Pulang (Hanya tentang waktu s...

By Alqishthi

328K 21.3K 2.1K

Bisa apa aku? saat ku tau bagimu, cinta hanya sepotong rasa iba. More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Empat Belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan belas
Dua puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh Tiga
Dua puluh empat
Info
Dua puluh lima
Dua puluh enam
Dua puluh Tujuh
Dua puluh Delapan
Dua puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga puluh Dua
Tiga puluh tiga
Tiga puluh Empat
Tiga puluh Lima
Tiga puluh Enam
Tiga puluh tujuh
Tiga puluh delapan
Tiga Puluh Sembilan
Intermezo
Empat puluh
Empat puluh satu
Empat puluh dua
epilog
New Story
pre order
PO (Loveless)

Tiga Belas

4.6K 355 51
By Alqishthi

Ranna melamun di meja makannya. Bahkan Ia tak menyadari Sam yang pulang. Hingga Sam mendekat dan mengecup pelipisnya.

"Apa yang sedang tuan putri pikirkan hmm?"

Ranna tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Mana ada tuan putri seperti ku? Kamu sudah makan?" tanya Ranna. Sam terlihat berfikir.

"Sudah?" tanya Ranna lagi. Sam mengangguk perlahan. Dalam hati Ranna berfikir, apa benar yang di katakan Nathan, Sam hanya takut padanya. Ranna tersenyum dan mengangguk.

"Syukurlah.. Aku juga belum masak.", ucap Ranna dan memberi cengirannya.

"Ngga papa kok, kalau memang ngga sempet kamu ngga harus masak. "

"Atau kamu takut masakan ku tidak enak", batin Ranna.

" makasih buat pengertiannya Sam..mandi sana",

"Okey.. Aku ke kamar ya", ucap Sam. Ranna gantian mengangguk. Sam meninggalkan Ranna. Namun Ranna memanggilnya.

" sam?"

Sam berhenti dan berbalik.
"Kenapa?" tanya sam. Ranna mendekat dan memeluk Sam.

"Ada apa Ranna? Aku melakukan kesalahan?",

Ranna menggeleng.

" Sam.. Kamu tau aku mencintai mu kan?"

"Yah.. Tentu. Ada apa?" tanya Sam.

Ranna menggelengkan kepalanya.
"Tidak, sudah sana masuklah." ucap Ranna dan meninggalkan Sam. Sam menatap Ranna sesaat sebelum Ia kembali masuk ke dalam kamarnya.

Ranna sudah berada di dapur, Ia membuang semua masakannya. Ia tak ingin Sam tau bahwa Ia sudah memasak lalu merasa terpaksa untuk makan. Setelah itu Ranna kembali ke kamarnya. Ia menghela napasnya saat Sam sudah berkutat di depan meja kerjanya.

"Sam.. Apa saat di rumah kamu tidak bisa membiarkan pekerjaan mu?"

"Ranna..sepertinya kita harus meluruskan tentang ini. Berapa kali harus ku jelaskan yang aku tangani adalah manusia." ucap Sam

"Kalau gitu akan lebih baik kalau kamu tidak perlu jadi dokter" ucap Ranna

"Ranna..."

"Apa? Kamu pintar bukan?kamu bisa jadi apapun" ucap Ranna

"Kamu ngga ngerti juga ya.. Kalau dokter itu mimpi aku"

"Oh ya?,bukannya dendam kamu?"

"Ranna!"

"Sampai kapan kamu akan hidup untuk kak Indira!"

"Ranna cukup! Itu kakak ku!"

"Bukan berarti kamu harus hidup dalam bayang-bayangnya!" bentak Ranna balik.

"Ranna!"

"Apa?!"

Sam ingin membalas Ranna lagi, namun Ia tau itu tidak akan pernah berakhir, Ranna tidak akan pernah mengerti dirinya.
Malam itu kembali di isi dengan keheningan dari masing-masing mereka.
***
Hujan lagi-lagi membasahi sang ibu kota. Sam berdiri bersandar pada jendela ruangannya . Memang terlalu melankolis bagi seorang pria menyukai hujan. Tapi baginya hujan memiliki arti sendiri.

"Hmm.. Pangeran hujan sedang bergalau ria lagi?" ledek cheryl yang masuk ke ruangan Sam.
Sam tersenyum mendapati cheryl di sana.

"Apa aku mengganggu? "

"Tidak, kemarilah." ucap Sam. Cheryl mendekat pada Sam. Ia ikut bersandar pada jendela.

Keduanya tersenyum tiba-tiba.

