Pulang (Hanya tentang waktu s...

By Alqishthi

328K 21.3K 2.1K

Bisa apa aku? saat ku tau bagimu, cinta hanya sepotong rasa iba. More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan belas
Dua puluh
Dua puluh dua
Dua puluh Tiga
Dua puluh empat
Info
Dua puluh lima
Dua puluh enam
Dua puluh Tujuh
Dua puluh Delapan
Dua puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga puluh Dua
Tiga puluh tiga
Tiga puluh Empat
Tiga puluh Lima
Tiga puluh Enam
Tiga puluh tujuh
Tiga puluh delapan
Tiga Puluh Sembilan
Intermezo
Empat puluh
Empat puluh satu
Empat puluh dua
epilog
New Story
pre order
PO (Loveless)

Dua puluh satu

5.8K 427 46
By Alqishthi

Ranna dan Nathan terlihat sedang mengobrol juga bercanda di cafe langganan mereka.

"Main yuk.. " Ucap Nathan

"Kemana?" Tanya Ranna

"Euhm.. jalan-jalan aja." Ucap Nathan. Ranna mengangguk.

"Kamu udah ngga jaga?"

"Ngga aku jaga malam kan semalem" ucap Nathan.

Ranna mengangguk, Ia membuka ponselnya dan terlihat mencari sesuatu.

"Eh ada Festival nusantara nih.." ucap Ranna dan menunjukan pada Nathan ponselnya.

"Mau kesana?"

Ranna mengangguk.

"Yuk.." ucap Nathan dan berdiri menggapai tangan Ranna.

"Bayar dulu.. lah"

"Ngga usah kabur aja"

Ranna memukul Nathan
"Sembarangan" dan Nathan hanya tertawa konyol.

***
Ranna dan Nathan menghabiskan waktu mereka di tempat festival itu, saling bercanda,mengobrol atau lomba makan tanpa minum. Nathan meribut minuman dari tangan Ranna, saat Ranna ingin minum.
Mereka berdua persis ikan koi yang mencoba bernapas.

"Aku menang" ucap Nathan dan menunjukan mulutnya ya kosong. Ranna membuang makanan di mulutnya ke dalam kantong plastik. Ia merajuk dengan memukul kepala Nathan dengan botol kosong.

"Ngga mau main lagi ah.." ucap Ranna dan pergi. Nathan mengikuti Ranna.

"Ye.. itu sih kamu aja yang ngga bisa nerima kekalahan"

"Ihh.. mulut kamu itu kan gede.. lagi juga kamu cowok makan kamu banyak"

"Badan kamu juga gede"

Habislah Nathan di pukuli oleh Ranna, namun bukannya marah Nathan hanya terus tertawa.

Mereka tak hanya pergi ke festival, mereka melanjutkan jalan-jalan mereka ke daerah kota tua dan saat ini mereka berdua sedang ikut mengerubungi seorang pengamen jalanan yang menampilkan aksinya.

"Tunggu di sini" bisik Nathan. Belum sempat Ranna menjawab, Nathan sudah maju ke depan. Ia maju ke arah pengamen tersebut dan membisiki mereka sesuatu. Untuk selanjutnya Nathan sudah menggantikan sang pemain keyboard. Ia juga memindahkan salah satu microfon di depannya. Nathan mencoba sebentar keyboard tersebut. Setelah di rasa yakin Ia menganggukkan kepalanya.

"Ini untuk mu" ucap Nathan di microfon nya dan menunjuk ke arah Ranna. Sontak saja semua orang menoleh ke arah Ranna dan bertepuk tangan dengan riuh.

"Apa-apaan sih" ucap Ranna tanpa bersuara namun senyumnya mengembang lebar.
Nathan mulai memainkan keyboardnya satu lagu milik Brian McKnight 'back at one' mengalun dengan indah. Jelas sekali terlihat bahwa Nathan sangat menguasai permainan keyboardnya. Tak hanya itu, Nathan juga memiliki suara yang luar biasa indahnyanya. Terlihat dari bagaimana banyaknya penonton yang semakin mendekat. Lagu itu berakhir dengan tepuk tangan riuh yang luar biasa dari para penonton.

