[✔] 1. DEAR J

By tx421cph

48.1M 4.2M 4.2M

[Telah Dibukukan, Tidak tersedia di Gramedia] ❝Untukmu, Na Jaemin. Laki-laki tak sempurna Sang pengagum hujan... More

00
Attention
01. Something Bad
02. I Called You, Nana
03. Friends?
04. Keychain
05. I'll be Loving You (Forever)
06. The Rain
07. I Told You
08. Fallin' to You
09. I'm Not
10. Between Rain and Rhyme
11. Close to You
12. No Longer
13. Getting You
14. November Rain
15. Who Are You
16. Unfathomable
17. Talking To The Moon
18. The Reason Why
19. The Truth Untold
20. Stay With Me
21. Through The Night
23. Hello Stu P I D
24. Our Moment
25. My One And Only
26. Revealed
27. Will You Hold On?
28. Dear Mom
29. Dear God
30. End Of A Day
30.5 Dear J
How To Order?
What's Next?

22. Love Bomb

1M 101K 195K
By tx421cph

Part ini nggak ada sedih"nya kok ^^

coba gambarkan sosok mereka di ff ini sesuai versi kalian :

- Haechan :

- Jeno :

- Jaemin :

- Renjun :

Dear J •


Happy Reading ♡


Setelah mendengar kata-kata dan penjelasan om dokter itu, rasanya aku ingin menghampiri Om Donghae dan memutus kepalanya seperti dalam film Twilight.

Sayang sekali aku bukan Isabella Swan.

Lagipula bagaimana mungkin ada manusia semacam itu di dunia?! Dia dan keluarganya benar-benar gila! Tidak Om Donghae! Tidak Jeno!

Apa jangan-jangan Tante Tiffany juga?

Ah, tapi dia lemah lembut seperti bundaku, dia pasti melindungi Jaemin dari dua laki-laki gila itu kan?

Ketika memikirkan Jaemin, mendadak aku juga terpikirkan oleh Bunda Yoona. Ingin sekali aku melihat wajahnya. Seperti apa malaikat yang telah melahirkan malaikat lain seperti Jaemin.

Ah, kapan-kapan aku akan meminta pada Jaemin untuk melihat fotonya. Dia bilang dia punya.

Sebenarnya aku ingin di jemput Kak Jaehyun, tapi ah! Sudahlah, aku sedang malas mendengarkan omelannya. Setiap kami bersama, pasti selalu saja ada yang dia debatkan.

Kak Jaehyun itu baik, tapi menyebalkan, tapi dia terkadang gentleman, tapi kadang bodoh.

Aku tidak tahu mana dia yang asli.

Opsi yang ku pilih adalah, naik bus. Sekarang aku sedang menuju halte, berjalan sendirian di bawah langit mendung.

Aku bertaruh sebentar lagi hujan.

Ngomong-ngomong aku rindu Jaemin, tapi dia sedang di kedai Paman Shin. Apa aku harus kesana saja?

Belum selesai aku memikirkan Jaemin, belum sampai aku di halte bus, hujan mulai turun rintik-rintik, kemudian berubah deras dalam hitungan detik.

Aku mendecak, mengeluh, kemudian berlari sambil menutupi kepalaku dengan tangan. Untung halte bus tidak jauh lagi.

Hanya ada seorang pria paruh baya yang sedang menunggu disana. Aku mengambil duduk di bangku panjang sebelah kiri yang masih sepi, kemudian mengibaskan tanganku yang basah.

Sial sekali, semoga bus cepat datang.

Duduk sambil menunggu bus di tengah hujan itu sama sekali tidak nyaman. Bosan setengah mati, karena aku bukan tipikal orang yang sabar menunggu. Akhirnya aku mengeluarkan ponsel dari ransel mini-ku.

Sebenarnya agak ragu, karena aku takut tiba-tiba ada petir yang bisa saja menyambar. Tapi karena aku tipikal anak bandel, ya semoga saja tidak terjadi apa-apa.

Saat aku melihat begitu banyak notifikasi di lockscreen, aku memilih satu notifikasi yang menarik perhatianku.

Tentu saja chat Jaemin.


Nana 🌈

|Kamu datang ke ulang tahun saerom?
14.36


Hah? Ulang tahun Saerom?

Aku mengernyit kebingungan ketika membaca pesan dari Jaemin.


Ulang tahun apaan eh?|
14.38


Keluar dari roomchat Jaemin, aku memandangi daftar chat di aplikasi Line-ku.

Ada!

Chat dari Saerom.

SaeromLee🐈

|Halo jeha! Dateng ke ultahku ya! ><
|Karena kita temen sekelas jadi nggak pake invitation card ya hehe
|Date : Kamis, 12 Januari 2017
Location : ballroom L7 Hotels, Myeongdong
Dresscode : putih
10.34

Kemudian aku mengetikkan balasan pesan untuknya.

Kaya nikah aja make putih|
14.44

Saat aku mengirim balasan itu, notifikasi chat dari Jaemin muncul di bar ponselku. Cepat-cepat aku membukanya.

Nana 🌈

|kamu tidak dapat pesan dari Saerom?
14.45

Iya barusan baca|
14.46
Read

|aku datang tidak ya
14.47

Lah kenapa emang?|
14.47
Read

|Tempatnya di hotel
|Yang datang orang berada semua
14.48

Lah kamu kan anak CEO|
Apalagi Om Donghae juga termasuk| orang politikus
14.49
Read

|itu kan Jeno
|aku kan anak haram
14.49

Aku menghela napas lagi-lagi ketika membaca balasan pesan Jaemin. Kenapa dia selalu saja menghina dirinya sendiri.

