Pulang (Hanya tentang waktu s...

By Alqishthi

328K 21.3K 2.1K

Bisa apa aku? saat ku tau bagimu, cinta hanya sepotong rasa iba. More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan belas
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh Tiga
Dua puluh empat
Info
Dua puluh lima
Dua puluh enam
Dua puluh Tujuh
Dua puluh Delapan
Dua puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga puluh Dua
Tiga puluh tiga
Tiga puluh Empat
Tiga puluh Lima
Tiga puluh Enam
Tiga puluh tujuh
Tiga puluh delapan
Tiga Puluh Sembilan
Intermezo
Empat puluh
Empat puluh satu
Empat puluh dua
epilog
New Story
pre order
PO (Loveless)

Dua puluh

6.1K 465 60
By Alqishthi

Ranna masuk ke dalam kamarnya dengan gontai, Ia merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah begitu saja, Ia bahkan tak melepaskan heelsnya. Ranna memiringkan tubuhnya dan perlahan air matanya kembali menetes  tak ada isakan hanya air mata yang terus jatuh hingga Ranna benar-benar terlelap.
Begitupun Nathan Ia merebahkan tubuhnya di kasur kamarnya bahkan tanpa lebih dulu melepas sepatunya. Matanya menatap langit - langit kamarnya. Ia tak bisa untuk tak menyalahi dirinya sendiri, atas apa yang terjadi. Dimanapun Ia berada Ia selalu hanya menjadi penyebab rasa sakit bagi seseorang.
***
Mata Ranna mengerjap perlahan saat cahaya terang memaksa masuk dari jendela kamarnya. Ia membuka matanya meskipun belum menggerakan tubuhnya sedikit pun, Ia hanya terdiam menatap cahaya itu, hingga Ia mendengar pintu kamar mandi yang terbuka dan kembali tertutup. Ranna sontak duduk dan Ia mendapati Sam di sana. Berdiri hanya dengan handuk menutupi pinggang hingga lutut Sam.

"Sam..." Ucap Ranna dan berlari memeluk Sam. Sam tak membalasnya namun juga tak melepaskannya.

"Kamu pulang kapan? Kamu baik-baik aja kan? Kamu benar-benar marah dengan ku? Aku minta maaf" ucap Ranna

"Sudah lupakan saja. Mandilah kamu bukannya harus kerja?" Ucap Sam datar dan dingin. Ranna melepaskan peluknya Ia menatap wajahnya, lalu menyentuh pipi Sam yang terlihat memar.

"Sam ini kenapa?"

Sam menghalau tangan Ranna.

"Bukan apa-apa" ucap Sam. Ranna hanya dapat menggenggam tangannya sendiri. Banyak sekali yang ingin Ia tanyakan namun Ia tak ingin Sam kembali marah lalu meninggalkannya.

"Kamu udah sarapan? Aku buatin sarapan ya?"

Sam hanya mengangguk dan berjalan melewati Ranna. Ranna menatap Sam pilu. Ia tau Sam masih marah padanya. Ia pun meninggalkan kamarnya dan membuatkan sarapan untuk Sam.

Sam sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Ia juga sudah duduk di kursi makannya dan memakan masakan yang sudah di siapkan Ranna. Ranna libur hari ini.

"Kamu mau ke rumah sakit? Engga istirahat aja?" Tanya Ranna takut-takut.

"Aku ada pasien hari ini"

Ranna sudah akan membuka mulutnya. Ia sungguh tau bahwa pasien akan selalu ada. Tapi apa tidak bisa Sam menghargai tubuhnya sendiri.

"Aku tidak ingin mendengar komentar apapun dari mu. Ini pekerjaan ku" lanjut Sam.

Ranna pun tak jadi mengatakan apapun. Ia hanya berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa Sam pasti tau apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Ranna melanjutkan makannya mencoba menelan semampu yang Ia bisa.

"Bagaimana acara mu kemarin?" Tanya Sam. Ranna menoleh menatap Sam.

"Lancar"

"Syukurlah"

"Seharusnya kamu bisa menghubungi ku kalau kamu tidak bisa datang"

"Dan kamu tidak perlu hadir disana? " Tanya Sam dingin. Ranna sungguh tak tau apa yang terjadi pada Samnya. Segala apapun yang Ia katakan terkesan meniadi salah.