"Jangan bilang kamu ingat waktu kita ospek dulu" ucap Sam. Cheryl mengangguk.

"Ya ampun sudah lama sekali ya sejak kejadian itu."ucap Cheryl

" 12 Tahun lalu.."

"Ya ampun..aku sudah tua"

Sam mengangguk.
"Kapan kamu akan menikah?" ledek Sam.

"Entahlah, seseorang sudah mencuri hati ku dan tidak mengembalikannya."

"Siapa dia?"

"Kamu" ucap Cheryl. Sam tersenyum hingga matanya menghilang.

"Bercandaan mu yang seperti itu  lah yang selalu membuat ku salah paham pada mu" ucap Sam. Cheryl hanya tersenyum lagi. Senyum di wajah Sam perlahan memudar. Cheryl mendekat dan menusuk pipi Sam dengan jarinya.

"Kenapa lagi ini?"

"Aku bertengkar lagi dengan Ranna semalam." ucap Sam

"Apa lagi?,Dia memaksa mu makan? Atau memaksa mu tidur? Sam aku pikir permasalahan mu itu.."

"Dia mengatakan bahwa aku hanya hidup di bawah bayang-bayang kak indira. Dia bilang menjadi dokter bukan mimpi ku tapi dendam ku. Apa benar begitu? Dan jika benar apa aku salah melakukan itu cheryl? Salah jika aku sayang pada kakak ku?Apa dia cemburu juga pada kakaku?"

Cheryl menghela napasnya. Ia mengusap bahu Sam lembut.

"Apa aku salah Cheryl? Bahkan sekalipun itu dendam, aku tidak menyakiti siapapun. Aku berusaha menjadi yang terbaik. Ranna tidak pernah tau bagaimana sulitnya aku melewati ini. Ini benar-benar berat untuk aku. Aku sungguh menyerahkan semua hidup ku untuk ini" ucap Sam.

Cheryl merangkul lengan Sam. Ia bersandar di sana dan terus mengusapnya.

"Kamu tidak salah sam.. Entah itu mimpi atau dendam yang terpenting adalah kamu tidak menyakiti siapapun" ucap Cheryl.

"Jangan sedih, aku benar-benar tidak sanggup melihat wajah mu seperti ini. Aku ingat baik bagaiman kamu berusaha untuk sampai di titik ini. Dan menurut ku yang hampir tau semua tentang diri mu, kamu ngga salah sam. Ranna lah yang tidak bisa mengerti kamu" ucap Cheryl.

Sam menatap cheryl, Cheryl ikut menengadahkan kepalanya.

"Senyum dong.. Apa harus aku belikan coklat?"

Sam tersenyum kecil.

"Apa menurut mu aku anak kecil?"

Cheryl mengangguk.
"Sometime" jawab Cheryl.

Keduanya menghela napas dalam,kemudian saling tersenyum.

"Mengapa menghela napas mu?" tanya Sam.
"Kamu juga menghela"
"Itu tentu karna masalah Ranna"
"Hmm..kalau gitu itu karna kamu sedang dalam masalah" ucap Cheryl. Sam mengusap kepala cheryl lembut.

"Ish rambutku berantakan" ucap Cheryl

"Tetap cantik kok"

"Tidak cukup cantik untuk bisa menjadi istri mu." ucap Cheryl.

Sam tertawa kecil.
"Kamu tau ngga rahasia kenapa aku menikahi Ranna"

Cheryl menggeleng.
"Aku tidak tau.. Aku benar-benar hampir kena serangan jantung saat kamu bilang kamu ingin menikahinya dan kamu tidak pernah menceritakan alasannya"

Sam mengangguk.
"Tidak ada yang tau"
"Ceritakan dong" pinta cheryl
"Alasannya karna kamu.."
"Aku?" tanya Cheryl. Sam  mengangguk mantap.
***
Ranna mengibaskan bajunya dan rambutnya yang sedikit basah karna hujan. Nathan yang kebetulan ada di sana pun mendekat.

"Kenapa hujan-hujanan?"

"Hai!" sapa Ranna dan mengangkat telapak tangannya.  Nathan memberikan sapu tangannya.

"Untuk apa?"

"Keringkan rambutmu" ucap Nathan.
Ranna tersenyum dan menggeleng.
"Ngga usah cuma basah sedikit nanti juga kering. Oh ya aku bawa ini.." ucap Ranna dan menunjukan kotak makan siangnya.
Nathan mengangguk.
"Tunggu aku di lantai 5 ya. 15 menit lagi aku ganti shift. Aku harus memberi laporan terakhir" ucap Nathan.
"Lantai 5? Aku tunggu dimananya? Nanti kalau ada Sam?",

"Engga..udah naik saja. Tunggu dekat lift jangan jauh-jauh" ucap Nathan. Ranna mengangguk mengerti. Ia naik ke lantai 5, kurang lebih 20 menit Ia menunggu Nathan dan Nathan pun datang. Ia mengajak Ranna masuk ke salah satu ruangan kosong di sana. Terdapat kasur,2 bangku dan satu meja.