Ketikannya filter|
Ga ngerti lg aku sm kamu|
14.50
Read

|Iya maaf
|kamu sedang dimana?
|hujan nih, tidak sedang diluar kan?
14.51

Kenapa emang?|
14.51
Read

|kalau sedang diluar aku jemput
14.52

Tuh kan, sudah tertebak.

Ah di rumah kok|
Kamu masih kerja ya?|
14.53

Lama, Jaemin tidak langsung membalas chat-ku seperti tadi. Ah, sepertinya dia memang sedang sibuk. Dia kan sedang bekerja.

"Woy, diem-diem bae"

"Eh anjir setan!"

Aku terkejut hingga nyaris saja menjatuhkan ponselku jika saja aku tidak segera menangkapnya. Jantungku berdebar, benar-benar terkejut.

"Buset mana setan?" anak laki-laki yang tahu-tahu menjajariku itu bertanya dengan entengnya.

"Kenapa sih lo itu nongol mulu?! Mana nggak selo lagi nongolnya!"

Siapa lagi oknum tersebut jika bukan saudara Lai Guanlin yang tidak tahu diri. Si tukang gabut yang bisa kau temui dimana saja.

Akhir-akhir ini dia seperti itu, sungguh.

"Kenapa sih lo itu ngegas mulu? Mana nggak selo lagi ngegasnya" dia membalas kata-kataku, membuatku mendengus kesal.

"Serah, sana lo pergi"

Aku memalingkan pandanganku lagi ke depan, acuh. Pasalnya aku tidak tahu kapan anak ini datang, tahu-tahu dia sudah duduk di sampingku dan motornya kehujanan.

"Gue ngikutin lo nih"

Kedua mataku sontak melebar mendengar kejujurannya.

"L-lo tuhㅡ!"

Aku sudah tak bisa berkata-kata lagi dengan Guanlin. Benar-benar...

"Kasian ya si bisu, kalo gitu gue gak jadi rebut lo dah dari dia" suaranya, sembari memandang hujan.

"Apa-apaan sih lo" suaraku memelan, masih dengan nada yang ketus.

"Gue udah tau kok tentang itu"

Kata-kata Guanlin menarik perhatianku, lantas aku menoleh. "Apa?"

"Tentang si bisuㅡ maksud gue Jaemin, tentang Jeno yang sakit-sakitan. Gue juga udah liat bekas jahitannya mereka"

Seketika aku menghela napas pendek, "Lo ini sasaeng apa gimana sih"

"Sasaeng apaan dah?"

"Semacam stalker? Fans fanatik"

"Tolol"

"Dih?!"

Anak laki-laki itu kembali menatap ke depan setelah mendengus geli, kulihat dia sedang memainkan kuku-kukunya. Menumpukan kedua lengannya diatas paha.

"Merinding gue liat perut Si Jaemin, selain banyak bekas jahitan, banyak luka juga, sampe gue gak tau yang mana yang jahitan"

Saat mengoreksi kalimat Guanlin, keningku berkerut. Semakin lama semakin dalam.

"Bentar, banyak lo bilang?"

Guanlin menaikkan kedua alisnya, "Iya, kenapa dah?"

"Satu doang deng" selaku.

"Lah ada di perut sama bawah dadanya kan?"

Aku semakin terkejut, "Eh gue liatnya satu doang kok?!" sungutku.

Guanlin menghela, "lo nggak liat nyampe atas kali, ada kok di sebelah sini" dia menunjuk bagian bawah dadanya di sebelah kanan.

"Demi?! Lo kapan sih liatnya?!"

"Waktu ganti baju olahraga, sebelum camping pokoknya" anak itu mencoba mengingat. "Lain kali coba lo minta liat lagi lebih jelas, kayanya emang kudu pake lup biar ketauan yang mana bekas jahitan yang mana cuma bekas luka"

Aku terdiam, memikirkan kalimat Guanlin barusan. Sepertinya memang benar bahwa aku hanya melihat perut Jaemin di bagian pusar saja, dan memang benar bahwa ada banyak sekali bekas luka disana. Tapi aku bisa menemukan bekas jahitan yang melintang itu dengan mudah karena sangat kentara.

"Kenapa bekas jahitan punya Jeno dan Jaemin beda?" gumamku.

"Jeno kan cuma nerima doang, lah si Jaemin ngasih"

"Hubungannya?"

"Ya mana gue tau, gue kan cuma nebak-nebak aja"

Aku mendecak, kemudian memukulnya "Mending diem aja lo"

"Lo kan nanya, masa gak gue jawab?" Guanlin mendengus.

"Eh tapi, kenapa bekas jahitan Jaemin bisa melintang gitu deh? Panjang banget lagi,"

Aku menyuruh Guanlin diam, tapi aku masih saja bertanya.

Maafkan remaja labil sepertiku.

"Kepleset kali tangan dokternya waktu lagi ngiris perut Jaemin" enteng Guanlin.

"Lo tuh gak bisa apa ya serius dikit?" geramku.

"Lah lo nanya ke gue, gue kan bukan wikipedia berjalan" dia melipat kedua tangannya, kemudian bersandar pada bangku.

"Gue curiga lo sebenernya spesies anjing yang bertransformasi"

"Gue jorokin ke jalan raya lo" balasnya, aku mencibir.

Katakan memang kata-kata Guanlin ada benarnya. Tapi tidak seperti itu juga, kan aku yang mendengarnya jadi kesal sendiri.

Dia bahkan juga tahu perihal donor organ Jeno - Jaemin. Aku curiga dia ini bukan orang biasa. Maksudku... Guanlin bukanlah sekedar orang asing ataupun teman sekolah. Dia terlalu banyak tahu.