"Ehmm.. dan aku tidak harus hadir di sana"

"Apa kamu menikah hanya untuk memamerkan siapa suami mu? Apa itu yang kalian lakuin? Memamerkan apa yang sudah kalian dapatkan dan miliki? Apa sih Ranna bagusnya itu? Apa menurut mu aku benda yang bisa kamu pamerkan dimanapun, sesuka hati mu?"

Ranna tak mengatakan apapun, Ia hanya terus menatap Sam. Bagaimana bisa Sam mengatakan itu, ketika dirinya berusaha sekeras mungkin untuk tak marah pada Sam.

"Kenapa diam? Kamu tidak bisa menjawabkan , nilai positif dari hal yang bisa kamu dan geng kamu lakukan itu?"

"Kalau kamu begitu benci melakukannya paling tidak jangan berjanji pada ku untuk datang"

"Memangnya kalau aku tidak bilang akan datang kamu akan berhenti meminta ku. Iya berhenti kemudian marah pada ku." Jawab Sam

"Aku tidak begitu"

"Kamu selalu begitu"

"Jadi, apa yang harus aku lakukan?"

"Berhentilah hidup di atas nama suami mu. Populer bukan segalanya Ranna. Kamu harus bisa lebih dewasa"

Ranna mengangguk.
"Baik.. kalau itu bisa membuat mu merasa lebih baik."

"Itu bukan untuk ku Ranna. Yang aku katakan itu demi kebaikan mu"

Ranna mengangguk lagi.
"Kamu benar, kalau gitu terimakasih"

Sam berdiri dari kursinya.
"Kamu bukan lagi anak-anak. Bersikap lah sesuai pada umur mu. Berhentilah untuk terus mengatur ku, tidak semua hal di dunia bisa selalu kamu dapatkan. Kalau kamu mencintai ku kamu akan memberi ku ruang. Kecuali kamu memang hanya terobsesi pada ku" ucap Sam dan meninggalkan Ranna.

Ranna tak mengejar Sam, Ia juga bergeming di tempatnya. Bahkan meskipun hatinya terasa begitu sakit Ranna tak menangis. Bagaimana bisa Sam mengatakan bahwa Ia tak bisa selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan. Bagian itu Ranna sungguh tau, karna Ia tak hanya tak bisa mendapatkan semua tapi Ia memang tak pernah mendapatkan apapun yang Ia inginkan.
***
Ranna tetap ke rumah sakit, tentu bukan untuk bekerja apalagi bertemu Sam. Ia hanya ingin melihat ke adaan keluarganya. Nathan mendekat padanya.

"Keadaannya sudah membaik."

Ranna mengangguk. Ia tersenyum pada Nathan.

"Makasih ya"

"Lakukan sesuatu untuk ku" ucap Nathan

"Apa?"

"Lakukan pemeriksaan kesehatan lengkap. Aku masih tidak bisa untuk tidak khawatir dengan penurunan berat mu yang begitu cepat. Setelau aku tau hasilnya aku akan membuat menu diet dan aktifitas sesuai pada kondisi mu"

Ranna mengangguk lagi.
"Baiklah.. Aku harus bertahan dengan kedua kaki ku sendiri bukan?" Ucap Ranna dan tersenyum dengan seribu arti lalu berjalan meninggalkan Nathan. Nathan mengikuti langkah Ranna.

"Tumben.." ucap Nathan, Ranna tersenyum lagi.

"Tumben tidak berdebat dengan mu ya?"

Nathan mengangguk. Ranna memijit belakang lehernya dan melakukan gerak peregangan.

"Ah... Aku benar-benar merasa sangat lelah. "

"Are you oke?"

Ranna mengangguk.
"Oke, i'm ok. Oh ya aku sudah memutuskan untuk bekerja di tempat lain. "

"Kenapa?"

"Hanya ingin menguji kemampuan ku.."ucap Ranna

Nathan terlihat menimbang-nimbang.

"Kalau begitu aku setuju"

"Dan kapan kamu akan mulai bekerja di temoat baru mu. Senin aku akan melakukan wawancara. Senior ku memberi ku lowongan pekerjaan dan aku pikir aku patut mencobanya"

"Dimana?"