"Terimakasih.. wanita di sana adalah istri ku dan dia sedang marah dengan ku, maukah kalian membantu ku untuk memintanya memaafkan ku  dan Aira jika kamu sudah memaafkan ku kemarilah dan nyanyi bersama ku"

Suasana jadi semakin ramai, dan entah siapa yang mulai. Orang-orang di sana mulai berteriak.

"Maafin..maafin"

Ranna sungguh tak percaya dengan apa yang di lakukan Nathan. Nathan hanya membuat wajahnya semenyedihkan mungkin yang justru terlihat imut. Mau tak mau Ranna pun menghampiri Nathan.

"Are you crazy?" Ucap Ranna masih mencoba menahan tawanya dan Nathan hanya mengangguk.

Sorakan demi sorakan semakin ramai.

"Nyanyi..nyanyi"

"Nat..aku ngga bisa nyanyi"

"Bisa.. kamu sering menyakikan lagu ini kan." Ucap Nathan dan memainkan musik salah satu lagu.

"Go ahead" ucap Nathan.

"Aku akan membunug mu setelah ini" bisik Ranna

"Biasa sa cinta , satu sa pinta ,jang teralu mengekang rasa, karna kalau sa su bilang, sa trakan berpindah karna su sayang.. jangan kau berulah sa trakan mendua , cukup jaga hati biar tambah cinta karna kalau sa su bilang sa trakan berpindah karna su sayang.." Nyanyi Ranna cukup merdu. Nathan mengetahui hal ini karna selama Ia bersama Ranna,Ranna sering menyenandungkan lagu ini.
Dan Nathan pun mengisi pada bagian Rap.

***
Ranna tak henti memukuli Nathan lagi.

"Gila..kamu gila nat"

Nathan tertawa puas. Begitupun Ranna yang bahkan terlihat lupa bahwa hatinya sedang begitu sakit.

"Awas ya.. akan aku balas nanti" ucap Ranna.

"Aku akan menunggu" ucap Nathan.

"Dasar gila"

"Yang penting ganteng"

"Heh..apa ganteng saja cukup hah?" Omel Ranna.

"Belakangan ini, fisik lebih penting tau. Buktinya Sam yang bodoh bisa jadi dokter paling popular"

"Ya! Dia suami ku! Jangan terus mengatainnya"

"Sam bodoh..sam bodoh"

"Nathan ih! Kamu kenapa sih hmm ? Apa salah suami ku pada mu?" Ucap Ranna galak.

"Tidak ada sih. Aku hanya iri dengan suami mu."

"Sudah aku duga" ucap Ranna.

Nathan dan Ranna berjalan berdampingan. Nathan mengangguk dan tersenyum miris.

"Semua pria pasti iri padanya. Dia tampan, Dia pintar, Dia sukses.. dan semua wanita pasti iri dengan ku karna dari ribuan wanita Sam memilih ku"

"Kamu tau apa yang membuat kami menjadi lebih iri pada suami mu?" Tanya Nathan

"Karna dia apa itu kamu bilang cebol.." ucap Ranna yang langsung di tertawai Nathan.

"Chaebol Ranna..chaebol bukan cebol"

"Ishh ya mana aku tau! Ya pokoknya itu"

Nathan menggeleng.
"Bukan itu.."

"Lalu?" Tanya Ranna.

"Karna dari ribuan pria di dunia ini, hanya dia yang bisa mendapatkan mu." Ucap Nathan yang tentu saja membuat Ranna terhenyak. Ia menatap Nathan entah dengan tatapan seperti apa. Begitupun Nathan yang menatap Ranna dalam seakan memberi tahu Ranna. Bahwa yang beruntung di sini bukan Ranna tapi Sam. Sam yang beruntung memiliki istri seperti Ranna.

"Berhenti menatap ku, atau kamu akan jatuh cinta" ucap Nathan

"Ish" ucap Ranna dan mendorong Nathan.

"Makan yuk" ajak Nathan dan merangkul Ranna. Bukan Nathan kalau Ia tak dengan isengnya menarik rambut Ranna dan kemudian berlari.