"Ruangan apa ini?"

"Tempat persembunyian ku. Kalau aku malas pulang aku akan disini" ledek Nathan.

"Bagaimana bisa tidak ke tahuan?"

"Karna lantai ini angker" bisik Nathan mengada-ada. Ranna memukul Nathan.

"Jangan bercanda!"

Nathan tertawa kecil.
"Tidak-tidak ini ruangan untuk para koas istirahat. Hanya saja mereka tau jam segini aku akan meminjamnya untuk tidur jadi tidak akan ada yang masuk."

"Wah..padahal kamu juga anak baru"

"Tapi aku special, yah paling engga aku ngga akan tega nyuruh kamu nunggu di tempat angker sendirian" saut Nathan.

"Ish.." Ranna mendesis. Dan Ia pun membuka kotak makannya.

***
Cheryl menatap Sam lekat-lekat.
"Jangan bercanda" ucap cheryl
"Aku serius"
"Bagaimana mungkin?" tanya Cheryl.

Sam tersenyum,Ia mengusap pelipisnya. Hal yang Ia lakukan saat Ia gugup.
"Kamu tau kan kalau kita selalu di gossipkan pacaran dan kamu selalu mengeluh tentang itu."

"Iya, karna gossip itu bikin aku tidak punya pacar mereka takut dengan mu sedangkan kita hanya sahabat",

Sam mengangguk.
" Aku sungguh gelisah setiap kali kamu mengeluh.."

"Itu karna.."

"Biarkan aku menyelesaikan cerita ku."

"Baiklah, go ahead" ucap Cheryl.
"Hari itu aku dan beberapa anak Specialist sedang berkumpul di kantin kampus. Mereka terus mendesak ku kalau aku pacar mu. Dan kenyataanya memang bukan. Lalu mereka mengatakan bahwa aku mencintaimu dan tak berani mengatakannya dengan konyolnya mereka bilang akan menyampaikan itu pada mu. Aku menolak mati-matian. Lalu mereka bilang, kalau bukan karna cinta sama kamu kenapa sampai saat itu aku belum juga punya pacar, mereka bahkan meragukan ku menyukai wanita. Lalu munculah ide konyol itu yang tidak akan pernah aku tau itu akan menjadi panjang. "

"Ide apa?"

"Bahwa aku harus mendapatkan dan memacari wanita yang mereka pilihkan. Mereka bilang setelah memecarinya beberapa minggu aku bisa memutuskannya dengan alasan sibuk Resident ku"

"Dan ?" Tanya Cheryl.

"Mereka menunjuk Ranna begitu saja. Aku yakin itu juga tak di sengaja."

"Kamu menurutinya?"

"Ya tentu saja aku ingin membuktikan bahwa aku dan kamu benar-benar hanya sahabat. Aku pikir akan sangat mudah mendapatkannya."

"Ternyata? Aku engga pernah tau ini?" Tanya Cheryl

"Tentu saja. Resident mu kan di luar kota. Di luar pulau jawa malah" ucap Sam

"Revi tau?"

Sam menggeleng.
"Revi sibuk di rumah sakit. Aku terus menerus mengejar dia. Namun setelah hampir satu tahun aku tidak juga mendapatkannya. Aku tidak pernah berfikir bahwa mendapatkan dia lebih sulit di bandingkan mendapatkan gelar specialist ku. Dia terus menghindari ku. Selalu,sama sekali tidak tertarik dengan ku." Ucap Sam

"Dan kamu terobsesi untuk mendapatkannya?" Tanya Cheryl.

"Sempat.. kamu tau kan. Aku tidak bisa kalau tidak mendapatkan apa yang aku rencanakan."

"Dan?" Tanya Cheryl.

"Kecelakaan itu terjadi."

"Kamu yang di tusuk?" Tanya Cheryl. Sam mengangguk.

"Jangan katakan dia yang menyelamatkan mu?"

Sam mengangguk lagi.
"Memang dia"

"Lalu kamu merada hutang budi padanya?"

"Dia terus menjaga ku bahkan saat aku koma selama 2 bulan."

