Day When I Can See You Again

Galing kay YamadaAkira

13K 1.3K 226

Halilintar adalah si jenius musik yang bisa menciptakan lagu indah bahkan tanpa perlu berpikir. Bisa memainka... Higit pa

Prolog
Beautiful 'Boy'?
Elemental Brothers
New Home
Melody
Something's Gone
Place You Called Home
One Step Closer
The Sun's Problem
Party Night
Tears Song
Zero Point
Pengakuan Akira

Cinderella?

761 93 25
Galing kay YamadaAkira

Akira tidak mau banyak bacot, langsung aja ke ceritanya... hehehe

Yang penting jangan lupa vote and comment yakkkkk

*kiss

-

-

-

Happy Reading

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

"Sekali lagi kuucapkan terima kasih pada tamu-tamuku yang telah hadir dan ikut merayakan ulang tahun si pria tua ini," canda Tuan Suzuki yang disambut gelak tawa oleh semua tamu undangan. "Silahkan menikmati sajian dari kami dan jangan lupa untuk mengajak pasangan Anda berdansa."

Riuh tepuk tangan terdengar begitu Tuan Suzuki berjalan menuruni podium. Ia kemudian langsung disambut oleh beberapa orang yang ingin mengucapkan selamat padanya secara langsung. Taufan menatap semua itu dari jauh. Mungkin ia akan menyapa kenalan ayahnya itu nanti. Lagipula ia harus menunggu Solar yang tadi pamit ke toilet karena ia tidak mau menghadapi orang tua itu sendirian. Bukannya Taufan tidak suka, hanya saja ia butuh sosok yang memiliki kepribadian –atau setidaknya bisa bersikap– layaknya seorang bangsawan seperti Solar. Entah darimana ia mempelajari hal itu, tapi Taufan bersyukur jika hal tersebut bisa digunakan untuk saat-saat seperti ini. Karena itu Taufan tidak heran jika Solarlah yang sering didaulat sang ayah untuk menghadiri pesta semacam ini ketika beliau tidak bisa menghadirinya sendiri.

"Kemana anak itu?" gumam Taufan begitu melirik jam tangannya. Setahunya bagi seorang lelaki normal, ke toilet tidak akan membutuhkan waktu selama ini. Ah iya, Taufan lupa jika adiknya itu tidak normal. Solar bahkan bisa menghabiskan waktu selama satu jam di kamar mandi entah untuk melakukan apa yang sama sekali tidak ingin Taufan ketahui.

Memutuskan untuk mencari sang adik daripada membiarkan dirinya mati bosan sendirian, Taufan segera melangkah menuju pintu keluar. Bertepatan dengan itu sepasang muda mudi bergandengan memasuki ruang pesta dan sukses menarik perhatian semua orang. Ya, semua kecuali sepasang kembar menggemaskan yang hampir mati kebosanan.

-------

Solar kembali ke ruang pesat sepuluh menit kemudian. Sebenarnya ia ingin kembali lebih cepat karena tidak enak meninggalkan Taufan di pesta itu sendirian, namun panggilan darurat dari sang kakak membuat ia mau tidak mau harus mengungsikan diri ke taman yang berada di samping hotel. Yah meskipun panggilan darurat yang dimaksud Solar disini sebenarnya hanyalah curhatan Thorn yang mengeluh tidak bisa tidur karena terlalu lelah di hari pertama mereka latihan. Dan karena Thorn adalah saudaranya yang paling polos atau dengan kata lain, hatinya mudah terluka, maka Solar merasa ia harus mendengarkan curhatan sang kakak daripada harus diabaikan selama seminggu oleh Thorn. Ketika akhirnya Thorn merasa mengantuk dan memutuskan untuk menyudahi panggilan mereka, barulah Solar menghela nafas dan ia menyadari kalau ia telah meninggalkan Taufan selama hampir 30 menit.

"Aku harus segera kembali sebelum Tau-nii mengamuk," monolognya sebelum kemudian berjalan dengan langkah tergesa menuju ruang pesta yang berada tak terlalu jauh dari taman tempatnya berada. Ketika Solar tiba disana, ia sama sekali tidak bisa menemukan keberadaan sang kakak di tempat ia meninggalkannya sebelum pergi ke toilet tadi. Berpikir kalau Taufan tengah menyapa beberapa kenalan ayah mereka, Solar pun memutuskan untuk berkeliling. Siapa tau ia bertemu dengan seseorang yang ia kenal, atau akan lebih baik jika ia bisa menemukan Taufan.

"Atau aku bisa menemukan seorang gadis cantik yang bisa kuajak berdansa," gumamnya seraya memandang berkeliling sebelum akhirnya pandangannya terpaku pada seorang gadis cantik yang tenggelam oleh kerumunan pria-pria yang berusaha mendekatinya. Jika gentleman yang ada dalam diri Solar segera bangkit melihat peristiwa itu. Jadi ia dengan langkah yakin menghampiri gerombolan itu.