"Di sebuah majalah.."

"Majalah itu pasti akan menjadi majalah yang menyeramkan"

"Ya!"

"Isinya pasti hanya akan kritikan dan kritikan.. oh tidak tapi omelan"

"Ya! Nathan!"

Nathan berdecak ngeri. Ranna memukul ringan bahu Nathan yang masih terus mengejeknya.

"Tidak lucu! Aku tidak begitu!"

"Tidak bagaimana? Suami kamu aja kabur dari mu, karna takut dari mu" ledek Nathan

"Nathan ih kalau ngomong, jahat"

Nathan terkikik geli melihat Ranna yang mencebik dan hampir menangis. Ia merangkul Ranna.

"Aku bercanda.. kalaupun suami mu benar-benar meninggalkan mu dia pasti akan sangat menyesal karna melepas orang yang sangat peduli dengannya"

Ranna mendesis.
"Baginya itu bukan peduli, aku hanya ingin mengatur-atur dirinya"

"Begitukah? Sepertinya dokter Sam tidak sepintar yang terlihat"

Ranna mendesis lagi, namun kali ini Ia mencoba mengulum senyumnya.

"Sudahlah.. jangan pikirkan si bodoh itu. Ayo kita cari sesuatu untuk di makan.. aku lapar sekali" ucap Nathan dan berjalan lebih dulu.

"Suami ku tidak bodoh Nathan"

"Aku juga tidak bilang suami mu.. aku hanya mengatakan si bodoh itu. Kamu saja yang mengintepretasikannya begitu" ucap Nathan dan menjulurkan lidahnya.

"Kamu ih!" Ucap Ranna dan memukul Nathan lagi namun tak mengenai Nathan.

"Ngga kena.. ayo kejar aku sini.. " ucap Nathan

"Tidak mau! Memangnya aku anak kecil!"

"Oh ya ampun..belakangan ini kamu terlalu terlihat modis aku jadi lupa kalau kamu itu sudah Tante-tante.. atau Nenek-nenek."

"Ya..Nathan!"

"Iya tante.. ada apa?"

"Jangan panggil aku begitu!" Rajuk Ranna.

"Tante..tante tante Aira.. "

"Berhenti ngga?"

"Tante Aira..tante Aira.. " ucap Nathan dan berjalan mundur.

"Nathan!"

"Tante Aira..Tante Aira..." Ucap Nathan semakin mengeraskan suaranya

"Heh.. ini rumah sakit.. tutup mulut mu jangan teriak-teriak" ucap Ranna.

"Tante Aira..TAN...TE A..I..Ra"

Ranna pun mengejar Nathan. Nathan yang merasa berhasil mengerjai Ranna pun berlari dengan terus tertawa dan memanggil Ranna dengan sebutan tante Aira.

Mereka tentu saja menjadi tontonan.. sebagian dari penonton menganggap mereka begitu lucu. Namun sebagian penonton lainnya yang tak lain adalah Sam, Revi dan Cheryl mereka merasa bahwa itu justru terlihat mengganggu rumah sakit.

"Apa mereka anak kecil? Mereka pikir ini taman bermainnya?" Ucap Sam

"Apa yang salah mereka terlihat lucu. Kalau lu selalu memandang negatif pada istri lu. Mungkin yang salah bukan istri lu. Tapi lu yang ngga bisa menemukan hal positif dari dia" ucap Revi dingin.

Sam menoleh menatap Revi. Revi menatap sam balik.

"Lu kenapa sih ? Punya masalah sama gua?"

"Gua? Engga. Kenapa lu kesindir? Kalau Iya yang salah mungkin memang ada di diri lu"

"Apa-apaan sih lu?"

"Kenapa mau ngajak gua berantem? Di sini? Sekarang?"

"Sam..Revi.. ada apa sih dengan kalian?" Ucap Cheryl yang kini sudah berada di tengah memisahkan Revi juga Sam.

"Lu ngga tau apa-apa,jadi lebih baik lu diem"

"Ya..ya..Tuan serba tau. Cuma lu kan yang tau apapun itu."

"Lu benar-benar punya masalah sama gua vi? Emang gua ngapain? Ah.. jangan bilang lu juga suka sama istri gua?"