"Kalau aku tau aku juga akan menjaga mu"

Sam mengangguk.
"Mungkin akan lebih baik, jika kamu yang menemukan ku dan menolong ku"

"Dan?"

"Ibuku menyukai Ranna. Aku juga merada berhutang budi padanya."

"Dan kamu memilih menikahinya?"tanya Cheryl lagi.

"Awalnya tidak, tapi saat aku tau dia benar-benar sendirian, aku merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaganya. Aku tidak ingin dia sendirian, entah apa tapi aku ingin aku menjadi orang yang biasa andalkan. Aku memintanya untuk menikah dengan ku."

"Hutang budi tidak harus dengan menikahinya!"

"Aku tau, tapi saat itu aku benar-benar tak berdaya. Semua pikiran ku hanya tentang dia. Aku fikir aku tidak mencintainya tapi aku sunggub ingin menjaganya. Bahkan hingga sekarang, aku tetap Ia ingin dia bahagia meskipun bukan dengan ku"

Cheryl terlihat sangat kesal. Entah apa yang membuatnya begitu kesal.

"Kamu konyol!"

Sam mengangguk.

"Sekarang kamu menyesal kan!"
Sam mengangguk lagi.

"Memang apa salahnya kalau mereka berfikir kamu mencintai ku? Segitu tidak sukanya kamu dengan ku sampai kamu melakukan hal konyol itu?" Tanya Cheryl yang mencoba mengendalikan amarahnya.

"Tidak, karna mereka benar. Dan aku takut kalau kamu tau itu kamu akan menghindar dari ku. Kamu saja selalu terganggu saat orang menyebut kita pacaran"

"Itu karna kita cuma sahabatan! Aku selalu menahan perasaan ku pada mu karna kamu hanya selalu menganggap ku sahabat! Bagaimana kamu bisa tidak tau kalau aku mencintai mu Sam!"

"Cheryl?"

"Iya Sam, aku mencintai mu! Sangat! Bahkan sejak awal. Tapi aku bisa apa? Kalau aku ingin dekat dengan mu aku harus menjadi sahabat mu. Bahkan setelah lama aku menunggu mu, setelah aku berjuang menyelesaikan specialist ku aku kembali dengan kabar bahwa kamu akan menikahi wanita lain yang bahkan aku tidak kenal!" Bentak Cheryl namun kali ini air mata Cheryl berjatuhan. Ia memukuli Sam dengan sisa tenaga yang masih Ia punya.

"Kalau kamu mencintai ku kenapa tidak pernah mengatakannya.. kenapa sam.. hati ku benar-benar sakit sekarang" ucap Cheryl dan terisak.

"Bagaimana bisa kamu tidak tau kalau aku mencintai mu di saat semua yang aku lakukan selalu tentang mu" ucap Cheryl lagi.

Sam mencoba menghentikan tangan cheryl. Cheryl menatap Sam dengan pandangan terluka.
"Aku membenci mu Sam..sangat membenci mu sekarang" ucap Cheryl. Entah apa yang merasuki Sam, Sam tak mengatakan apapun. Namun Ia memajukan wajahnya dan mengecup bibir Cheryl. Cheryl bungkam begitu saja, air matany semakin berjatuhan bertahun-tahun Ia menanti-nanti untuk ini dan mengapa harus ketika Sam sudah memiliki istri.

***
Prang..
Ranna menjatuhkan sendok dan juga tutup kotak makan. Ia terhenyak sesaat.

"Kenapa?" Tanya Nathan. Raut wajah Ranna berubah begitu saja.

"Aira?" Tanya Nathan.

"Entahlah.. aku hanya merasa jantung ku sakit tiba-tiba" ucap Ranna dan menyentuh dadanya.
"Mana yang sakit? Sakit seperti apa?" Tanya Nathan cemas.

Ranna menggeleng,
"Sudah tidak, tapi tadi benar-benar nyeri sekali." ucap Ranna.
Nathan mengulurkan tangannya dan meminta tangan kiri Ranna. Ia memeriksa denyut nadi Ranna.

"Cukup cepat apa kamu merasa sesak?" tanya Nathan. Ranna menggeleng

"Aku baik-baik saja" ucap Ranna.

Nathan menatap Ranna ragu.
"Apa kita perlu periksa ke bawah?"

Ranna menggeleng.
"Tidak, udah lanjutin makannya."

Nathan masih terlihat ragu.
"Aku tidak apa sungguh." ucap Ranna.

Nathan menghela napasnya.
"Kamu butuh menurunkan betat badan mu Aira. Demi kesehatan mu" ucap Nathan.

Ranna mengangguk.
"Kamu mau membantu ku?" tanya Ranna.

