[1] Who? | Stray Kids ✓

By ALO-EVERA

909K 177K 91.5K

❝Siapakah pelakunya?❞ Dibaca sebelum 18.00 dan Email More

Prolog
《1》
《2》
《4》
《5》
《6》
《7》
《8》
《9》
《10》
《11》
《12》
Epilog
Penjelasan
+ Kenyataan

《3》

55K 11.6K 7.9K
By ALO-EVERA

Knock knock

Begitu membuka pintu, Jeongin hanya menatap datar Felix yang datang ke rumahnya malam-malam.

"Ngapain?"

Sama dengan Jeongin, Felix hanya menunjukkan wajah datarnya, tetapi ada kesan dingin.

"Ada yang mau gue omongin sama lo."

Jeongin mengernyit bingung, penasaran apa yang akan Felix bicarakan dengannya. Karena itu dia mengijinkan Felix masuk dan mengajaknya ke ruang tamu.

"Duduk," suruh Jeongin.

Felix mengangguk samar lalu duduk di sofa. Namun tatapannya terus mengarah kepada Jeongin yang nampak terganggu dengan kedatangannya.

"Cepet ngomong, aku sibuk."

"Sibuk ngapain? Diem di kamar kayak orang gila?"

Jeongin diam. Tapi beberapa saat kemudian ucapannya membuat Felix kaget.

"Pantes kak Seungmin sempet gak suka sama kak Felix, ngomongnya aja gak bisa disaring."

Rupanya omongan Jeongin barusan menyinggung Felix. Buktinya kedua tangan Felix terkepal di atas kedua lututnya.

Jeongin tahu kalau Seungmin sempat tidak suka dengan Felix karena Seungmin sendiri yang bilang padanya.

Sebenarnya, Jeongin juga tidak suka dengan Felix karena sikapnya yang urakan dan berbuat seenaknya.

Alasan lainnya adalah karena ucapan Felix yang sering menyakiti hati orang lain tanpa ia sadari.

Dan Seungmin salah satu orang yang stres memikirkan itu hingga Jeongin turun tangan untuk menghiburnya.

"Kenapa, kak? Kok diem, omonganku bener?"

"Gue kesini karena disuruh Hyunjin. Dia pengen lo sekolah lagi."

"Oh, ya udah. Kak Felix boleh pulang sekarang."

"Dengan senang hati."

Felix bangkit dari duduknya lalu beranjak pergi dari sana.

Jeongin menghela nafas. Dia tahu kalau ada sesuatu yang mau dibicarakan oleh Felix. Tapi entah kenapa orang itu malah menutupinya.

Karena sudah larut, dia berjalan ke pintu untuk menutupnya.

Sejenak dia melihat Felix yang hendak melajukan motornya.

Tapi, ucapan Felix selanjutnya membuatnya berkeringat dingin.

"Seungmin dibunuh sama salah satu dari kita berdelapan, Jeong."


●●●


Chan pusing. Di sampingnya ada Woojin yang juga pusing memikirkan seberapa rumitnya masalah yang sedang mereka hadapi saat ini.

"Chan, besok ajak yang lain buat ketemuan. Gue greget mau bahas hal ini."

"Gue udah bilang ke Minho sejam yang lalu. Katanya dia yang lain setuju."

"Lo yakin semuanya bisa? Jeongin sama Jisung gimana?"

Chan mengerutkan alisnya bingung. "Jisung kenapa?"

"Katanya Changbin dia abis ribut sama Minho tadi. Gak tau deh ada masalah apa."

"Changbin tau dari mana?"

"Dia lagi mau bolos, terus gak sengaja lewat toilet sekolah dan denger Jisung ngebentak Minho. Tapi ngapain coba berantem di kamar mandi?"

Chan malah menunjukkan senyum misterius. Woojin yang mengerti apa maksud Chan langsung memukul kepala temannya itu dengan ponsel yang sedang ia pegang.

"Otak lo dicuci dulu biar bersih."

"Ya maap, namanya juga laki-laki."

Woojin memutar bola matanya malas lalu menyandarkan diri ke sofa. "Chan, lo ngerasa gak sih kalo kita berdelapan kayak jauh gitu semenjak kematian Seungmin?"

Chan mengangguk setuju. "Jeongin yang gak keliatan sejak tiga hari yang lalu, Jisung berantem sama Minho, Felix yang selalu menghindar kalo kita samperin, Hyunjin sama Changbin yang selalu nolak kalo kita ajak kumpul."

"Gue rasa omongan lo bener deh, Chan."

"Omongan yang mana?"

"Kalo Seungmin gak bunuh diri."

Chan malah panik. "Gue waktu itu cuma asal ngomong. Gue mohon lo jangan nuduh siapapun, gue gak mau persahabatan kita hancur."