"Pria waras manapun pasti akan suka sama istri lu." Ucap Revi

Sam menarik kerah jas Revi.

"Sam.." ucap Cheryl dan melepaskan tangan Sam.

"Kamu apa-apaan sih Revi. Sam itu teman kita.. kamu yang paling tau apa-apa saja yang di lakuin Ranna ke Sam..kenapa kamu tega ngomong gitu."

"Justru karna aku paling tau. Lu Tau Sam..dalam 30 tahun gua kenal lu. Ini pertama kalinya gia begitu malu di anggap sebagai teman dari pria pengecut kaya lu. Kalau lu liat bagaiman Ranna di acara amal dan di acaranya kemarin lu ngga akan bisa nilai Ranna seburuk ini. Gua pikir keputusan lu benar. Pergilah sejauh yang lu bisa dari Ranna. Biarin pria-pria lain berlomba buat ngejaga istri lu" ucap Revi dan menabrak bahu Sam dengan sengaja lalu pergi.

"Revi.." panggil cheryl. Namun Revi tak menanggapinnya. Ia saja merasa sedih melihat Ranna saat acara amal kemarin. Ranna sama sekali tak makan dan minum. Ranna terus bekerja sebaik mungkin, tampil baik demi nama suaminya. Dan acara yang di datangi berikutnya Ia juga ada di sana, Ia mendengar bagaimana Semua orang menggunjingi Ranna dan Ranna yang arrogant menurut Sam tak mengatakan apapun selain hanya menelan pahit-pahit ucapan orang di sana.

Sam mengeraskan wajahnya menahan kesal. Cheryl menggapai tangan Sam lembut.

"Tenang ya.. Revi pasti tidak bermaksud begitu." ucap Cheryl dan Sam hanya melepaskan tangan Cheryl.

"Aku harus ke ruang operasi" ucap Sam dingin dan meninggalkan Cheryl.

***
Cheryl masuk ke dalam ruangan Revi.
"Kamu apa-apaan sih vi?"

Revi yang di ruangannya masih ada perawat hanya menatap datar pada Cheryl. Lalu Ia meminta perawat itu keluar. Revi duduk di atas mejanya.

"Kamu keterlaluan. Sam itu teman kita"

"Teman ku dan pria mu" ralat Revi

"Vi! Aku bener-bener ngga ngerti ya kamu kenapa? Apa memangnya salah sam?"

"Buka mata kamu Cheryl. Jadi kamu tau dimana kesalah Sam dan kesalahan mu"

"Kamu membela Ranna hanya karna dua hari bersama nya? Adik ku bahkan menggilai Ranna hanya dengan beberapa minggu. Ada apa dengan kalian hah? Karna perubahan Ranna?,astaga semua wanita bisa menjadi cantik vi!"

"Iya.. Semua bisa menjadi cantik cheryl. Bahkan bisa menjadi lebih cantik dari mu. Lalu kamu punya apa lagi untuk menyaingi Ranna ketika kalian sama-sama cantik tapi sikap mu jauh lebih buruk darinya"

"Revi! Aku hanya ingin Sam bahagia"

"Dan aku juga begitu Cheryl! Aku ingin kamu bahagia! Aku lelah menjadi tempat mu untuk menangis! Aku lelah! Jadi jika ini pilhan mu.. Jangan pernah libatkan aku lagi. Jangan pernah" ucap Revi dan meninggalkan Cheryl yang hanya terus memanggil Revi.
***
Happy Readinv ;)

Continue Reading

You'll Also Like

1M 150K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
61.1K 7.6K 26
Jadwal Update setiap SELASA Nila ingin menikah hanya sekali dalam hidupnya. Akan tetapi, takdir malah menyatukan dia dengan pria sakit jiwa yang memi...
19.3K 964 55
WARNING ⚠ ⚠ LAPAK BXB ga suka? minggat sj. Gasura Prayadi si anak gaul nan tengil harus berhadapan sama hp nya yang lemot juga keyboard yang ngetik...
2.2K 224 22
Tak pernah Izora sangka, pernikahannya yang sudah di depan mata harus gagal begitu saja. Hanya karena alasan klise dari mempelai laki-laki. Ia yang a...