"Membantu mu?"

"Ya.. Menjadi istri yang pantas untuk Sam. Membuat Sam tidak begitu terobsesi dengan pekerjaannya." ucap Ranna.

Nathan terlihat terkejut.
"Are you serious?"
Ranna mengguk mantap.

"Ayolah please.." pinta Ranna.
"Okey..asal kamu mau mendengar pendapat ku dan tidak banyak mengeluh atau mengomel" ucap Nathan. Ranna mengangguk lagi. Nathan memicingkan matanya.
"Kamu mencurigakan" ucap Nathan.

Ranna menghela napasnya.
"Baiklah aku mengalah. Semua yang kamu katakan benar, aku tidak pantas untuk Sam, aku mudah marah, aku tidak bisa menerima keritikan dan aku tidak berusaha maksimal untuk Sam"

"Kenapa mendadak sekalu menjadi jujur. Bukannya kamu selalu memamerkan hebatnya rumah tangga mu"

"Aku bertengkar dengan Sam lagi semalam dan aku pikir kemarin benar-benar parah." ucap Ranna.

"Sudah minta maaf?"

Ranna menggeleng.
"Minta maaf lah"
"Aku tidak merasa salah. Sam harus mengerti bahwa Ia punya tanggung jawab lain selain pasienny itu"

Nathan menghela napasnya.
"Kenapa?" tanya Ranna

"Tidak, masakan mu lebih baik dari kemarin. Tapi cuminya menurutku kamu bisa tambahkn sedikit gula. Jadi rasanya tak hanya Asin dan asam aja." ucap Nathan. Ranna mencatat semua yang di katakan Nathan tentang masakannya.

Nathan menatap Ranna cukup lama. Ia suka melihat Ranna yang begitu berusaha. Rasa bersalahnya kembali muncul.

"Tunggu, aku tidak perlu memisahkannya dari Sam. Aku hanya perlu menjadikannya istri yang sesuai harapan Sam" batin Nathan.

"Aira.."

"Iya..?"

"Kamu percaya pada ku kan?" tanya Nathan. Ranna terdiam sesaat kemudian mengangguk.

"Kamu percaya kan, meskipun itu hal yang kamu ngga suka apa yang aku arahkan demi kebaikan mu?"

"Yah..setidaknya sampai saat ini. Apa yang kamu katakan selalu kebenaran" ucap Ranna.

"Kalau gitu carilah kesibukan lain selain Sam"

Ranna memukul tangan Nathan.
"Aku ingin menjadi dekat dengan sam. Bukannya menjadi jauh"

"Kamu bilang kamu percaya pada ku. Kamu terlalu sensitif pada pekerjaan Sam karna kamu tidak memilki pekerjaan yang kamu suka." ucap Nathan

"Aku tidak begitu ..aku.."

"Ssst.. Jadi kamu mau ikut cara ku atau tidak?" ucap Nathan tegas.
Ranna terlihat berfikir.
"Tapi aku tidak mau bekerja"

"Kenapa?"

"Karna tidak ada tempat kerja yang mau menerima ku." ucap Ranna

"Memangnya kamu sudah coba?"

"Sudah dulu.. Dan semua perusajaa  ingin memiliki PR yang cantik!"

"Ya kalau gitu aku akan merubah
Mu jadi cantik" ucap Nathan

"Okey anggap salon bisa merubah penampilan ku. Tapi bagaimana dengan berat badan ku?" tanya Ranna

"Akh akan membantu mu menjadi wanita yang menarik. Tapi aku perhatikan, dari awal aku bertemu dengan mu berat badan mu berkurang" ucap Nathan.

"Jangan meledek. Lalu aku kerja dimana? Tunggu aku langsing dulu?"

Nathan menggeleng.
"Ada satu perusahaan yang sudah pasti kamu akan di terima" ucap Nathan

"Dimana?"

"Di perusahaan suami mu"

"Kau gila! Apa nanti kata orang-orang?"

"Siapa peduli? Yang terpenting hubungan mu dengan Sam bukan. Lagi pula aku pikir kamu memiliki kemampuan untuk itu. Abaikan mereka yang mencibir tanpa fakta. Kecuali jika mereka mencibir dengan memberi masukan dan kebenaran baru dengarkan" ucap Nathan

Ranna terlihat berfikir lagi dan lagi.

"Apa kamu yakin ini akan berhasil?"

"We don't know until we try" ucap Nathan.