"Lo dateng ke acara ulang tahun Saerom ga?"

Die tengah keheningan, Guanlin mendadak bertanya.

"Lah lo di undang?" tanyaku terkejut.

Dia merogoh sesuatu dari saku di balik jaketnya, kemudian mengeluarkan selembar kartu berwarna beige yang desainnya tampak elegan. Sungguh seperti undangan pernikahan saja.

"Gue dapet ini" katanya, dan benar memang ada nama Guanlin disana.

"Dapet darimana lo?"

"Noh, dari bapak-bapak yang jualan sosis di pinggir jalan" dia menunjuk kedai tenda yang menjual jajanan jalanan.

Aku menahan napas, sekaligus menahan kekesalan.

"Lagian lo gituan aja pake nanya, ya dari Saerom lah" sambungnya ketika menyadari ekspresiku.

"Ya, serah lo aja"

Akhirnya aku memilih untuk mengabaikan manusia satu ini. Menghadap ke depan dan memandang hujan yang mulai turun rintik-rintik. Sementara bus belum juga datang.

Aku rindu Jaemin setiap melihat Hujan, entah kenapa.

"Berangkat sama gue yok"

"Apaan sih?" aku mendengus.

"Ke pesta Saerom" kata Guanlin.

"Ga"

"Gue becanda dong kok" sahutnya.

Sekarang aku sedang menahan diri untuk tidak memukul Guanlin.

"Soalnya gue tau lo pasti nolak karena bakal berangkat sama si bisㅡ Jaemin. Ah elah gak enak banget manggil Jaemin, enakan manggil si bisu!" Guanlin mendadak gemas sendiri.

"Meninggal aja sana lo Guan!" aku berseru kesal. Dia sangat menguras emosiku.

"Lagian napa dah emang kalo gue manggil si bisu, anggep aja panggilan deket kan bisa"

"Bacot"

"Hujan dah terang nih, ayok"

"Apaan sih!"

"Makan bareng, gue traktir"

"Plis anjir gue mau pulang!" cebikku gemas.

"Yaudah gue anterin, buru"

Dia bahkan belum mendapatkan persetujuanku, tapi anak itu sudah menarik kerah belakang pakaianku dan menyeretku menuju motornya yang basah karena hujan.


-----oOo-----


"Kamu kan liburan, nggak mau main gitu?"

Aku menoleh ketika mendengar suara Kak Jaehyun. Dia sedang bermain playstation kesayangannya.

Aku tahu dia skripsinya sudah di acc oleh dosennya, tapi tidak begini juga. Dia yang bermain, tapi aku yang bosan.

"Bun!" panggilku pada bunda yang kebetulan baru saja keluar dari kamar.

"Kenapa dek?"

"Jual aja kek itu PS-nya kakak!" seruku gemas.

Kak Jaehyun melotot, "Yee enak aja situ kalo ngomong! Cuma ini tau barang yang di beliin ayah!!" sungutnya.

"Ya main boleh! Lah kakak 24/7 PS mulu! Kalo gak PS ya gitar! Keluar kek cari jodoh! Bentar lagi udah umurnya nikah!" balasku.

"Masih 22 woy! Jangan tua-tuain ya!"

"Ya emang tua! Gak mau ngaku!"

"Bun! Adek nih marahin dong!" dia menoleh kearah bunda sambil menunjukku.

Aku melotot, "Dih tukang ngadu! Bayi!"

"Tadi ngatain tua, sekarang bayi! Dasar labil! Pantes galau mulu!" Kak Jaehyun mencibir.

"Dasar kebo!"

"Kambing diem aja ya!"

"Kalian ini berisik banget astagaa! Ayah lagi kerja!"

Kami berdua diam seketika saat sosok ayahku yang jangkung dan tegap itu muncul di belakang bunda. Kemudian memandang aku dan Kak Jaehyun dengan tatapan serius. Dia marah.

Aku diam saja sambil meneguk ludah.

"Iya yah maaf" suara Kak Jaehyun.

"Nggak kakak nggak adek ngegas mulu bawaannya"

Aku diam lagi. Takut jika ayah sudah berubah tegas seperti ini.

"Iya yah maaf" Kak Jaehyun lagi-lagi copy-paste.

"Udah sana kalian jalan-jalan aja, belanja bareng gitu biar akur"

Hmm, padahal sebenarnya kita akur. Hanya saja yang tadi itu candaan. Benar bukan?

"Siap yah, uangnya dong?"

Aku yang memutar bola mata malas. Aku benar-benar malas untuk keluar rumah, belum lagi ini Kak Jaehyun pasti akan mengajakkuㅡ

"Dek beli susu yok yang banyak!" katanya girang setelah menerima uang dari ayah.

Tuh kan.

"Plis kak lo itu susu mulu ya!" seruku kesal.

"Dek" ayah menyahut.

Aku berdeham, kikuk. "Maksudku, susu mulu sih kak, kerenan dikit gitu, kopi kek"

Bunda hanya tertawa kecil melihat kami bertiga. Mungkin sebenarnya dia pusing memiliki anak seperti aku dan Kak Jaehyun, tapi dia mencoba untuk tetap tersenyum.

Ayah menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian berbalik sebelum berbicara pada bunda.

"Bun, ayah bikinin kopi ya" katanya. Bunda mengangguk, mengiyakan.

Setelah ayah hilang masuk ke kamarnya, aku baru bernapas lega. Pun bunda yang telah berjalan menuju dapur.

"Hih!!" geramku, menjejakkan kaki ke lantai, kemudian bergegas keluar ke pintu utama, dan Kak Jaehyun yang segera mengejarku setelah mematikan Playstation-nya.

