BARA [TELAH TERBIT]

Por Natalia_Tan

5.3M 114K 8.9K

[Beberapa Part sudah dihapus untuk penerbitan. Telah Tersedia di toko buku Gramedia seluruh Indonesia] 'Senyu... Más

B A R A
L U N A
Bara | 01
Bara | 02
Bara | 03
Bara | 04
· Meet the Cast ·
Bara | 09
Bara | 11
Bara | 12
Bara | 14
Bara | 17
Bara | 50
Bara | 51
ADA APA NIH?
VOTE BONUS PO
PRE ORDER BARA TEMPAT 1
PRE ORDER BARA TBO
Bantu aku yuk guys

Bara | 23

101K 6.7K 357
Por Natalia_Tan

Jangan lupa ninggalin jejak tercinta 💕

***

BARA memasuki ruangan Kepala Sekolah dengan amarah yang masih tampak jelas pada dirinya. Tatapan cowok itu garang, ia hanya diam menunggu Kepala Sekolah berbicara.

"Tawuran lagi?" tanya Bapak Kepala Sekolah dengan nada tidak senang. Bara sendiri hanya diam, tidak berniat menjawab pertanyaan itu.

"Mau sampai kapan kamu sama geng kamu tawuran mulu? Mau jadi penerusnya Tommy, ya, di sekolah ini?"

"Kalau iya emang kenapa?" Bara akhirnya bersuara.

"Saya nggak tahu lagi gimana caranya ngubah sifat kamu yang keras itu jadi sedikit melunak. Selama kamu bersekolah di sini, saya lihat sepertinya jiwa kamu bukan jiwa seorang manusia, melainkan jiwa seekor singa. Sukanya mengaum.

"Kalau memang kamu maunya seperti Tommy yang akhirnya dikeluarkan dari sekolah ini, mau jadi apa kamu nantinya? Saya nggak habis pikir aja masa depan kamu bagaimana kalau kamu seperti ini terus."

"Nggak usah repot-repot mikirin masa depan saya, Pak. Masa depan Bapak aja belum tentu cerah." Bara terus membalik ucapan Kepala Sekolah.

Pak Kepala Sekolah tampak duduk bersandar pada kursinya sambil mengelus dada pelan. Sabar.

"Sekarang ngapain saya disuruh kemari? Saya masih ada urusan."

"Saya mau kamu secepatnya bubarkan geng Fatal dari sekolah ini."

Raut wajah Bara tampak terkejut saat ini. Tidak menyangka dengan ucapan Bapak Kepala Sekolah kepadanya. Bara bahkan tidak tahu apakah itu sebuah perintah atau sebuah ancaman.

"Maaf, Pak. Yang berhak membubarkan Fatal adalah saya, bukan Anda."

"Jadi kamu membantah?!"

"Iya! Saya membantah!"

Kepala Sekolah beranjak dari kursinya dan mendekati Bara. "Dengar, ya, Bara Elang Nugroho. Kalau kamu sama geng kamu terus-terusan seperti ini, sekolah kita pelan-pelan akan hancur. Sudah cukup tawuran setengah tahun yang lalu yang kalian ciptakan di sekolah ini. Sampai masuk koran, benar-benar buruk. Ini sekolah favorit, sekolah ternama, langganan juara Olimpiade seprovinsi. Tolong jangan kamu ubah jadi sekolah langganan tawuran!"

Rahang Bara menegas, tatapannya menajam. "Sudah cukup saya tahan selama setengah tahun saat Anda mengeluarkan Tommy yang tidak bersalah dari sekolah ini. Untuk kali ini saya nggak akan takut dengan apapun ancaman Bapak, karena jika Bapak mencela Fatal itu tandanya Bapak menantang kami."

"Saya peringatkan, jangan sampai ketidakpedulian kamu akan ucapan saya menjadi hal yang berbahaya untuk temen-temen kamu. Kamu sudah boleh keluar."

Bara benar-benar kesal dengan pria paruh baya itu hingga ia menendang salah satu kursi yang ada di dekatnya lalu bergegas keluar dari ruangan tersebut tanpa berkata apapun.

Kakinya melangkah cepat ke arah pinggir lapangan. Banyak pasang mata yang tengah melihatnya saat ini, tak terkecuali dengan Luna Dealova.

"Apa kata Kepsek, Bar?" tanya Ghani panik.

"Lo nggak dikeluarin dari sekolah, kan, Bar?" tanya Rendi ikutan panik.