***
Sam melepaskan ciumannya dari Cheryl.
"Sorry.." ucap Sam dan akan pergi. Namun Cheryl menahan tangan Sam.
"Hanya ada dua kalimat yang mungkin di ucapkan ketika seseorang mencium seseorang, I Love you dan I'm Sorry. Aku tidak suka kamu mengatakan yang kedua, ketika kamu bisa mengatakan yang pertama."

"Tapi Cheryl"

"Kamu akan melepaskan Ranna jika Ranna sudah bahagia tanpa kamu kan?" tanya Cheryl. Sam mengangguk perlahan.

"Kamu lebih mencintai ku di bandingkan Ranna bukan?", Sam mengangguk lagi.

" aku sudah menunggu lama, tidak akan masalah jika aku menunggu sedikit lagi. Aku akan menunggu sampai kamu melepaskan Ranna dan memilih ku" ucap Cheryl. Sam menatap Cheryl penuh pertimbangan. Ia mengusap pipi Cheryl lembut.

"Terimakasih sudah selalu mengerti ku" ucap sam dan mengecup kening Cheryl.

Ponsel Sam berdering mengintrupsi apa yang sedang terjadi antara Sam dan Cheryl.
Cheryl memberikan kode pada Sam untuk melihat ponselnya. Dilihatnya ponsel tersebut Ia mendapatkan pesan dari Nathan. Berisi foto Ranna dan juga pesan singkat.

_Siapkan pendaftaran sekolah ku secepatnya._

Senyum Sam mengembang.
"Kenapa?" tanya Cheryl. Sam menunjukan ponselnya.

"Adik mu sepertinya berhasil meluluhkan istri ku"

Senyum cheryl ikut mengembang.
"Aku tidak pernah meragukannya. Sudah siap di tinggal oleh istri mu kalau begitu?" ucap Cheryl.

Sam menganggukkan kepalanya.

Nathan mengiriminya pesan lagi.
_Anda akan berterimakasih pada ku,percayalah!_

"Lihatlah adik mu pamri sekali"

"Dia memang begitu.. Paling tidak dia berguna. Dia tidak pernah menolak permintaan ku."

"Siapa juga yang mampu menolak permintaan dewi seperti mu."

Cheryl memukul Sam.
"Tidak lucu.."

"Aku memang tidak lucu..aku tampan"

Cheryl mengangguk setuju.
"Sangat" tambahnya.

***
Sam pulang seperti biasa, Ia ingin menguji apakah Ranna sudah mulai ada perubahan. Ia bertekad apapun yang Ranna lakukan Ia akan bertahan toh, hanya sebentar lagi Ia bersama Ranna.
Sam masuk ke dalam kamarnya karna tak melihat siapapun di dalam rumah.

"Hai.." sapa Ranna saat mendapati sam yang masuk ke dalam kamar. Sam mengangguk pada sapaan Ranna.

"Mandi dulu ya.. Baru kita makan. Kamu belum makan malem kan?" tanya Ranna.

Sam yang tak ingin berdebat hanya mengangguk lagi. Hanya beberapa minggu lagi Ia terbebas dari Ranna. Itulah mantra yang Ia terus Ia ucapkan.

Mereka berdua sudah berada di meja makan. Sam sedikit terkejut dengan masakan di atas meja itu. Menu yang berbeda artinya Ia akan menjadi kelinci percobaan lagi.
Ranna menuangkan nasi pada piring Sam.

"Cukup.." ucap Sam. Ranna mengangguk mengerti.

"Kamu ngga makan?" tanya Sam.

"Aku tidak bisa makan seafood" ucap Ranna. Sam menepuk keningnya. Ia lupa hal itu bahkan selama 3 tahun ini Sam tak pernah makan semua masakan laut saat bersama Ranna.

"Lalu bagaimana kamu memasaknya?" tanya Sam. Ranna menunjukan telapak tangannya yang terdapat banyak ruam merah. Ranna meringis menunjukannya.

"Aku engga harus makan seafood. Udah di obatin?"

Ranna mengangguk.
"Sudah makan.. Cobalah. Maaf ya karna mengalah dengan ku kamu tidak pernah makan seafood lagi."

Sam menghela napasnya. Ia sungguh semakin tak suka dengan Ranna yang seperti ini. Ranna yang tidak dewasa, Ranna yang membuatnya terus merasa bersalah.

"Kamu membuat ku terlihat seperti penjahat Ranna."

"Kamu lebay deh.  Udah cepet makan.." ucap Ranna. Sam pun mencoba memakan masakan Ranna. Ia sudah bersiap dengan rasa paling buruk namun lagi-lagi terkejut karna masakan itu cukup layak untuk di makan.

"Gimana?" tanya Ranna takut-takut. Sam mengerjapkan matanya. Ia menyuapkan lagi makananya.