"Kak Jungwoo mau kesini nih!"

"Kapan?" tanyaku, ketika dia menjajariku tiba-tiba.

Ngomong-ngomong kami jalan kaki.

"Abis ini, gimana?" dia menggulir layar ponselnya.

"Ya suruh aja langsung ke lokasi,"

"Yah jangan"

"Lah kenapa?" aku menoleh kearahnya.

"Kita kan mau kencan berdua" dia menaikturunkan alisnya sambil merangkul leherku erat.

"Ih lepasin bego sakit!!" seruku sembari memukul-mukul lengannya. Kakak sialan. Pikirannya kadang tidak waras.

Dia pun melepaskan tangannya sambil tertawa-tawa, kemudian mengusak rambutku gemas.

"Hehe, yuk ah beli susu dulu! Tiga kotak yang gede!"

Aku mendecak lagi, "Sumpah kak lo tuh susu mulu. Tiap lo beli susu gue yang malu tau gak!"

"Eh eh mulutnya" dia menampar pelan bibirku.

"Ya habis! Kalo gak bucin gitar, PS, ya susu!" dengusku.

"Ya kamu pikir otot-otot ini darimana? Ya minum susu!"

Kak Jaehyun mengangkat lengan kausnya, memperlihatkan bisep sekaligus otot-otot sepanjang tangannya.

Y-ya memang ku akui ototnya bagus, tapi...

"Ya serah"

Setidaknya dia minum susu di rumah saja, jangan berkeliaran di jalan sambil meminum susu kotak seperti anak-anak.

Sampai akhirnya kami berdua meneruskan perjalanan. Membeli jajan-jajan jalanan yang terlihat enak, lalu memakannya di depan minimarket setelah membeli makanan ringan dan susu yang banyak. Seperti keinginan Kak Jaehyun.

Oh ngomong-ngomong ada Kak Jungwoo juga, akhirnya tadi Kak Jaehyun menyuruhnya untuk menyusul ke minimarket karena kami pun sepertinya akan lama disini.

Kak Jungwoo tidak sendiri, dia bersama pacarnya, Kak Seola.

Mereka pasangan serasi.

Pada akhirnya pun kami berempat pesta makanan ringan di depan minimarket. Bercerita banyak hal sampai kedua anak laki-laki itu terpingkal-pingkal sampai membuatku dan Kak Seola malu pada pejalan kaki yang lewat maupun orang-orang yang berada di sekitaran sana.

Kak Jungwoo itu 11-12 dengan Kak Jaehyun.

"Dek coba kamu tanya aja sama Kak Jungwoo."

"Apa?" Kak Jungwoo yang sedang mengemili kuaci, langsung menyahut.

"Tentang temennya yang katanya transplantasi hati sama ginjal, lo kan anak kedokteran kak" jawab Kak Jaehyun.

Aku terdiam. Rasanya sesak sekali setiap membahas perihal operasi Jaemin - Jeno itu.

"Kenapa emang?" tanya Kak Jungwoo lagi.

"Kakak aja yang nanya nih?" Kak Jaehyun memandangku yang tak kunjung menjawab dan berubah murung.

Aku pun mengangguk sekali. Kak Jaehyun menarik napas panjang.

"Kenapa sih? Kayanya serius" sahut kakak sepupuku tersebut.

"Gini kak" Kak Jaehyun mulai bersuara, "jadi ada temennya Jeha, dia ini donorin satu ginjalnya ke saudaranya,"

"Terus?"

"Gak cuma itu, dia juga donorin sebagian hatinya"

"Secara bersamaan?!" Kak Jungwoo terkejut.

Kak Jaehyun terlihat berpikir, "Em, kurang tau sih. Gimana dek?" dia menoleh kearahku kemudian.

"Nggak tau juga jelasnya" jawabku lesu.

"Terus pertanyaannya?" tanya Kak Jungwoo lagi.

"Dia operasi waktu usia 13 tahun, gimana tuh?" jawab kakakku.

"Hah?!! Seriusan lo?!"

Entah, tapi Kak Jungwoo benar-benar sangat terkejut saat mendengar penuturan Kak Jaehyun. Dia bahkan nyaris terlonjak dari kursinya dan membuat kami semua ikut terkejut.

Aku tidak tahu menahu tentang hal kedokteran seperti itu, selain sumber dari internet yang bahkan tak gamblang.

"Gak mungkin kan ya?" ujar Kak Jaehyun pelan.

"Gila ya dilarang lah! Usia di perbolehkan operasi donor itu sekitar 18-19 tahun! Gila itu serius?! Operasinya ilegal dong woy?! Terus sekarang anaknya gimana?" Kak Jungwoo malah panik sendiri, dan semua kata-katanya membuatku semakin ketakutan.

"Y-ya... sejauh yang gue liat sih anaknya baik-baik aja," Kak Jaehyun melirikku.

"Keajaiban sih sumpah kalo pendonornya beneran baik-baik aja, resiko transplantasi di tambah ginjal itu gede" jelas kakak sepupuku.

"Emang dokter yang ngoperasi siapa? Kok dia dapet lisensi?"

Kak Seola yang sejak tadi mendengarkan, pun bersuara.

"Nah ini" Kak Jungwoo menjentikkan jarinya.

Aku dan Kak Jaehyun saling pandang. Kemudian, kami berdua menggeleng.

Melihat respon kami, Kak Jungwoo menghela napas, kemudian dia bersuara.

"Kemungkinan gue, itu emang operasi ilegal dan prosesnya pasti di luar negeri"

Aku terdiam beberapa saat, memikirkan segala kemungkinan yang ada. Setelah lelah berteori tentang hubungan Jaemin dengan keluarga Lee, sekarang harus berteori tentang operasi Jeno - Jaemin.