"Semuanya langsung pulang, istirahat." Bara hanya mengatakan sesuatu yang bukan diharapkan oleh teman-temannya. Cowok itu mengenakan helmnya dengan cepat lalu menaiki motornya dan melajukannya melewati gerbang dengan deruman keras.

***

Di markas Fatal, Bara terus meninju samsak yang sudah setengah jam ia tatap dengan tajam. Kesal, marah, bingung. Semua itu Bara rasakan dalam dirinya sekarang. Entah mengapa perkataan Kepala Sekolah kepadanya menjadi sesuatu yang terus menganggu pikirannya.

"Haargh! Brengsek!"

Bara meninju kuat samsak itu lalu mengatur napasnya. Tampak pintu ruangan latihan bela diri terbuka, menampakkan seorang pria pruh baya memasuki ruangan dengan sebotol air mineral di tangannya.

"Kumur dulu," ucap Jevan sembari menyodorkan botol minuman itu ke Bara.

"Thank's, Uncle." Bara menerimanya lalu berkumur di wastafel. Setelahnya, ia menyeka keringatnya dengan handuk kecil.

"Ada masalah apa sampai kamu kemari langsung ke ruangan tinju?" tanya Jevan, pamannya yang memiliki rumah mewah tempat latihan bela diri juga menjadi markas geng Fatal.

"Nothing."

"Anak muda terlalu sering menyimpan masalah mereka sendiri tanpa ingin menceritakannya pada orang terdekat sekalipun. Padahal, bisa saja kamu menemukan jawaban yang tidak kamu duga dari orang itu."

Bara menatap pamannya. Ia berbaring di lantai dan menatap langit-langit ruangan. "Kepsek nyuruh aku bubarin Fatal, padahal yang bisa bubarin Fatal cuma ketuanya."

"Lalu apa tindakan kamu terhadap masalah ini?"

"Bingung."

"Kalau begitu, apa yang ada di pikiranmu saat ini untuk mempertahankan Fatal?" tanya lagi Jevan.

"Sampai kapanpun, aku nggak akan pernah ngelepasin ataupun menghancurkan apa yang berarti bagi aku. Sebisa mungkin aku bakal lindungi Fatal juga mereka yang ada di dalamnya. Nggak semudah itu mereka retakin Fatal."

Jevan tersenyum mendengar ucapan keponakannya itu. "Itu jawaban atas masalah kamu, Bara. Kenapa harus bingung kalau benak kamu sendiri sudah menjawabnya sejak awal?"

Bara bangkit berdiri. "Makasih, Uncle. Bara pulang dulu."

Jevan mengangguk pelan dan berbaring di lantai sambil tersenyum lebar. "Dia mirip sekali dengan kamu, Barga. Anak kamu sudah sekuat dirimu."


***


Dua hari kemudian.

Bara dan kawan-kawannya tengah memasuki sebuah ruangan dengan penerangan yang minim. Mereka diundang di acara ulang tahun Vera. Jangan heran mengapa Bara mau hadir di acara ulang tahun gadis yang ia benci, tentu saja itu semua karena ia akan tampil membawa sebuah lagu bersama teman-temannya.

Kalau boleh jujur, Bara malas sekali untuk menyanyi di acara itu kalau bukan karena sebuah paksaan dari teman-temannya.

Penampilan cowok itu keren malam ini. Kaos polos hitam dipadukan dengan jaket Jeans, ripped jeans hitam, juga sneakers putih. Rambut yang tampak acak tetap tidak mengurangi pesona tampannya.

"Bara~" Vera datang dengan suara manja sambil memeluk lengan kiri Bara. Buru-buru cowok itu melepaskan tangan Vera dari tangannya dengan pelan.

"Makasih, ya, udah dateng. Bentar lagi kamu tampil, aku udah nggak sabar denger kamu nyanyi."

Bara tidak menyahut omongan Vera dan memilih untuk memberikan senyumannya sebagai tanggapan. Seorang MC tengah memanggil Bara dan kawan-kawannya untuk segera naik ke atas panggung dan membawakan sebuah lagu yang sudah dipersiapkan.

Bara mengecek mic-nya, dan suara beratnya membuat para gadis-gadis yang ada di ruangan itu berteriak histeris.

"Terima kasih sudah mengundang kami untuk hadir di acara ulang tahun Vera. Terima kasih juga kami sudah diberi kesempatan untuk membawakan sebuah lagu pada malam ini. Semoga kalian menyukainya." Bara berujar lalu memetik gitarnya.