"Wah.. ini enak.."

"Benarkah?" tanya Ranna. Sam mengangguk mantap. Senyum Ranna mengembang sempurna. Bahkan Ranna hampir meneteskan air matanya. Ia sungguh ingin bertemu Nathan sekarang, Nathan benar selama ini Sam hanya takut padanya. Karna hari ini cara Sam bilang makanannya enak sangat berbeda, sangat nampak jujur. Sam bahkan menyuap lagi dan meminta Ranna menambahkan nasinya.

"Ah .. Sayang sekali kamu tidak bisa makan seafood. Ini beneran enak." ucap Sam. Ranna tersenyum lagi.

"Kalau gitu berikan aku hadiah saja.." ucap Ranna. Sam mengangguk seraya menghabisi makanannya.

"Mau apa?" tanya Sam. Ranna tak menjawab. Ia hanya mengetuk pipinya dengan jarinya. Sam tersenyum tipis. Ia menganggukan kepalanya.

"Apa harus sekarang?" tanya Sam. Ranna mengangguk.

"Kamu mengganggu aktifitas makan ku..nona" ucap Sam. Ranna semakin melebarkan senyumnya.

"Ayolah.." ucap Ranna. Sam mengangguk lagi. Ia meletakan sendoknya, meminum airnya. Membersihkan bibirnya dengan tissu. Ia mendekat pada Ranna dan akan mengecup pipi Ranna namun tepat pada saat itu Ranna menolehkan kepalanya,bibir Sam sukses mengenai bibirnya. Ranna tertawa kecil. Ia sungguh merasa konyol. Sam memicingkan matanya. Ia menarik hidung Ranna.

"Kamu curang..Aku tidak ikhlas memberikannya. Aku ambil lagi" ucap sam dan mengecup bibir Ranna lagi.

"Itu baru impas.."

Senyum Ranna mengembang sempurna.

"Sudah habiskan makan mu.." ucapa Ranna. Sam mengangguk dan melanjutkan makannya.

"Sam.."

"Hmm.."

"Aku ketemu papah dan mamah hari ini"

"Oh ya? Kamu kerumau sakit? Kok ngga ke ruangan aku?" tanya Sam.

"Aku takut kamu masih marah, lagi pula katanya kamu lagi ada operasi"ucap Ranna. Sam menganggukkan kepalanya.

" mama bilang apa? Mama tidak meneror mu dengan pertanyaan kapan kita punya anak kan?"

"Tentu saja bertanya..mama titip salam untuk mu"

"Aku belum ketemu mama satu bulan ini" ucap Sam. Ranna mengangguk mengerti.

"Sam.."

"Kenapa sayang?" tanya Sam lagi.

"Aku tau.. Aku harusnya meminta izin dulu dari mu. Tapi aku sudah menyampaikan ini ke mama dan papa"

"Apa?" tanya Sam.

"Aku memutuskan untuk bekerja di rumah sakit mu" ucap Ranna. Sam  tersedak mendengarnya. Ranna cepat-cepat memberikan Sam minum dan mengusap punggung Sam.

"Kamu pelan-pelan dong" ucap Ranna.

"Aku kaget.." ucap Sam

"Jadi ?"

Sam terlihat berfikir, bagaimana mungkin Ia bekerja bersama Ranna. Bagaimana jika Ranna tau hubungannya dengan Cheryl dan Ranna pasti akan semakin mengekangnya. Ia bukan hanya bertemu Ranna di rumah tapi di rumah sakit. Jadi, ini rencana Ranna. Mengekorinya kemana pun.

"Sam.."

"Kerja apa? Kamu bukannya mau di rumah aja? Kamu bilang kamu mau jadi penulis" ucap Sam.

"Lupakan tentang menulis...Aku sudah bertanya pada papa dan mama. Mereka setuju."

"Lalu bagaimana dengan aku?" tanya Sam. Ranna tersenyum mendengarnya. Tentu saja mereka berdua mengartikan pertanyaan itu berbeda. Ranna berfikir kalau Sam tak ingin Ranna kerja karna Ingin Ranna di rumah daja mengurusnya namun bagi  sam pertanyaan itu adalah tentang nasibnya di rumah sakit. Ia tak akan lagi punya tempat untuk kabur. Ia tak dapat membayangkan bagaimana jika Ranna sampai satu tempat kerja dengannya. Yang ada Ranna akan memaki-maki semua orang yang berhubungan dengannya.

"Aku akan tetap meprioritaskan mu. Lagi pula kalau aku kerja aku akan lebih sering bertemu dengan mu" jawab Ranna.

