Mazna X Adara: Pandemic Start...

By Alouetteshea

23 2 0

Dua tahun setelah benda misterius yang jatuh dari langit yang memberi mereka kekuatan super. Memasuki awal se... More

Serap dan Hollow
Rally
Dua

Ultra Sensitif

13 1 0
By Alouetteshea


Masa-masa ospek kampus yang menyebalkan akhirnya telah mereka lalui. Kini Aeza dan Hime resmi menjadi mahasiswi di Universitas Mahadaya. Mereka berdua memilih kuliah matematika.


"Kelar juga ospek gila-gilaannya." kata Hime menghela nafas. Berjalan di koridor kampus di hari pertamanya.


"Iya. Untung cuma dua hari ya, kak. Kita udah resmi disini." Aeza menanggapinya. Memasang kartu ID dan menjepitnya di kantung kemeja kanan


"Kalo ada Mawar mungkin kejadian MOS waktu Sekolah dulu bakal keulang kali ya. Sayang dia nggak kuliah. Biar Melati aja katanya."


Hal yang mereka tuju pertama kali adalah kertas pengumuman yang ditempel di dinding. Kertas itu berisi daftar para mahasiswa/i tentang jurusan dan letak kelasnya. Sesampainya banyak mahasiswa yang mengerubungi kertas pengumuman tersebut meski ada lima lembar di tempat yang tak jauh. Mereka memilih duduk di tangga daripada berebutan melihat kertas itu.



Hime memecah kesunyian.



"Sayang ya. Abis lulus kita semua berpencar. Ada yang kuliah diluar kota, ada juga yang memang harus pindah."


Aldi, Indry dan Ivan memilih kuliah teknik di kampus lain, Putri kuliah perhutanan di Solo, Doni lebih ingin meneruskan usaha keluarganya. Yang mereka dengar, ia berjualan di dekat kampus.


Dharma harus menjalani LDR dengan Lara yang pindah ke Padang. Kakak beradik Yuko dan Hayami belum ada kabar akan melanjutkan kemana. Sementara si bunga kembar, hanya Melati saja yang kuliah satu kampus dengan Aeza dan Hime, namun dia mengambil kuliah bisnis manajemen untuk membantu Mawar mengurus usaha ayam penyet gerobak peninggalan Lily. Hanya mereka berdua, Melati dan Surya yang kuliah disini. Namun mereka belum tau Surya memilih jurusan apa.



"Aduuh."



Saat mereka masih melamun mengingat teman-temannya, seorang mahasiswi terjatuh di depan mereka. Barang bawaannya berserakan. Aeza langsung membantunya.


"Te... terima kasih." ucapnya. Aeza tak bisa melihat wajahnya secara penuh. Kedua mata gadis itu tertutup poni.


"Lain kali hati-hati ya."


Dia mengangguk dan kembali berjalan. Aeza dibuat terpukau, bola mata gadis itu sangat indah ketika terlihat. Wajah Aeza memerah.


"Kak... mata anak itu cantik banget." bisik Aeza.


"Terima kasih." Jawabnya menengok ke mereka. Mereka berdua terkejut, pendengarannya sangat tajam. Namun tak lama gadis itu menabrak dinding.


Aeza dan Hime memandang heran.


"Duduk aja." ajak Hime menuntunnya.


Dia duduk di sebelahnya.


"Namaku Aswari." katanya setelah duduk. Mengulurkan tangannya untuk bersalaman kearah kanan.


"Maaf, kita disebelah kiri kamu." ucap Aeza dan Hime berbarengan.


"Oh, maaf."


"Anu... apa kalian mau bantu aku?" katanya lagi.


"Bantu apa?" sahut Aeza.


"Bisa tolong cari namaku di jurusan psikologi, di ruang mana ya?"


"Memang kenapa?"


"Aku... tunanetra."


Seketika jawaban itu membuat mereka terdiam. Hime sudah menduganya, karena pandangan mata Aswari terus menatap lurus.

"Kalau kalian tidak mau. Tidak apa. Aku tak memaksa." katanya lagi.


"Akan kucari." Aeza segera mencarinya.



"Kenapa nggak bilang kalo buta?" tanya Hime.



"Aku tak mau merepotkan orang lain."


"Padahal mata lo indah banget." pujinya. Aswari memiliki bola mata berwarna hijau turqoise yang berlapis namun berwarna pudar.


"Banyak yang bilang seperti itu. Tapi ini tak berfungsi sebagaimana mestinya. Sebagai gantinya, aku mendapat keajaiban beberapa tahun lalu. Semua indera ku menjadi super sensitif. Itu kenapa aku tadi bisa mendengar temanmu berbisik."


"Itu adek gue."


"Oh, maaf."


"Maksud lo keajaiban tadi, lo dapet kekuatan super?" tanya Hime penasaran.


"Mungkin. Semua panca indera ku jadi seperti yang kubilang tadi. Sebenarnya aku dapat penglihatanku kembali, tapi seperti melihat dengan kamera negatif. Makanya aku jadi sering menabrak dinding." curhatnya.



"Aswari, kamu di ruang sembilan. Tapi di gedung kampus seberang." Aeza datang.



"Salah gedung aku. Apa kalian bawa kendaraan? Bisa anterin aku tidak? Takut terlambat." pintanya lagi.


"Ayo."


Aswari mengeluarkan tongkat dibalik jaket parka panjang miliknya dan mulai meraba. Mereka menggandengnya menuju mobil.


"Maaf, merepotkan kalian lagi."


"Nggak apa. Sesama mahasiswi baru." kata Aeza.


"Ngomong-ngomong, tadi kesini naik apa?" tanya Hime.


"Dianterin bapak naik motor."


Gedung kampus dua letaknya diseberang kampus pertama. Jalannya sangat ramai dan padat merayap.


Sesampainya, Aeza ikut turun dan mengantarkan Aswari untuk memastikan bahwa dia tak tersesat. Lalu diantar sampai Aswari duduk di kelas.


"Terima kasih... Aeza."


Aeza hendak pergi namun tangannya ditahan.


Aswari mengendus punggung tangan Aeza. Seperti cium tangan pada orang yang lebih tua.


"Sudah. Bau mu sama seperti kakakmu. Maaf sudah merepotkan di hari pertama." Aswari tersenyum. Aeza meninggalkan kelas.


"Za, teryata Aswari punya kekuatan super juga. Kekuatannya semua panca inderanya kecuali penglihatan jadi super sensitif. Makanya tadi dia bisa denger lo muji mata indahnya."


"Pantesan. Tadi sebelum pergi aku juga ditahan sebentar. Taunya dia malah mengendus tangan aku."


"Biar dia nggak lupa kita kali."


"Mungkin. Kira-kira ada lagi nggak ya yang punya kekuatan super?"


Dan ini adalah cerita tentang karakter baru. Aswari Agustine, dan dua pengguna kekuatan super lainnya.

Continue Reading

You'll Also Like

488 101 14
Empire. At the end only Empire remains. No matter how many times you rebel Empire remains. No matter how many times you fight for your democratic Emp...
188 11 12
Images flashed before my eyes. The city before me flickered, and I saw it in flames. And at the center of it all, me. A murderous super-human, just l...
41.6K 5.6K 55
Author(s) - Tang Wei Shuai 糖尾帅 Mm translator - Dora_lucy Total chapter - 176 Chapters + 1 Extra Start date - 18.10.2023 I do...
21.1K 583 157
Author: Xue Xiuhu Eight years after the end of the world, Wenzhu struggled to survive, and once he crossed over, but he reached a new end. The good n...