"Nathan.." pekik Ranna dan mengejar Nathan.

Kini keduanya sedang mengantri sosis bakar.

"Aku capek banget ih. Kamu mau bikin aku mati muda ya" ucap Ranna masih dengan napas terengah-engah.

"Paling tidak itu artinya kamu masih muda sekarang" jawab Nathan yang tepat ada di belakang Ranna. Ranna menyikut Nathan.

"Ah.." keluh Nathan, Ranna pun berbalik.

"Sakit banget ya?" Tanya Ranna

"Tidak aku cuma bohong."ucap Nathan.

"Ishh.."

Nathan menatap ikatan rambut Ranna yang sudah akan jatuh dan Ia memilih melepaskannya.

"Tuh apa lagi deh.. jail amat sih tangannya"

"Lepas ini, aku iketin"

"Gaya, Emang bisa?"

"Heh.. yang ngajari kamu ngejedai siapa emangnya?"

"Oh iya ya.."

Nathan pun mengambil Rambut Ranna, Ia menyisir dengan tangannya. Lalu mengikat satu rambut Ranna tak menyisakan satu rambut pun. Membuat Ranna terlihat jauh lebih muda dan fresh. Nathan membungkuk kepalanya tepat di samping telinga Ranna.

"Ranna"

"Hmm"

"Kamu punya bentuk Rahang dan wajah yang cantik" ucap Nathan dan Ranna refleks menoleh. Wajahnya hanya terpaut beberapa centi dari wajah Nathan. Dengan begitu Ranna pun dapat menyaksikan bahwa Nathan juga memiliki wajah tampan dan mata yang indah menurut Ranna. Nathan tersenyum lembut, senyuman yang selalu dapat melukuhkan wanita manapun.

"Maju" ucap Nathan yang sudah mengangkat kepalanya dan menepuk bahu Ranna. Ranna yang merasa jantungnya berdebam tak beraturan pun maju dengam canggung. Ia menyentuh dadanya sendiri dan menggelengkan kepalanya. Ia hanya merasa gerogi karna Nathan memujinya. Iya, pasti hanya karna itu.

Mereka sudah menghabiskan waktu seharian, bahkan kini jam sudah menunjukan pukul tujuh malam. Namun pembicaraan mereka seakan tak ada habisnya. Kini mereka berdua terduduk dan memandangi langit malam. Mereka sedang berdebat mengenai langit malam di manakah yang lebih indah. Ranna mengecek ponselnya. Ia tau Sam tak akan menghubunginya entah mengapa Ia tetap saja masih berharap akan ada ke ajaiban itu.

"Suami mu tidak menghubungi mu?" Tanya Nathan. Ranna mengangguk.

"Jangan pasang muka sedih gitu dong! Aku menghabiskan waktu seharian untuk menghibur mu dan mood mu kembali buruk hanya karna si ponsel itu"

Ranna tersenyum dan menyenggol ringan Nathan.

"Mau?" Tawar Nathan pada es cream yang di pegangnya. Ranna mengangguk. Nathan mendekat kan es cream itu dan ketika Ranna akan memakannya Nathan mendorongnya agar mengenai hidung Ranna, beruntuhlan Ranna menghindar dengan cepat.

"Aku sudah feeling kamu begitu.." ucap Ranna dan Nathan hanya tertawa.

"Pegang dulu" ucap Nathan dan memberikan es creamnya. Ia melepas jaketnya lalu memakaikannya pada Ranna.

"Tunggi sini dulu ya jangan kemana-mana" ucap Nathan

"Mau kemana?" Tanya Ranna

"Panggilan alam" ucap Nathan dan Ranna hanya tersenyum kecil. Lalu Nathan pun berlari cepat meninggalkan Ranna.

