sebuah motor berkecepatan tinggi menuju kearahnya dan langsung mengerem mendadak sehingga roda depannya menahan body motor yang terangkat ke udara. Gadis itu hanya melihatnya dan diam, tidak panik dan histeris seperti pada umumnya.


Ia langsung terpana dan melongo pada pengendara tersebut saat melepas helm retronya.


"Eh! Liat-liat kalo mau nyebrang, cari mati ya?!" bentak lelaki itu.


Namun gadis itu hanya sedikit terkejut karena omelannya dan terus menatapnya.


"Cassie. Kamu?" kata gadis itu dan mengulurkan tangannya seperti ingin salaman. Cassie terus menatapnya tanpa berkedip.


"Hah?" lelaki itu tak mengerti sama sekali maksud dari Cassie lalu menepis salamnya.


Tak lama Cassie mulai mendekatinya dan perlahan menyentuh pipinya.


"Apaan sih ah?!" tepisnya. Tak ada respon dari Cassie selain terus menatapnya.


"Udah ah, dasar aneh!"


Sandi mencabut kunci motornya dan langsung memanjat dinding tinggi dengan lihainya yang langsung menembus ke kantin kampus karena rutin berlatih parkour. Mengingat jarak parkiran dari gerbang agak jauh. Cassie tak hentinya terpana melihat lelaki yang membentaknya dengan kasar.


"Sandi..."




"Maaf, aku terlambat." Cassie baru sampai di kelasnya dengan ngos-ngosan.


"Kenapa telat? Ini udah kesekian kali loh." tanya dosen yang diiringi beberapa tawa kecil para mahasiswa. Cassie menunjukkan telapak tangannya tanda tunggu, lalu dengan cueknya menusuk satu dari dua air gelas kemasan dengan sedotan yang disediakan untuk dosen mengajar dan meminumnya sampai habis dengan cepat.


"Haaaahhh." menghela nafas lega setelah meminum air tersebut.


"Saya kerja jadi pelayan di restoran pak dari sore sampai malam. Abis itu saya juga tadi dua kali salah ruangan. Hehehe."




Sandi melepas penat saat istirahat dengan menuju ke atap kampus melihat pemandangan kota yang menjadi rutinitas hariannya. Mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya yang diletakkan di saku celana dan diemutnya, kemudian membakar ujungnya dengan korek gas. Asap keluar dari mulutnya. Ia jarang melakukannya, hanya sesekali jika sedang ingin saja. Kemudian Sandi terkejut saat asap yang dihembusnya berbalik arah ke belakang. Padahal tak ada angin kencang.


"Merokok itu tidak baik." ucap seorang gadis tak jauh darinya.


"Eh? Oh, lo lagi, si cewek aneh kostum hiu." Sandi awalnya terkejut lalu biasa saja.


"Bukankah sudah tertulis jelas kalau merokok itu akan membunuhmu secara pelan-pelan? Kasihan laki-laki setampan kamu mati karena menghisap racun batangan." Cassie mendekatinya dengan cepat dan merebut rokok yang dipegang Sandi.


"Sok tau lo. Apa mau lo kesini?" tanyanya santai.


"Asapnya juga berbahaya bagi yang menghirupnya."


Sandi kembali terkejut karena asap rokok tersebut mengarah ke telapak tangan Cassie dan membentuk bola asap diatasnya, kemudian menghilang setelah Cassie menggenggamnya.


"Jadi lo punya kekuatan?" Sandi mengambil jarak aman.


"Aku pengendali asap. Tapi aku juga mampu menciptakan kabut dan awan, tubuhku juga bisa seluruhnya terbuat dari asap. Jangan bilang siapa-siapa ya, tampan?" akui Cassie yang tubuhnya langsung diselimuti asap dan menutup mulutnya dengan masker gas.


"Aku kesini karena kamu telah mencuri sesuatu dariku." tatapannya serius setelah melepas maskernya.


"Mencuri apa? Kita aja baru kenal tadi pagi." ngotot Sandi.


"Kamu... "


"... telah mencuri hatiku, tampan!" ekspresinya berubah tersenyum dan langsung memeluk Sandi yang langsung panik.


"Eh, eh, lepas! Nanti gimana kalo ada yang liat?"


"Biarin aja, hehehe."


"Biarin pala lo gundul." Sandi berusaha melepaskannya.



"Wah, ada yang mesum juga di atap kampus." ucap Surya polos tanpa mereka sadari. Sandi langsung mendorong Cassie jauh-jauh.


"Nga... ngapain lo berdua disini?" tanya Sandi pada Hime dan Surya.


"Jadi Sandi yang punya kekuatan? Gue tes ya."


Hime berlari menuju mereka dan merentangkan tangan kedepan dan mengeluarkan bola api sedang dan mengenai lengan Sandi yang berusaha menepisnya. Tetapi lengan Sandi yang terkena api tadi sedikit-sedikit mengikis dan menjatuhkan butiran pasir.


"Jadi si tampan punya kekuatan juga? Menarik." ujar Cassie dalam hati.


"Apa yang kalian lakukan pada Sandi ku?" Cassie langsung menyemburkan awan pekat kehadapan Hime lalu mengeluarkan kabut asap yang tebal disekitar mereka.


"Oh, ternyata pacarnya punya kekuatan juga?" tanya Surya yang menghilangkan kabutnya dengan angin kencang.


"Dia bukan pacar gue. Orang aneh ini ngikutin gue terus."


"Cukup, Sandi. Bisa ikut kita gak? Lo juga deh, cewek berkostum ayam." ajak Hime.