Woojin terdiam, namun wajahnya terlihat berpikir keras. Chan jadi was-was sendiri, takut kalau Woojin berbuat hal yang tidak diinginkan.

"Tapi gimana ya, gue sendiri curiga sama lo. Soalnya kan lo juga sempet ribut sama Seungmin."

"Jadi lo nuduh gue?" Tanya Chan to the point.

Woojin mengedikkan bahu tanda tak tahu. "Gue cuma berpendapat. Lo jangan marah."

Chan diam. Woojin tersenyum tipis lalu menepuk pelan pundak Chan.

"Gue pulang, ya. Ada urusan."

"Ya udah, pulang sana. Tapi jangan salahin gue kalo pelakunya ngincer lo."

●●●

Keesokan harinya, seperti yang diminta oleh Chan, mereka semua berkumpul di rumah Minho untuk membahas soal kematian Seungmin.

Tak lupa ia mengajak Jeongin yang sudah tiga hari tidak kelihatan batang hidungnya.

"Hello, welcome back to my house."

Bernada.

"Sok-sokan pake Bahasa Inggris lo," ledek Changbin yang dibalas cengiran oleh Minho.

"Oh ya, Felix mana?" Tanya Minho sambil mengedarkan pandangannya ke luar rumah.

"Nanyain Felix mulu, ijinin kita masuk napa," gerutu Changbin.

"Halah, bilang aja lo cemburu." Sekarang gantian Minho yang meledek Changbin.

"Dih, ngapain gue cemburu. Gue masih normal, lagipula pacar gue banyak."

"Di sekolah aja pada takut sama lo. Yang pacarnya banyak mah Hyunjin, ngerdus mulu kan dia."

Yang disebut mendengus sebal. "Emang takdir gue punya wajah ganteng, makanya banyak yang suka."

"Woi, kita kapan masuknya?" Tanya Woojin dengan muka datarnya sebelum Minho ingin membalas omongan Hyunjin.

"Oh iya, ayo masuk."

Minho mempersilahkan teman-temannya masuk terlebih dahulu. Ketika giliran Jisung yang akan masuk, Minho berdiri di depan pintu untuk menghalanginya.

Jisung agak kaget, kemudian dia tersenyum miring. "Oh, gue gak boleh masuk?"

"Bukan itu, lo masih inget apa yang gue omongin kemaren, kan? Alesan gue ngajak kalian kesini buat bahas itu."

Raut wajah Jisung berubah menjadi tak suka. Tapi entah kenapa dia malah terkekeh.

"Jadi lo curiga sama temen lo sendiri? Temen macam apa lo, kita udah temenan sejak sd lho, kak Minho."

"B-bukan itu maksud gue, gue cuma ngikutin apa kata Seungmin."

"Seungmin? Halu lo, kak."

"Astaga, lo kenapa gak mau percaya sama gue, sih?!" Minho mulai frustasi.

"Karena lo aja udah gak percaya sama gue," balas Jisung sambil tersenyum sinis dan masuk ke rumah Minho begitu saja.

Minho mengacak-ngacak rambutnya lalu menendang kursi yang ada di sampingnya hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

Tapi sedetik kemudian dia meringis sambil memegang kakinya yang terasa sakit.

"Kak Minho."

Minho menoleh dengan kaget ketika ada yang memanggilnya. Beberapa saat kemudian dia memukul lengan orang itu karena kesal.

"Lo mau bikin gue jantungan?"

Felix, si pelaku mengerutkan alisnya bingung. "Lo kenapa, sih? Ngomong sendiri sambil nendang kursi. Aneh lo."

"Gapapa, ayo masuk. Yang lain udah nunggu di dalem," ajak Minho lalu langsung masuk dengan tergesa-gesa.

"Ck, gak jelas tuh orang," gumam Felix sambil geleng-geleng kepala.

Kemudian dia segera menyusul Minho ke ruang tamu dimana teman-temannya sudah menunggu. Padahal dia masih malas untuk bertemu dengan Jeongin.

"Ho, jelasin apa yang mau kita bahas disini," perintah Chan.

Minho mengangguk. "Gue minta jangan ada yang nyela omongan gue."

Minho melirik Jisung sekilas lalu menatap teman-temannya bergantian.

"Jadi, gue ngajak kalian kumpul disini untuk ngebahas hal penting tentang Seungmin."

Rupanya tidak hanya Jisung, beberapa dari mereka nampak tidak suka mendengarnya.

"Lo ngapain bahas Seungmin, sih?" Tanya Felix sinis.

"Seungminnya sendiri yang buat gue harus bahas ini sama kalian."