Tak'kan pernah terlintas
'Tuk tinggalkan kamu
Jauh dariku, kasihku

Kar'na aku milikmu
Kamu milikku
Separuh nyawaku
Hidup bersamamu

Lagu dari Jaz一Teman Bahagia menjadi lagu yang dibawakan oleh Bara dan teman-temannya. Semuanya mendengarkan dengan tenang dan terkagum dengan suara Bara yang mampu menghidupkan suasana romantis.

Vera melihat penampilan Bara dengan kekaguman yang tak dapat dikatakan. Bara sendiri hanya melihat tamu undangan itu dengan tatapan biasa saja, namun saat matanya beralih ke arah pintu, pandangannya menjadi terus ke arah tersebut tanpa mengalihkannya sedikitpun.

Cosplay boneka lucu yang tampak gede di dekat pintu membuat Bara kasihan. Sedari tadi ia perhatikan tugas cosplayer itu hanya berdiri dan menurut saat diajak berfoto, bahkan melakukan beberapa gerakan aneh yang lucu untuk menghibur para tamu undangan.

Bara memutuskan untuk mengalihkan pandangannya pada tamu undangan di depannya, hingga setelah selesai bernyanyi, Bara tidak menemukan ada cosplayer itu lagi di dalam ruangan. Tepukan tangan yang ramai tidak Bara hiraukan dan ia bergegas turun dari panggung bersama teman-temannya.

"Gue ke toilet bentar," ucap Bara yang diiyakan oleh mereka.

Cowok itu melangkah ke toilet terdekat di luar ruangan lalu mencuci tangannya di wastafel. Setelahnya ia keluar dari toilet dan tidak sengaja melihat sesuatu yang mampu membuatnya terkejut.

Seorang gadis dengan pakaian cosplay-nya tengah membawa bagian kepala boneka yang tampak besar. Gadis itu tampak menyeka keringatnya dan berwaspada melihat sekitar, seperti takut akan ketahuan siapapun yang ada di sana. Penampilannya begitu tidak rapi, wajahnya juga tampak lelah.

Bara memutuskan untuk bersembunyi saat Luna memakai kembali kepala boneka itu di kepalanya. Saat Luna sudah memasuki ruangan acara kembali, barulah Bara ikut memasuki ruangan itu.

"Nah, saatnya acara yang bisa membuat kita tertawa pada malam hari ini. Kalian lihat di dekat pintu ada cosplayer yang lucu banget. Dipersilakan untuk naik ke atas panggung." Vera berujar di atas panggung dan Luna terkejut dengan ucapan Vera.

Sejujurnya, Luna bingung apa yang harus dilakukannya saat ini. Menghibur orang-orang yang ada di ruangan benar-benar membuatnya nervous. Gerakan apa yang harus ia lakukan agar para tamu undangan tertawa. Jika ia gagal pasti ia akan semakin dipermalukan oleh Vera.

Dasar licik.

Luna melangkah dengan pelan dan naik ke atas panggung. Ia mulai melakukan beberapa gerakan aneh yang berhasil mengundang tawa banyak orang. Walaupun Luna berhasil membuat mereka tertawa, tetap saja ia berwaspada dengan apa yang akan diperintahkan oleh Vera selanjutnya.

"Lucu banget. Terima kasih sudah membuat para tamu undangan saya terhibur malam ini. Bagaimana kalau kamu melakukan sedikit gerakan berputar dari panggung ke tengah-tengah para tamu undangan? Kamu boleh menambahkan sedikit gerakan lucu juga sambil berputar." Vera memberi perintah lagi.

Luna menurutinya walaupun saat ini kepalanya sudah sedikit pusing. Buliran keringat juga sudah membasahi tubuhnya. Luna benar-benar merasa pengap. Luna memutarkan tubuhnya bagaikan penari dari panggung menuju para tamu undangan. Sedikit oleng saat melakukan gerakan berputar selanjutnya, Luna membenarkan posisinya kembali.

"Waah! Hebat! Hampir aja kamu jatuh, ya, tadi. Gerakan lucu terakhirnya adalah gimana kalau kamu melakukan gerakan atraksi dengan beberapa gelas minuman di atas alas?"

Ha? Mana mungkin aku bisa. Atraksi apaan lagi, nih? Luna membatin heran.

"Ayo! Semuanya udah nunggu!"

Luna belum bergerak juga dan Vera semakin marah karena Luna tampaknya mengabaikan perintahnya. "Kenapa? Nggak bisa lakuin? Ayo, dong!"