Selepas kepergian Nathan, raut wajah Ranna kembali menjadi sedih. Ia menatap lagi layar ponselnya. Suaminya online, hanya saja memang tak mengiriminya pesan atau apapun. Ia memandangi wallpaper ponselnya sendiri dimana itu adalah foto dirinya dan sam. Wajah datar Sam dan sangat kontras dengan senyum bahagia miliknya, selintas muncul bayang-bayang tawa Sam saat bersama teman-temannya. Kemudian pertanyaan Nathan tentang apakah Sam pernah sebahagia itu saat bersamanya. Kemudian Ia teringat pada ucapan Sam tadi pagi. Sam benar, Ia hanya terus mengaitkan Sam dalam hidupnya. Ranna selalu ingin semua orang tau bahwa Ia adalah istri Sam. Dengan begitu Ia merasa begitu hebat. Ranna mulai membandingkan dia yang selalu ingin terlihat sudah menikah dan Sam sebaliknya. Semua akun media sosialnya memiliki foto profil dirinya dan Sam. Semua foto di Instagram nya pun selalu tentang sam. Sedangkan Sam hampir tidak pernah mempublikasikannya.  Bahkan wallpaper ponsel sam tak seperti dirinya. Hanya Ia yang terlalu banyak memasukan Sam ke dalam dunianya.

Ranna mengganti semua wallpaper,foto profil dan segala hal yang berkaitan tentang Sam bahkan instragamnya pun hanya tersisa 2 foto saja.

"Sorry lama" ucap Nathan. Ranna meletakan ponselnya kembali ke dalam tas

" Untung aku ngga di culik" ucap Ranna

"Ngga ada yang kuat nyulik kamu" ucap Nathan dan berjongkok di hadapan Ranna.
Nathan membuka flatshoes Ranna.

"Mau ngapain?"

"Nengokin surganya anak aku nanti"

"Ish sembarangan" ucap Ranna dan menarik telinga Nathan.

"Ya jodohkan ngga ada yang tau..siapa tau kamu bosen sama Sam terus cerai"

"Ih amit-amit. Anak ini ya kalau ngomong suka ngga di saring"

Lagi-lagi Nathan hanya tertawa. Ia mengambil alkohol dan membersihkannya pada lecet di kaki Ranna.

"Ah.."lenguh Ranna

"Kamu tau dari mana kaki aku lecet?" Tanya Ranna lagi.

"Aku kan peka.." ucap Nathan san mengobati kaki Ranna. Ranna tak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya memainkan rambut berantakan Nathan. Ranna membuka tasnya Ia menemukan gunting, lalu dengan isengnya menggunting rambut Nathan.

"Nat" ucap Ranna dan menunjukan rambut Nathan.

"Aira!..." Ucap Nathan dan cepat-cepat berdiri.

"Wah udah gila ya kamu"

"Abis rambut kamu berantakan banget" ucap Ranna

"Engga di gunting juga dong Aira...ya ampun.."

Ranna hanya menjulurkan lidahnya. Natha membalas Ranna dengan mengacak-acak rambut Ranna. Mereka berdua pun kembali tertawa.

***
Meskipun masing-masing dari mereka belum ingin kembali, namum waktu tetap tak berhenti. Mereka berdua pun memutuskan untuk pulang. Nathan membantu Ranna membaw flatshoes nya sedangkan Ranna memakai sendal jepit yang di berikan Nathan. Mereka berjalan beriiringan menuju mobil Nathan yang terparkir cukup jauh. Ranna masih dengan menggunakan jaket Nathan. Keduanya di kagetkan oleh suara tabrakan antara motor dan mobil yang membuat si pengguna motor terbanting jauh, dalam sekejap pengemudi motor itu sudah di kerubungi oleh banyak orang.

"Ya Tuhan" pekik Ranna yang menyaksikan langsung dengan matanya. Berbeda dengan Nathan yang justru memaku di tempatnya.

"Nathan ayo..beri dia pertolongan" ucap Ranna histeris dan menarik tangan Nathan. Nathan masih bergeming. Ia terlihat shock. Ranna baru ingat tentang trauma Nathan. Ranna menenangkan dirinya sendiri.

"Nat.." panggil Ranna dan menyentuh tangan Nathan dengan lembut

"Aku membunuhnya.. aku membunuhnya" ucap Nathan dan menjadi histeris sendiri.

"Nat, tenanglah.."