"Buat apaan? Gak mau gue kalo gak penting." tolaknya.


"Halah kayak urusan lo lebih penting aja. Ayo, kita kumpul sama pemilik kekuatan lain."


"Hmmh, jadi ada juga ya. Kayak apa mereka?" tanya Sandi percaya diri.


"Makanya ikut kita dulu."


Mereka turun dari atap kampus dan Hime menghubungi Aeza dan yang lain untuk berkumpul di tempat kemarin.


"Sandi, wallpapernya bagus kan?" tanya Cassie yang berada disamping Sandi sambil berjalan, memperlihatkan layar ponselnya. Sandi terkejut dengan wallpapernya.


"Se... sejak kapan lo ambil gambar itu?" tanya Sandi setelah melihat foto selfie dirinya dengan Cassie.


"Tadi, yang kamu bilang jadi ada juga ya. Abisnya kamu liat yang lain sih."


"Cih, kesempatan. Terserah ajalah." jawab Sandi cuek.


Cassie kegirangan.



"Ngomong-ngomong, itu kostum atau apa yang lo pake sekarang?" tanya Sandi.


"Hmm? Ini piyama."


"Berarti kesini nggak mandi?"


"Begitulah, hehe. Soalnya aku telat dan buru-buru tiap hari." jawabnya percaya diri tanpa ragu.


"Syih, pantes aja ada bau aneh. Badan lo ternyata." jawab Sandi sambil menutup hidungnya dan menjauh.


"Tapi kamu suka, kan?" tanya Cassie tersenyum dan berlari kecil berusaha mendekat.


"Suka apanya? Liat juga tuh sepatu, masa sebelahan gitu beda warna. Cantik kok jorok dan aneh?"


"Ih, ternyata Sandi diem-diem perhatiin aku juga ya. Tadi kamu bilang aku cantik? Senangnya dipuji gebetan." Cassie melompat dan berusaha memeluknya namun Sandi dengan cepat mengurai tubuhnya menjadi pasir sehingga membuat Cassie terjatuh.


"Aduuh. Sandi jahat." Cassie merengek sambil terduduk disaat mereka terus berjalan kearah tanah berumput pinggir danau. Hoodie ayamnya terlepas dari kepalnya dan memperlihatkan rambutnya.


"Cih, dasar manja! Ayo." Sandi dengan cuek mengulurkan tangannya tanpa melihat Cassie. Cassie meraih telapak tangan pangeran dihatinya dan berjalan sambil terus memeluk tangan Sandi yang sedang berekspresi cuek dengan erat.


Dibalik penampilannya yang aneh, jorok, dan menyebalkan menurut Sandi. Cassie sebenarnya merupakan mahasiswi terpintar di kampus yang menduduki urutan pertama dengan IPK 3.95.


Kegiatannya setiap hari adalah kuliah dan bekerja di kafe sebagai pelayan. Setelah pulang kuliah sekitar siang atau menjelang sore, ia pulang ke rumah untuk sekedar makan siang dan mandi, mandi pagi. Kemudian berangkat kerja di kafe dan masuk tiap shift sore hingga tutup jam sebelas malam. Ia menggunakan kekuatan asapnya untuk melindungi diri jika perjalanan pulang malam yang rawan kejahatan. Terkadang ia dapat giliran pagi namun jarang.


Cassie memilih bekerja karena tidak ingin menjadi beban bagi kedua orang tuanya dan ingin membayar uang kuliah sendiri, mengingat Cassie adalah anak sulung dan yang paling dewasa. Setelah sampai ia tak langsung tidur, melainkan mengerjakan tugas kuliah jika ada, maka dari itu Cassie selalu bangun kesiangan. Sebenarnya jika tak ada tugas ia juga selalu bangun kesiangan. Jika libur ia kadang jalan-jalan setelah bangun pagi dan bersepeda mengenakan piyama kostum hewannya dan sepatunya yang berlainan jika tidak kesiangan, atau bermain dengan keempat adiknya yang masih kecil di rumahnya yang sederhana.


"Loh, ada Doni juga disini?" Hime melihat Doni sesaat setelah sampai di tempat pertemuan.


"Yo. Tadi gue abis nganter makanan terus kebetulan lewat sini. Pada kuliah disini?" tanya Doni ramah.


"Begitulah." jawab Surya lalu bersalaman dengannya.




Di tempat lain...


"Halo?" sapa seseorang dari ponsel.


"Tari, sibuk gak? Kesini dong, bosen nih."


"Nggak kok. Ini aku mau ke rumah kamu, Luna."


"Cepat, ya." kata Luna dan menutup panggilannya yang kemudian melempar pelan ponselnya. Luna berbaring dan memejamkan mata diatas karpet bulu yang lembut dengan kedua tangan diatas dadanya seperti orang meninggal di ruang tengah, membiarkan komputer dan laptop game nya menyala.

Continue Reading

You'll Also Like

3.3K 345 56
After ten years in prison, Yancy is suddenly taken from the closest thing to a home he had for a top-secret government experiment. For years now, hig...
7.8K 286 37
Movie name: Avengers age of Ultron Book name: Feelings Date: 2014-2015 "I adore you" -Natasha Romanoff to Wanda Maximoff In which Natasha Romanoff th...
1.7M 114K 68
Mankind is evolving. Some love it, some fear it. Some embrace it, some envy it. For Zoey, the evolution of man has always been in the darkest part of...
42K 5.7K 55
Author(s) - Tang Wei Shuai 糖尾帅 Mm translator - Dora_lucy Total chapter - 176 Chapters + 1 Extra Start date - 18.10.2023 I do...