"Maaf tuan-tuan, tapi nona cantik ini sudah berjanji untuk berdansa denganku," sela Solar seraya meraih jemari lentik si gadis dan sontak membuat suasana di sekitarnya menjadi hening. Para pria itu tampak tidak terima dan hendak protes. Namun sebelum itu, Solar langsung menghadiahkan sebuah kecupan di jemari yang berada dalam genggamannya lalu menatap wajah merona sang gadis.

Aw, dia manis sekali, pikirnya berusaha mengendalikan diri. Baru kali ini rasanya ia menemukan gadis secantik dan semanis ini. Dan karena sudah terlanjur, mungkin ia akan benar-benar mengajak gadis itu berdansa.

"Ayo, Hime-sama!"

Tak membuang waktu lagi, Solar segera menarik gadis itu ke lantai dansa. Mengabaikan tatapan iri dari beberapa pasang mata juga mengabaikan tatapan protes dari si gadis yang sepertinya tidak menyukai tindakannya yang seenaknya saja. Mereka bahkan belum mengenal. Tapi, Solar peduli apa? Ia diciptakan untuk membahagiakan wanita, karena itu ia tidak akan membuang-buang kesempatan untuk membahagiakan gadis tercantik dalam pesta ini.

-------

Harusnya Halilintar tau, datang ke pesta dengan penampilan layaknya seorang wanita bukanlah sebuah ide yang bagus dan biasanya tidak pernah berakhir dengan baik. Entah berakhir dengan ia yang memukul laki-laki yang menurutnya menyebalkan, atau berakhir dengan pamer kekayaan dan kekuasaan oleh para lelaki hanya untuk menarik perhatiannya. Padahal nyatanya Halilintar tidak memubutuhkan semua itu. Ia hanya ingin duduk di depan pianonya seharian tanpa beranjak sedikit pun bahkan hanya untuk makan dan minum. Dan semenjak ia memutuskan untuk terjun sepenuhnya ke dunia musik, Halilintar sudah memutuskan untuk tidak akan pernah ikut acara seperti ini lagi. Namun sayang, saat ini ia sedang dalam posisi seorang bawahan dimana menolak perintah sang presdir adalah hal yang tak bisa ia lakukan. Dan disinilah ia berakhir. Menjadi pusat perhatian para pria kesepian ketika Kaizo meninggalkannya untuk menyapa dan membicarakan masalah bisnis bersama rekan kerjanya.

"Berdansalah denganku, Nona."

"Anda cantik sekali, kenapa Anda tidak menemaniku minum di sebelah sana."

"Aku benar-benar beruntung karena bertemu dengan seorang bidadari sepertimu."

"Nona, izinkan aku untuk mengajakmu menari di lantai dansa."

Halilintar berusaha keras menahan dirinya untuk tidak menghadiahi masing-masing satu tendangan untuk pria-pria tidak tau diri itu. Ia hanya tersenyum tipis tanpa mengucapkan apapun atau mengiyakan apapun. Jantungnya berdebar begitu keras, sama sekali tidak merasa nyaman dengan keramaian ini. Belum lagi para pria yang mendekatinya seolah tidak mengetahui mengenai batasan privasi membuat nafasnya terasa sesak. Ia ingin keluar dari sini. Semua terasa tidak menyenangkan. Para pria yang berada di sekitarnya mulai terlihat menyeramkan di matanya. Ini tidak bagus. Jika ia lebih lama disini maka-

Sebelah lengannya ditarik lembut dan Halilintar menemukan dirinya kembali bernafas begitu kalimat itu membuat orang-orang di sekelilingnya diam. Namun tidak, semuanya belum baik-baik saja. Terlebih ketika ia menyadari bahwa ornag yang sedang menggenggam tangannya tidak lain adalah Solar. Si bungsu dari Elemental Bersaudara. Halilintar sontak membolakan matanya. Apa yang dia lakukan disini?

"Maaf tuan-tuan, tapi nona cantik ini sudah berjanji untuk berdansa denganku."

Halilintar sama sekali tidak menyadari ketika tiba-tiba saja jemarinya sudah berada di depan bibir si bungsu. Ia bahkan tidak sempat bereaksi ketika kecupan ringan itu menyentuh kulitnya. Halilintar seolah kehilangan nafasnya saat itu juga.

Dan ketika ia sadar, ia sudah berada di tengah lantai dansa dengan seseorang yang sama sekali tidka ia duga. Tubuhnya bergerak mengikuti irama musik secara natural. Solar pun membimbing setiap langkahnya dengan anggun. Membuat Halilintar tidak tau harus memikirkan apa di saat seperti ini. Harusnya ia melarikan diri dan tidak membiarkan dirinya terlibat dalam hal yang merepotkan ini. Lagipula, bagaimana caranya Solar tidak menyadari bahwa orang yang ia ajak berdansa adalah dirinya? Atau dia tau dan berpura-pura tidak tau hanya untuk mengerjainya? Halilintar tau jika Solar sama sekali tidak menyukainya atau bahkan mungkin membencinya. Tapi apakah begini caranya mengerjai Halilintar?