"Maksud lo apa, sih?" Tanya Woojin yang tidak mengerti kemana arah pembicaraan Minho.

"Gue setuju sama omongan lo kemaren di rooftof, kak. Gue yakin kalo Seungmin itu korban pembunuhan."

Ucapan Minho barusan membuat mereka semua terkejut termasuk Jeongin yang sejak tadi hanya diam dengan tatapan kosong.

"Dan gue curiga kalo pelakunya adalah temen Seungmin sendiri."

Woojin menghela nafas. "Bukan gue yang ngomong, tapi Chan."

"Ah terserah lah yang ngomong siapa, pokoknya intinya itu."

Sesaat keadaan menjadi hening, tapi suasana mendadak panas ketika beberapa dari mereka mulai termakan amarah.

"Cih, lo nuduh kita semua?" Tanya Changbin terang-terangan.

"Iya, gue curiga sama kalian semua," jawab Minho santai.

"Udahlah, lo gak usah asal ngomong. Lo ngomong kayak gitu sama aja ngerusak pertemanan kita," ucap Hyunjin yang nampaknya setuju dengan Changbin.

Melihat itu Jisung tersenyum sinis. "Lo liat, kan? Mereka juga gak terima kalo lo curigain kita semua."

"Aku sih setuju sama kak Minho."

Sontak mereka semua langsung menatap Jeongin yang baru mengeluarkan suara sejak sampai disana.

Jeongin yang menjadi pusat perhatian mengedikkan bahunya acuh lalu melanjutkan perkataannya.

"Kak Seungmin kan gak suka sama kak Felix, kak Seungmin juga ribut terus sama kak Changbin. Dari situ aku yakin kalo kak Seungmin emang dibunuh."

"Lo nuduh gue pelakunya?" Tanya Changbin sambil menahan emosinya yang hendak meledak.

"Enggak, sih. Tapi kalo bukan pelakunya jangan marah dong."

Jeongin tidak sadar kalau ucapannya tidak hanya menyinggung Changbin, melainkan Jisung dan Felix juga.

"Gue pulang, males gue disini."

Jisung tiba-tiba berdiri dari duduknya lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan mereka yang nampak terkejut.

"Lah, kita belom selesai. Jisung, balik atau gue-"

"Gue juga mau pulang," ucap Felix memotong omongan Chan lalu pergi.

Changbin menatap Jeongin sebentar lalu ikut menyusul Felix. "Lix, tunggu!"

Setelah mereka bertiga pergi, Chan berteriak frustasi. "Kenapa jadi begini, sih?! Kepala gue pusing! Ditambah lagi mikirin tugas fisika yang belom selesai, pecah dah kepala gue!"

"Sabar, semua butuh proses. Kalo lo mau tau pelakunya, kita liatin aja gerak-gerik mereka. Tapi jangan langsung nuduh kalo dia pelakunya sebelum ada bukti," ujar Woojin yang masih bisa bersikap tenang.

Chan mengusap wajahnya gusar, namun melihat Hyunjin yang diam saja dia mengernyit.

"Lo gak pulang juga?"

Hyunjin mengusap tengkuk lehernya yang tidak gatal dengan wajah polosnya.

"Emang boleh?"

"Ya boleh lah! Emosi gue lama-lama."

Hyunjin langsung ngacir keluar rumah. Semua orang tahu kalau saat marah Chan itu menyeramkan. Makanya tidak ada yang berani.

"Oke, besok kita mulai penyelidikannya. Kita liat siapa yang mencurigakan. Tapi gue udah netapin satu orang, sih. Tapi gue ngikut kalian aja. Oh ya, ada yang udah liat hal yang mencurigakan kemaren?" Cerocos Minho panjang lebar sampai ludahnya muncrat ke baju Jeongin.

Jorok emang.

Jeongin sendiri jijik dan langsung mengambil tisu untuk membersihkan bajunya itu. Tapi setelahnya dia melempar tisu itu ke Woojin hingga membuat temannya itu menjerit.

"Oh, gue ada!" Seru Chan dengan wajah sumringah.

"Kemaren gue ngeliat Hyunjin nulis sesuatu di notebook warna item. Gue sempet ngelirik sebentar, pokoknya nama lo sama Jisung ada disana."

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 531K 48
❝Kata mama, permainan ini bisa bikin meninggal.❞
480K 110K 21
❝Semua ini sama sekali gak lucu.❞
15.4K 2.3K 20
"Jika tidak dihentikan, maka boneka itu akan terus memakan korban." By : SAMBALRICHA Start: 9 Maret 2022 End: 27 Juni 2022
The Phone | TXT ✓ By MAYA

Mystery / Thriller

1.4M 337K 35
❝Pick up the phone or you'll die.❞