Jika memang Om Donghae benar-benar melakukan ituㅡ

"Money can talk, Money can do everything"

"Dunia itu nggak selamanya normal"


-----oOo-----


Hari ini adalah hari ulang tahun Saerom. Aku sudah siap untuk berangkat dan sedang menunggu Jaemin datang menjemputku.

Ngomong-ngomong dia kesini naik sepeda katanya, lalu Kak Jaehyun akan mengantar kami berdua dengan mobil. Mauku menjemputnya, tapi aku baru ingat, dia...

Satu rumah dengan Jeno.

Tapi coba tebak apa yang terjadi?

Gosh, sekarang aku sedang berada di dalam mobil dengan 4 orang laki-laki yang tak kutahu datang darimana. Demi Tuhan aku kesal setengah mati sekarang.

Kakakku melotot ketika 4 anak laki-laki itu menjemputku dalam satu mobil, dia nyaris saja melarangku keras-keras untuk berangkat jika saja Mark Lee tidak ada disana.

Benar, Mark itu kepercayaan Kak Jaehyun sekali.

Tebak siapa empat anak laki-laki termasuk Mark itu.

Aku duduk di jok belakang, dengan Jaemin di sebelah kananku, dan Demi Tuhan, Guanlin di sebelah kiriku. Xiaojun yang menyetir, dan Mark ada di kursi samping kemudi.

"Kalian kenapa sih?!" sewotku yang sudah menekuk wajah sejak tadi. "Kamu juga Na ngapain sih ikut mereka?!" aku memukul lengan Jaemin.

Anak itu menghela, merasa bersalah. "Mereka tiba-tiba menjemputku ke rumah"

Aku mendengus tidak menyangka, "Woy gila ya lo semua?!"

"Aku sih ngikut aja" sahut Xiaojun sembari masih tenang menyetir.

"Me too, I need tumpangan cause my car lagi masuk servis" Mark menambahi.

Aku pun melirik kearah kiriku, menatap satu-satunya oknum tersangka yang kini sedang bersandar di bantalan kursi sambil memejamkan matanya.

"Gausah liatin gue kaya gitu" katanya tiba-tiba.

"Lo tuh kurang kerjaan banget ya emang! Berangkat sendiri kek pake motor!" sungutku.

"Ban motor pecah" jawabnya enteng tanpa membuka mata.

"Lah you tadi kan pergi ke rumah ketos naik motor, katanya just too lazy?" Mark menoleh ke belakang.

"Bule bacot mulu ya lo" Guanlin mendecak.

Mark langsung terdiam, kemudian membalikkan badannya menghadap ke depan. Xiaojun tertawa renyah.

"Ga ngerti lagi gue sama lo" desisku.

"Jangan bertengkar terus kalian"

Gerakan tangan Jaemin menyita perhatianku.

"Ya gimana orang dia nyebelin!"

"Ya sudah, diam saja jangan di ladeni"

"Kok gitu?!"

"Nanti kamu bisa suka dia, orang bilang benci bisa berubah jadi cinta, aku tidak mau"

Satu hal lagi yang membuat kepalaku pening.

Na Jaemin.

Kuharap mobil Xiaojun segera sampai di lokasi acara ulang tahun Saerom.

.
.

Astaga aku baru tau Lee Saerom sekaya ini. Ballroom tempat pesta ulang tahunnya sangat mewah, benar-benar seperti acara pernikahan. Ini baru ulang tahun, bagaimana jika dia nanti menikah?

Mungkin dia akan mengundang Mantan Presiden AS Barrack Obama sebagai MC pernikahannya.

Maaf, bercanda.

Aku langsung berkumpul dengan Yuqi dan Herin yang sudah sampai lebih dulu, ada Lucas juga disana. Jangan tanya Jeno, dia bukan urusanku.

Ngomong-ngomong sejak datang tadi Jaemin terus saja mengekor di belakangku sambil tercengang menatap setiap sudut dan setiap inci kemegahan dalam ballroom itu.

Ngomong-ngomong lagi, Jaemin tampan sekali malam itu. Dia menggunakan jeans dan kemeja hitam-hitam, di rangkap suit sederhana berwarna biru dongker. Rambutnya ditata keatas, memamerkan dahinya.

Tadi di mobil mana fokus aku pada penampilannya. Gosh, dia tampan sekali. Tidak seperti Na Jaemin si anak polos yang ku kenal.

Semuanya menggunakan pakaian semi formal. Kebanyakan menggunakan suit simple dan dress. Aku sendiri menggunakan dress yang kembar dengan Yuqi dan Herin, kami janjian membelinya saat 4 hari sebelumnya. Dress dengan model yang sama.

"Eh disini kalian ternyata"

Itu Mark, dia datang menghampiri kami berempat. Aku sengaja melirik Herin kemudian, tapi...

Kenapa dia terlihat biasa saja?

"Udah nyamper Saerom belom?" tanya anak laki-laki itu.

"Udah gue sama Herin" jawab Yuqi.

"Lo belom ya Jung?" Mark bertanya padaku.

Aku mengangguk.

"Yaudah gih, mumpung MC-nya belom dateng" dia mengedikkan dagu.

"Lo udah?" tanyaku.

"Udah sama Guanlin sama Xiaojun juga, kalian berdua gak ikutan sih, malah ngacir aja" dia mengambil gelas sampanye yang terisi air berwarna kuning yang ku yakini jus jeruk di atas meja.

"Yaudah gue sama Jaemin kesana dulu ya"

"Iya, kita tunggu sini" Herin tersenyum mengangguk.