"Kau sangat cantik." Bisikan halus itu terdengar di dekat telinganya bersamaan dengan semakin eratnya rengkuhan Solar di pinggangnya. Halilintar terkesiap dan seketika bayangan masa lalu yang mengerikan terputar di dalam penglihatannya layaknya sebuah film.

Tidak. Tubuhnya perlahan bergetar. Pandangannya tidak fokus dan Halilintar berhenti melangkah. Ingatan mengenai tangan-tangan menjijikkan itu terasa begitu nyata baginya. Tangan-tangan yang menyentuhnya tanpa moral, tangan-tangan yang memberikan afeksi yang mengerikan pada setiap sel tubuhnya.

Halilintar mendorong Solar dengan kedua tangannya. Kemudian ia menyentuh kedua sisi kepalanya dengan tubuh bergetar. Ingatan itu kembali merusak pikirannya. Membuat ia kehilangan logikanya, membuat ia sama sekali tidak bisa berpikir logis. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk membiarkan kedua kakinya mengambil alih. Ia pergi dari ruang pesta. Mengabaikan suara-suara yang memanggilnya, menyuruhnya berhenti. Tapi ia tidak bisa. Ia tidak ingin berada di tempat itu lagi. Ia ingin pergi sejauh yang ia bisa. Hailintar bahkan mengabaikan sebelah sepatunya yang terlepas saat ia hampir terjatuh tadi. Ia tetap berlari, tanpa menoleh ke belakang, tanpa berpikir untuk kembali. Ia harus pergi sejauh mungkin, ke tempat dimana kenangan mengerikan itu takkan bisa mencapainya.

-------

Solar yakin jika ia tidak sedang berada di dalam dongeng Cinderella yang sering ia bacakan untuk Thorn dulu. Meski ia sama sekali tidak bisa memungkiri jika gadis yang ia ajak berdansa tadi memiliki kecantikan yang bisa disetarakan dengan Cinderella atau bahkan lebih. Tapi ia benar-benar tidak mengerti kenapa tiba-tiba gadis itu berhenti bergerak dan mendorongnya dengan keras sampai-sampai ia hampir terjatuh jika saja ia tidak memiliki keseimbangan tubuh yang baik. Ketika Solar sadar, ia melihat gadis itu sudah berlari menuju pintu keluar dan tanpa sempat berpikir, kedua kakinya telah bergerak mengikuti sang gadis.

"Hei tunggu!!!" Ia berusaha memanggil. Namun gadis itu sama sekali tidak mau mendengarkan. Ia terus belari dengan panik seolah-oleh ada sesuatu yang mengerikan yang mengejarnya. Dan Solar yakin ia bukanlah sesuatu yang mengerikan itu. Hei! Ia tampan, bukan mengerikan okey?

Solar tersentak begitu melihat gadis itu hampir terjatuh saat menuruni tangga hotel. Namun beruntung gadis itu bisa segera mengembalikan keseimbangannya dan kembali berlari tanpa menoleh sama sekali. Dan hal ini membuat Solar heran. Ketika ia sampai di tangga, gadis itu sudah menghilang dari penglihatannya. Solar akhirnya memutuskan untuk berhenti untuk mengambil nafas sambil bertanya-tanya dalam hati. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ia tampak begitu ketakutan?

Sebuah benda berwarna biru yang berkilau di salah satu anak tangga menarik perhatian Solar kemudian. Ia mendekat dan mengambil benda yang ternyata adalah sepatu tersebut. Tak perlu waktu lama baginya untuk menyadari bahwa sepatu ini adalah milik sang gadis. Ia sontak melirik jam di pergelangan tangannya. Masih jam 9 malam. Dan kenyataan itu membuat kerutan di dahi Solar semakin bertambah.

Aku tidak sedang dalam dongeng Cinderella, kan? Sekarang bahkan belum jam 12 malam.

-------

To be Continued 

Gimana? Gimana? Apakah jadi semakin membosankan????

Tolong tinggalkan jejak di kolom komentar....

Akhir kata, Akira mengucapkan terima kasih pada kamu-kamu yang sudah menyempatkan untuk membaca cerita ini. Sampai ketemu di chapter berikutnya..

Bye..bye....


Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

411K 24.8K 84
Y/N L/N is an enigma. Winner of the Ascension Project, a secret project designed by the JFU to forge the best forwards in the world. Someone who is...
103K 3.1K 31
"she does not remind me of anything, everything reminds me of her." lando norris x femoc! social media x real life 2023 racing season
631K 32K 60
A Story of a cute naughty prince who called himself Mr Taetae got Married to a Handsome yet Cold King Jeon Jungkook. The Union of Two totally differe...
1.1M 29.9K 37
After the passing of Abigail Bentley's mother, she is now the only one responsible for her family's well-being. Her father, often too drunk to stand...