"Ranna..aku pikir.."

"Ayolah sam.. Aku bosan." ucap Ranna.

Sam terlihat berfikir.

"Aku ngga mau kamu capek. Lagi pula apa masih kurang yang aku berikan ke kamu?"

Ranna menggeleng.
"Bukan karna uang.. Aku hanya ingin melakukan aktifitas lain."

"Di bagian apa?"

"Humas.." ucap Ranna.

Sam menghela napasnya paling tidak kantor Ranna ada di lantai 6. Empat lantai darinya.

"Please..." ucap Ranna. Sam menatap Ranna sesaat.

"Tenang sam..hanya sebentar lagi. Lagi pula Ranna memang harus berlatih bertahan hidup tanpa terus bergantung pada mu." Batin Sam

"Oke.. Selama kamu senang. Tapi jangan terlalu memaksakan diri" ucap Sam. Ranna mengangguk senang.

"Yeay..makasih Sam.. I love you so" ucap Ranna.

"Jadi makanan ini adalah penyogokan?"

Ranna mengangguk membenarkan.

"Hmm..jadi kapan kamu akan mulai kerja?"

"Lusa..banyak yang harus aku siap kan"  ucap Ranna

Sam mengangguk.

"Apa boleh menggunakan uang mu lebih banyak?",

" pakai saja..habiskan kalau bisa" ucap Sam. Ranna mencubit lengan Sam.

"Ish sombong sekali"

Sam hanya tersenyum.

"Ah ya... Papa bilang kamu harus ke luar kota untuk seminar satu minggu?" tanya Ranna. Sam mengangguk.

"Aku udah bilang papah untuk mencari dokter lain. Lagi pula Cheryl dan Revi pun berangkat." ucap Sam.

"Kamu pergi saja. Papah bilang itu penting" ucap Ranna. Sam menatap tak percaya pada Ranna.

"Kamu serius?"

Ranna mengangguk.

"Aku ngga papa kalau ngga pergi"

Ranna menggeleng.
"Pergi saja.. Papa bilang papa mengharapkan mu."

"Tapi satu minggu"

"Iya sih sebenarnya aku tidak rela. Apa lagi pasti banyak dokter wanita di sana." ucap Ranna

"Lalu?"

"Aku tetap mengizinkan kamu pergi. Dengan syarat tentu saja"

"Apa tanya Sam?"

"Jangan genit! Dan jangan diforsir"

Sam mengangguk mengerti.

"Janji?"

"Janji."

"Yaudah..abisin makanan kamu. Aku ke kamar dulu siapin kebutuhan kamu buat pergi besok" ucap Ranna dan berdiri.
Sam menangkap tangan Ranna.
"Makasih sayang" ucap Sam. Ranna mengangguk mengiyakan.

Selepas kepergian Ranna, Sam cepat-cepat menghubungi Nathan.

Sam : kau gila membuatnya bekerja di tempat kerja ku?

Nathan: Tidak, hanya sementara. Paling tidak Ia harus memiliki aktifitas lain. Agar tidak terlalu obsesi dengan dokter.

Sam: ya tapi jangan di rumah sakit ku juga dong!

Nathan: Memangnya mudah mencari kerjaan untuk Aira? Sudah terima saja! Ikuti saja. Dia sudah lebih membaik kan?"

Sam: iyasih..paling engga masakannya enak dan dia mengizinkan aku seminar

Nathan: see? Sudah lihat dan ikuti saja.

Sam tak membalas lagi, Ia hanya menghela napasnya dalam. Mencoba untuk mempercayai Nathan.

***
Happy Reading  yah..
Vote and commentnya please..please..

Yang mau double up.. Siapa nih heheh

Continue Reading

You'll Also Like

61.1K 7.6K 26
Jadwal Update setiap SELASA Nila ingin menikah hanya sekali dalam hidupnya. Akan tetapi, takdir malah menyatukan dia dengan pria sakit jiwa yang memi...
15.3K 1.7K 59
Bagi seorang Jeremy, kebebasan adalah surganya. Jeremy bisa melakukan apa pun yang ia mau. Termasuk bertualang dari satu wanita ke wanita lainnya. Be...
67.9K 7.2K 54
Tidak ada yang selamanya menyedihkan dan tidak ada yang selamanya membahagiakan. Apapun keinginan mu kamu akan membayarnya dengan harga yang setimpa...
21.5K 1.9K 74
Song JingWei generasi kedua yang kaya bertransmigrasi ke zaman kuno ketika jumlah pria lebih banyak tetapi wanita lebih sedikit. Saudari bajingan itu...