"Aku membunuhnya ...aku membunuh Nathael, Aira"

"Nathan tenang"

Nathan menggelengkan kepalanya.
"Aku membunuh Nathael"

"Nat..lihat aku..nathan tolong lihat aku" ucap Ranna. Ranna menangkup pipi Nathan.

"Lihat aku" pinta Ranna. Nathan pun menatap tepat dimanik mata Ranna.

"Dengarkan aku..kamu tidak membunuh siapapun. Itu kecelakaan murni kecelakaan. Dan hari itu kalau saja ada dokter yang datang tepat waktu
Mungkin Nathel akan selamat. Dan di sini,lihatlah dia membutuhkan dokter tepat waktu itu Nathan." Ucap Ranna

"Aku tidak bisa"

"Bisa..kamu bisa. Kamu lulusan tertinggi di angkatan mu bukan? Aku percaya pada mu Nathan..aku percaya kamu bisa. Cepatlah anggap dia Nathael dia membutuhkan mu." Ucap Ranna. Nathan menoleh ke arah pengemudi yang bersimbah darah itu yang sudah di kerubungi banyak orang.

"Tolong dia Nathan" pinta Ranna dan Nathan pun berlari memecah kerumunan.

"Permisi-permisi biarkan dia lewat dia dokter"ucap Ranna

Orang-orang pun memberikan jalan.

"Telfon ambulance aira" pinta Nathan. Dan Nathan dengan cekatan memberikan pertolongan pertama.

"Kamu bawa gunting kan?" Tanya Nathan. Ranna mengangguk dan memberikan guntingnya. Ia mencoba menghentikan pendarahan terlebih dahulu.

Orang-orang menatap cemas dan serempak bernapas lega,ketika mereka mendengar orang itu tersedak dan kembali bernafas.

Nathan terduduk di tempatnya.

"Jangan bergerak tulang rusuk mu patah" ucap Nathan lemas. Tak beberapa lama ambulance pun datang dan mengangkat sang korban.

Ranna membantu menepuk-nepuk punggung belakang Nathan. Nathan sedang mengeluarkan seluruh isi di lambungnya. Ia memberikan minum pada Nathan. Nathan terduduk lemas.
Ranna membantu membersihkan peluh Nathan.

"Kamu benar-benar akan muntah setelah menolong pasien mu?"

"Hanya pasien dengan pendarahan parah. Sudah aku bilang sebelumnya aku bahkan pingsan" ucap Nathan.

Petugas ambulan pun menghampiri mereka.

"Kami butuh keterangan dok"

Nathan mengambil papan jalan petugas itu dan menuliskan sesuatu di sana lalu menyerahkannya lagi.

"Saya akan menyusul dengan mobil saya" ucap Nathan

"Baik dok"

"Minta dokter Sammy untuk melakukan operasi bedahnya. Keadaan pasien sangat kritis dan operasinya akan sangat sulit jadi langsung saja minta dokter sam yang melakukannya" ucap Nathan.

Petugas itu pun mengerti dan pergi dari sana.

"Kamu bisa pulang naik taxi kan ra?"

"Aku mau ikut"

"Tidak, sudah malam kamu pulang"

"Aku mau ikut" ucap Ranna

Nathan menghela napasnya dan mengalah.

***

Hai..hai.. maaf baru sempet up yah..

Yang mau double up boleh comments ;)

Continue Reading

You'll Also Like

15.3K 1.7K 59
Bagi seorang Jeremy, kebebasan adalah surganya. Jeremy bisa melakukan apa pun yang ia mau. Termasuk bertualang dari satu wanita ke wanita lainnya. Be...
3.6M 27.5K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
61.1K 7.6K 26
Jadwal Update setiap SELASA Nila ingin menikah hanya sekali dalam hidupnya. Akan tetapi, takdir malah menyatukan dia dengan pria sakit jiwa yang memi...
1.4K 98 31
Mengenai cinta pertama ku, dimasa kecil ku. Orang bilang, sudahlah lupakan, ini hanya cinta monyet. Jangan sok tahu! Cinta pertama ku bukanlah kepada...