"Ayo Na"

Jaemin mengangguk, dia berjalan di sampingku kemudian. Sungguh demi apapun Jaemin terlihat sangat berbeda hari ini. Tubuhnya yang sangat tinggi itu terlihat seperti tiang ketika dalam pencahayaan terang seperti ini. Kakinya bahkan terlihat begitu jenjang.

Sebentar, jantungku bisa tidak sehat.

Aku baru sadar kami sudah sampai di tempat Saerom. Dia terlihat sangat cantik demi apapun. Rambutnya yang lebih pendek dariku itu terlihat sungguh menawan.

Hhh, tiba-tiba aku merasa bagai upik abu.

"Selamat malam, makasih ya udah datang"

Aku terkejut setengah mati, ah tidak, tidak hanya aku, bahkan Jaemin juga melotot terkejut.

Saerom baru saja menyapa kami dengan bahasa isyarat.

"Kamu bisa bahasa isyarat?!" pekikku tertahan.

Gadis cantik itu tertawa kecil, sangat anggun. "Iya aku bisa, nggak terlalu pandai tapi" ramahnya.

"Wah hebat" Jaemin tersenyum lebar, kemudian bertepuk tangan kecil.

Aku meliriknya. Apa-apaan itu? Kenapa dia memuji Saerom dengan mudahnya sementara aku yang setiap hari berkomunikasi bahasa isyarat dengannya tidak di puji juga?

Kira-kira beginilah ekspresiku saat itu 😒

"Kalian dateng bareng siapa?" tanya Saerom.

"Bareng ketos dkk" jawabku.

"Selamat ulang tahun ya, semoga kamu sehat selalu dan selalu sukses ke depannya" Jaemin tersenyum hangat, dia mengulurkan tangannya kearah Saerom.

"Terima kasih Jaemin" Saerom tersenyum tak kalah manis sembari menjabat tangan Jaemin.

Aku hanya diam dan melihat mereka berdua yang seperti putri raja dan pangeran mahkota.

Deja vu.

"Lama yah nggak ketemu" ujar Saerom.

Aku mendelik tidak menyangka. Apanya yang lama tidak bertemu?! Mereka kan satu kelas?!

"Kapan-kapan boleh ya minta di ajarin bahasa isyarat" gadis itu tersenyum lagi.

Hei apa-apaan?! Aku saja tidak pernah di ajari Jaemin!

Ngomong-ngomong jabatan tangan mereka belum terlepas sama sekali, sementara Saerom asyik berceloteh dan mereka saling menatap sambil tersenyum.

Sialan!

"Eh, gantian dong Na salamannya, kan aku mau salaman juga sama Saerom"

Aku tertawa kecil, melepaskan jabatan tangan keduanya dan menggenggam tangan Saerom untuk bersalaman.

Gadis itu hanya tersenyum kecil dan tertawa dengan... canggung?

Sementara Jaemin terlihat kebingungan.

"Ngomong-ngomong cantik banget sih kamu, kaya mempelai wanita deh, mempelai prianya mana nih?" godaku, mengalihkan pembicaraan.

"Duh boro-boro mempelai pria, pacar aja belum, iyakan Jaemin?"

Kenapa dia malah bertanya ke Jaemin coba?!

Sedangkan si anak polos itu hanya tersenyum hingga deretan giginya terlihat.

Aku mendengus samar.

"Nih kadonya, selamat ya Saerom" ujarku, agak malas-malasan sambil memberikan paper bag kecil yang isinya hadiah. Aku sungguh tidak tahu apa isi hadiahnya karena bunda yang membungkuskan untukku.

"Wah makasih banyak ya Jung Jeha yang cantik" dia menerima pemberianku sambil tersenyum tulus.

Tak berapa lama kemudian, Jaemin mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak kecil beludru berwarna biru dongker.

Sebentar! Kotaknya ambigu sekali!

"Untuk kamu, maaf aku hanya bisa memberikan barang murah"

"Duh makasih banyak ya Jaemin, nggak apa-apa! Kamu nggak bawa apa-apa pun nggak masalah kok" dia terlihat sangat bahagia sekali menerima hadiah dari Jaemin.

Dan saat Saerom membukanya, kedua mataku seolah ingin lepas dari tempatnya. Demi Tuhan.

"Astaga cantik banget Jaemin!"

What the hell, itu kalung berwarna silver. Kalung dengan bandul inisial 'S' yang di hiasi 3 diamond diatasnya.

Aku tidak peduli apakah kalung itu imitasi atau asli, yang jelas kalungnya indah sekali sial!!! Hei! Itu benar-benar indah sekali Ya Tuhan!!

Apa coba maksud Jaemin memberikan hadiah seperti itu pada Saerom?!

"Aku bingung mau memberikan kamu apa, tapi itu murah sekali, maaf ya"

Saerom tertawa kecil dengan anggun, "Ih nggak apa-apa beneran! Aku suka banget astagaaa, cantik banget" dia tidak berhenti memandangi kalung pemberian Jaemin itu.

"Syukurlah jika kamu suka"

"Mau bantu makein nggak? Aku pengen make nih"

Untuk yang kesekian kali aku terkejut. Melotot kaget mendengar permintaan bendahara kelasku itu.

"Tapi kalung kamu sudah sangat cantik, kenapa di lepas?" tanya Jaemin dengan polosnya.

Jika ada Kak Jaehyun, dia pasti sudah mengolokku dengan kata "nging nging" favoritnya.

"Keramean nih, mau ganti yang dari kamu aja, bagus, simpel"

Oke, sekarang aku sedang ingin meledak. Tapi tidak mungkin aku meledak di pesta orang. Bisa-bisa mempermalukan diriku sendiri.