"Cukup, Vera." Bara tiba-tiba berujar membuatnya semuanya menatap ke arah tengah.

"Bara, masa cosplay-nya nggak mau lakuin apa yang aku suruh, sih. Padahal tuh janjinya dia bakal nurutin apapun perintah aku malam ini."

"Lo keterlaluan. Lo kira jadi cosplay enak? Panas, capek. Emang lo mau jadi kayak dia?"

"Kok kamu marahin aku, sih? Kan, itu udah tugas dia. Ngapain kamu bela banget, sih? Ini acara ulang tahun aku loh, Bar."

Rendi menahan bahu Bara untuk tidak melanjutkan ucapannya lagi karena banyak pasang mata yang tengah melihat mereka. Suasana menjadi tidak enak.

"Aku suka sama kamu, Bar. Kapan, sih, kamu bisa nerima aku? Kapan, sih, kamu bisa suka juga sama aku?" tanya Vera dengan suara lantang.

"Ini acara ulang tahun lo, jangan buat suasana acaranya jadi nggak enak karena lo sendiri." Bara menyahut ketus.

"Jawab pertanyaan aku, Bara. Kapan kamu bisa suka sama aku? Kenapa kamu nggak pernah peduli sama aku?"

"Cukup, Ver. Gua mau pulang."

"Enggak, Bara. Kamu harus jawab pertanyaan aku. Kenapa kamu nggak mau buka hati kamu untuk aku?"

Bara menyisir asal rambutnya ke atas. "Gua bilang cukup, Vera."

"Bara!"

"Karena gua mau buka hati gua buat cewek lain. Bukan lo yang bisa buat gua jadi orang yang berbeda dari biasanya. Puas lo?!" sentak Bara.

Keadaan menegangkan menjadi seru bagi para tamu undangan. Mereka tidak bisa berhenti melihat aksi perdebatan Vera dan Bara.

"Kenapa bukan aku? Kenapa harus cewek lain? Aku yang udah lama suka sama kamu. Siapa? Siapa cewek itu? Dia pasti nggak lebih kenal kamu dari aku."

"Gua permisi." Bara berujar seraya melangkah mendekati pintu namun teriakan Vera benar-benar membuatnya muak. "Siapa cewek itu, Bara?!"

Bara berbalik dan menatap tajam cewek itu. "Lo beneran mau tahu siapa orangnya? Lo nggak akan nyesal?"

"Iya, aku mau tahu siapa cewek itu. Aku nggak suka dia luluhin hati kamu."

"Oke kalau lo maksa."

Teman-teman Bara tampak cemas di sana dan hendak menghentikan Bara yang sudah tampak marah namun tidak bisa karena Bara sudah lebih dulu melakukan hal tak terduga di depan semua orang.

Bara menghampiri Luna yang masih memakai pakaian cosplay-nya dan melepaskan kepala boneka itu dari kepala Luna, kemudian membuangnya ke bawah. Ia menangkup rahang Luna dengan kedua tangannya lalu menempelkan ibu jarinya di bibir Luna dan bibirnya sebagai pembatas agar bibir mereka tidak bersentuhan.

Luna sendiri hanya terdiam bagaikan patung dengan mata membulat. Ia hanya bisa menahan napasnya dan merasakan napas Bara mengenai wajahnya. Luna tidak menyangka bahwa Bara akan melakukan hal yang gila seperti ini. Apalagi dibenaknya terus terngiang bahwa Bara ingin membuka hatinya untuk Luna一gadis yang sebenarnya menaruh perasaan padanya.






Maaf lama update. Selain sibuk kerja, kuliah, nyicil naskah cerita di Wattpad, aku juga sibuk urus novel Dhirga yang akan terbit bulan Januari 2019. Yuk mari tabung uangnya untuk meluk Abang tiri Bara.

Karena aku sedang libur kuliah, jadi aku bisa update cerita Wattpad lebih sering. Mungkin seminggu dua kali, hahaha. Share juga ke temen-temen kalian cerita Bara, mungkin aja bisa demen. Hehe

Baca juga yuk cerita karya temen aku AlifahAnandaa, jangan lupa tinggalin jejak juga ya 💕


Baca juga cerita aku yang masih baru.

See you!

Ig: nataliatans
Ig: natatanstory
LINE: @ncw9757a (pakai @)

Seguir leyendo

También te gustarán

525K 29.3K 74
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
1.6M 94.4K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
420K 49.3K 33
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
478K 38.1K 43
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...