Dan sialnya lagiㅡ

JAEMIN MALAH MENURUTINYA!

Oke, aku sudah tak habis pikir. Sekarang aku tidak mampu lagi melihat Jaemin yang mengambil kalung di leher Saerom dan membantunya melepaskan kalung mewah tersebut.

Pada akhirnya, yang ku lakukan adalah pergi dari sana. Pergi sambil menahan kekesalan dan cemburu yang mendarah daging.

Jaemin sialan!

Jaemin bodoh!

Jaemin sinting!

Dasar laki-laki tidak peka!

Dasar laki-laki lugu!

Aku berjalan dengan berdentum-dentum. Ingin pergi ke toilet untuk menangis. Tidak lucu sekali jika menangis disini!

Tapi sampai di tengah-tengah ballroom, seseorang mencegat langkahku. Dia berhenti dengan mendadak di depanku hingga membuatku nyaris menabraknya.

Lai Guanlin.

Si tukang gabut.

"Minggir" tekanku.

Guanlin mana mungkin menuruti perkataanku, dia melipat kedua tangannya, kemudian merendahkan wajahnya untuk menatapku, lalu melirik ke belakangku. Kearah Jaemin dan Saerom.

"Ada yang kebakar api cemburu rupanya" dia menegakkan badannya, lalu tertawa kecil.

"Berisik!"

Aku berjalan kearah kanan, tapi anak itu menghalangiku. Kemudian berjalan kearah kiri, dan Guanlin melakukan hal yang sama.

"Minggir bangsat" suaraku rendah.

"Ett ngegas mbaknya, awas ntar makeup lo luntur"

"Apa hubungannya sih!" seruku kesal.

"Ya nggak ada, mereka bukan siapa-siapa, apanya yang berhubungan?"

Aku angkat tangan dengan Lai Guanlin.

"Si Saerom suka cowok lo kayanya"

Guanlin sebenarnya sedang memanas-manasiku atau bagaimana?!

"Ngomong lagi gue siram jus lo" geramku.

"Udah sih, makan bareng yok dah, waktu itu lo nolak gue ajakin. Sekarang mumpung gratis sokin ae"

Tolong siapapun jauhkan Guanlin dariku, aku benar-benar sedang tidak mood.

"Lo lama amat sih?"

Aku sangat berterima kasih pada Yuqi dan Herin yang mendadak datang menghampiriku dan juga Guanlin.

"Lah lo ngapain disini?" tanya Yuqi ketika melihat Guanlin.

"Mau ngepel lantai" enteng Guanlin.

"Dih?"

"Ya menghadiri undangan lah, gue kan di undang, blo'on" Guanlin memutar bola mata.

Buk!!

"Lemes amat itu mulut" sergah Yuqi setelah memukul lengan Guanlin dengan keras, membuat anak laki-laki itu mendesis sambil memegangi tangannya.

"Eh itu kan Jeno? Sama siapa? Kayanya bukan Yiyang?"

Kami bertiga sontak menoleh ketika mendengar suara Herin yang tiba-tiba. Menoleh kearah pandangan Herin.

Uh... Itu memang Jeno, dia terlihat sedang bersama seorang gadis, dan mereka terlihat sangat... dekat?

Jeno bahkan merangkul bahunya dan mereka mengobrol sambil tertawa kecil. Terlihat dunia bagai milik berdua.

Itu bukan Yiyang. Rambut gadis itu pendek.

"Baek Jiheon bukan sih?" tebak Yuqi.

"Iya, temen sekelas gue" sahut Guanlin. "Dia sama Yiyang dah putus?"

"Lah nggak tau?"

"Kayanya belum" sahutku.

Yuqi membuang napas tidak menyangka kemudian.

"Oh my god, he's a really bad boy" katanya.

Yah, dan begitulah nasibku yang sedang patah hati. Kami berempat menggosip seru tentang Jeno dan kelakuannya yang playboy itu. Aku tidak tahu dimana Lucas yang sebelumnya bersama Yuqi, dia terlihat tidak peduli pacarnya menghilang.

Ekspektasiku yang akan menghadiri undangan dengan Jaemin dan bersama sepanjang acara musnah sudah. Dia baru mencariku ketika acara di mulai, dan sebisa mungkin aku menghindarinya.

Aku menghabiskan banyak waktu dengan Yuqi dan Herin tentunya, makan bersama Mark, Xiaojun, dan sialnya Guanlin yang sejak awal sudah mengekoriku.

Satu-satunya tamu undangan yang datang dengan pakaian sekenanya. Jeans longgar light blue, kaus hitam, dan bomber abu-abu. Memang berandal.

Setiap Jaemin mendekatiku, aku selalu menjauh, sampai Yuqi dan Herin menanyaiku dan aku tidak menjawabnya.

Jaemin panik sendiri. Dia mengekoriku kemanapun aku pergi walaupun aku tidak menggubrisnya sama sekali.

Acara ulang tahun itu berjalan lancar, tapi tidak denganku...

Terus seperti itu, Jaemin.

Bahkan hingga pulang pun...

"Gue gak bareng kalian, gue di jemput Kak Jaehyun" kataku pada Xiaojun dan anak-anak laki-laki yang tadi.

"Lah?" Mark membalikkan badannya, Jaemin berhenti di belakangku.

"Udah buruan pulang"

Guanlin berdiri di samping mobil, kemudian menatapku. "Buru masuk"

"Gue pulang sendiri sialan" geramku. Rasanya aku bisa saja marah jika anak-anak ini terus memaksaku.

"Yaudah kita gak maksa, jangan ngegas dong, ntar ugly gimana?" suara Mark.

Aku diam saja, tidak mau menanggapi.

"Yaudah ayo Jaemin" ajak Xiaojun.

Sementara itu, Jaemin menggeleng kukuh.

"Lah why? You won't go home?" tanya Mark.

Guanlin memerhatikan dari pintu mobil satunya sambil menumpu dagunya diatas atap mobil.

Anak itu mengibas-ngibaskan tangannya, menyuruh mereka segera pulang tanpanya.

"Serius gak ikut?" tanya Xiaojun.

Jaemin menggeleng, kemudian menunjukku.

"Apa sih kamu pulang aja sana sama yang lain! Aku sama Kak Jaehyun aja!" sergahku.

Jaemin menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Kok ngeyel?! Sana pulang!"

Dia menggeleng lagi, kemudian meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Aku terkejut.

"Ih lepasin gak?!" aku mengibaskan tangan, tapi Jaemin sama sekali tidak mau melepaskan tangannya.

Dia malah menggenggamku semakin erat.

"Na Jaemin lepasin!!" seruku.

Tapi percuma, tenaga anak ini kuat sekali.

Sejurus kemudian, Guanlin membuang napas malas sementara Xiaojun dan Mark tercengang melihat kami berdua.

"Dah Jun ayo pulang aja, males liat FTV gak jelas" kemudian, dia masuk ke dalam mobil.

"Emm, yaudah kita duluan" Ujar Xiaojun.

"Be careful you berdua" sambung Mark, kemudian mereka semua masuk ke dalam mobil Xiaojun.

"Jaemin lepasin gak?! Buruan sana mereka mau pergi!" seruku.

Tapi anak itu hanya terus menggeleng kuat.

Sampai aku lelah memberontak, dan mobil Xiaojun juga telah berjalan menjauh meninggalkan pelataran hotel yang penuh mobil tersebut.

Aku menghela napas panjang, pasrah.

"Mau kamu apa sih?" tanyak kemudian.

Jaemin pun melepaskan tangannya, "Harusnya aku yang bertanya begitu!"

Aku melotot, "lah kok?!"

"Kamu kenapa tiba-tiba menjauhi aku? Kenapa malah makan-makan bersama Guanlin? Kenapa kamu tidak menghiraukan aku?"

Aku mendengus sebal, "kenapa emang?"

"Asal kamu tahu aku cemburu melihat kamu dekat dengan Guanlin"

Demi alam semesta, padahal aku dan si berandal sekolah itu tidak melakukan apapun. Mengobrol jarang, bahkan tersenyum padanya aku tidak.

Berbeda dengan Jaemin!

"Oh, cemburu?" aku melipat kedua tangan.

"Iya! Aku tidak suka!"

"Terus?"

"Kamu pasti sudah suka dengan Guanlin!"

Aku speechless.

"Sudah ku bilang jangan membenci orang terlalu dalam, kamu bisa menyukainya. Lihat kamu sekarang menyukai Lai Guanlin!"

Sekarang aku yang kebingungan harus menanggapinya seperti apa.

Aku diam dengan bibir terbuka sambil memandang Jaemin tanpa berkedip.

"Jadi kenapa kamu menjauhi aku!"

Aku menghela napas sepanjang mungkin.

"Nggak peka banget sih!!" pekikku kesal.

Jaemin sempat terkejut karena teriakanku.

"Kamu tuh deket banget sama Saerom tau gak?! Tadi kamu bahkan sampe lupain aku gara-gara keasyikan ngobrol sama dia!"

Jaemin mengusap wajahnya.

"Astaga, apakah kamu sedang cemburu?"

Aku menghela napas tidak menyangka, "Nggak! nggak cemburu tapi jealous!"

Lama-lama hatiku gatal juga mengobrol dengan Na Jaemin. Aku tahu dia polos, tapi arghㅡ!

"Kenapa kamu harus cemburu?"

"Kenapa juga kamu harus cemburu?"

"Aku suka kamu! Karena itu aku cemburu!"

"Ya aku juga suka kamu! Makanya aku juga cemburu!" Seruku kesal.

Namun sadar dengan apa yang ku katakan, kami berdua pun terdiam. Saling memandang dengan canggung.

Suasana hening, sampai Jaemin kembali menggerakkan tangannya.

"Jangan cemburu lagi"

"Kenapa nggak boleh?!" ketusku.

"Karena aku sudah memilih kamu"

"Apaan sih memilih?!"

"Memilih, kamu, satu-satunya"

"Milih gimana?!"

"Aku sudah memilih kamu sebagai teman hidupku, sebagai istri kelak"










To be continued....

.
.
.

Habis yiyang, terbitlah saerom
:))

Thanks for reading ! ♡

Sampai jumpa hari senin ^^

Maaf jika ada typo ! ♡

Continue Reading

You'll Also Like

3.5K 106 6
Andai saja, hari itu aku larang kamu pergi sendiri, ini semua tak akan terjadi. Maafkan aku, ini salahku..
1.6M 72.5K 14
PART TIDAK LENGKAP. [Sudah dibukukan - Tersedia di Gramedia] Peristiwa yang menghancurkan seluruh kota dalam waktu singkat. 7 raga paling menyedihkan...
DANUR By Radnock

Mystery / Thriller

72.3K 1.3K 16
Highest Rangking #10 on Danur *** Ketika kutukan yang telah lama terkubur kembali dibangkitkan bersama dendam dan kebencian.
1.3K 1K 9
FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA! ! "Segemerlap nya malam jika itu bersama abang, Darya tidak akan pernah merasakan takut bang,abang tau karena...