Be Ma Bae || PanDeep✔

baebaepril द्वारा

60.9K 6.4K 1.8K

[COMPLETED] Bae Jinyoung, sang Deep Dark yang masih terlalu polos untuk banyak hal dan Lai Guanlin, si Gulliv... अधिक

#1
#2
#4
#5
#6
#7
#8
#9
#10
#11
#12
#13
New Work???
▪Special Chapter▪
▪After D-Day (1)▪
▪After D-Day (2)▪
▪Therefore▪ END (1/2)
▪Therefore▪ END (2/2)
2nd Book!!

#3

4.2K 438 115
baebaepril द्वारा


I'm back! Adakah yg nungguin ini? Tyda ada? Baiklah :'

Makasih buat yang udah pada komen di chapter sebelumnyaa~ kalian bikin aku semangatt hoho

Silakan dibaca, maaf yaa kalo gak seru saya hanyalah author abal abal :'
Voment jusseyo~

.


.
.
.

Setelah ‘insiden’ yang tanpa sengaja dipergoki oleh Daniel, Woojin, dan Daehwi yang baru pulang dari kegiatan mereka- Woojin dan Daehwi yang pulang duluan meninggalkan member lain karena ada urusan dengan agensi utama mereka, dan Daniel yang baru selesai pergi bersama Seongwu dan kekasihnya itu langsung izin untuk menemui teman lama- keduanya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Sebenarnya hanya Guanlin yang berbicara sementara Jinyoung hanya diam menunduk, terlalu malu untuk menatap wajah teman-temannya, terutama Guanlin. Jinyoung merasa seperti orang mesum walaupun sebenarnya ia adalah korban di sini.


“Kamu kenapa sampe berani-beraninya gituin Jinyoung?!” tanya Daniel nyaris membentak.

Tapi justru Jinyoung yang mengkeret takut, lain halnya Guanlin yang tampak tenang meski raut wajahnya menunjukkan kalau ia merasa bersalah.

Woojin hanya diam sambil bersandar pada sofa yang diduduki Daniel, menatap Guanlin yang duduk di seberang meja berhadapan dengan mereka. Daehwi sedang mencoba berbicara pada Jinyoung yang duduk di sofa di samping kiri Daniel.

Daniel selaku yang paling tua disini tak habis pikir. Baik Guanlin dan Jinyoung masih di bawah umur, dan terlebih ini terjadi karena kemauan pribadi Guanlin. Belum lagi jika Jisung sampai tahu, leadernya itu pasti akan jauh lebih pusing.

Mata sipitnya melirik Jinyoung yang sedang berbicara pelan pada Daehwi, dilihatnya ada beberapa bekas gigitan merah di leher Jinyoung.


“Hyung, Guanlin gak bisa nahan banget. Ditinggal berdua bentar aja udah diterkam Jinyoungnya.” Bisik Woojin pada Daniel. “Menang banyak banget si Guanlin, sial.”


“Kamu ngiri bilang aja,” balas Daniel jengah- masih dengan berbisik sementara lelaki bergingsul itu cengengesan. “Tapi sampe kamu berani ngapa-ngapain Jinyoung, jangan salahin hyung kalo gingsul kamu pindah tempat.”


“Kok jadi aku yang dimarahin.” Gumam Woojin miris.



Mengabaikan Woojin, Daniel melipat kedua tangannya di depan dada, mata sipitnya menatap Guanlin menuntut penjelasan. “Guanlin, hyung tanya lagi. Kamu kenapa begitu sama hyungmu sendiri? Sampe shock dianya. Jinyoung ada bikin salah sama kamu?”


“Enggak, hyung. Maafin aku.”



Daehwi yang sedari tadi cuma menatap sinis Guanlin mendecih. Ia merangkul Jinyoung sambil sesekali mengusap bahunya berusaha menenangkan.


“Hyung, kamu diapain aja sih sama si tiang mesum?”


“Gak, Hwi. Gak papa.”



“Gak papa apanya, ini leher kamu merah semua. Nih, nih sampe bahu!” heboh Daehwi menarik-narik leher kaos Jinyoung untuk menunjukkan tanda yang di buat Guanlin di bahu hyungnya itu.

Woojin menghampiri mereka untuk memastikan ucapan Daehwi, dan ternyata benar, ada bekas memerah di sana meski tidak sebanyak di leher.

Guanlin melirik ke arah Jinyoung, mendapati wajah hyungnya itu yang tampak kelelahan. Perasaannya pasti campur aduk. Kaget dan malu apalagi.


“Kalian abis berantem atau gimana sih?”


“Enggak, hyung.”

Lagi-lagi hanya itu jawaban Guanlin. Daniel menghela napas kasar, lalu melirik Jinyoung lagi.

Merasa tidak tega melihat sosok yang selalu ia anggap seperti adik yang sangat imut dan polos itu tampak linglung. Jinyoung diluar imejnya yang tenang dan tidak banyak bicara sebenarnya sangatlah manis dan innocent, sisi yang hanya tampak saat mereka sedang tidak di depan kamera. Itulah yang membuat Daniel merasa marah pada Guanlin yang dengan teganya melakukan hal semacam itu pada Jinyoung yang polos.


“Jinyoung, sana mandi udah mau sore, nanti hyung siapin makan malem kalo yang lain pada belum pulang. Hwi, ajak Jinyoung ke kamar.”


Jinyoung menurut dan berlalu dari ruang tengah dorm bersama Daehwi.


“Terus kenapa? Jangan bilang kamu sampe ngelecehin Jinyoung cuma karena kamu gak bisa nahan diri.”

Suara lembutnya saat berbicara dengan Jinyoung terganti dengan suara yang begitu dingin dan tegas, membuat Guanlin tahu kalau ia sedang berurusan dengan salah satu ‘pengawal’ pujaan hatinya.


“Aku gak tau hyung, aku gak sadar kenapa sampe senekat itu. Maafin aku.”


“Minta maaf sama Jinyoung nanti.” Daniel bersandar pada sofanya. Ia ingin marah tapi ia juga tahu Guanlin tidak bermaksud jahat.

“Kamu.. kalo Minhyun hyung tau gimana? Pasti hubungan kalian gak bakal baik kedepannya.”


“Gak papa hyung, aku lebih khawatir soal Jinyoung hyung.” Guanlin menatap sedih Daniel dan Woojin bergantian. “Pasti Jinyoung hyung jadi takut sama aku setelah ini. Aku gak mau dijauhin Jinyoung hyung-“


“Kamu suka sama Jinyoung?” Woojin menengahi racauan Guanlin.


Guanlin menghela napas, lalu mengangguk. Daniel dan Woojin bertatapan sejenak lalu mengalihkan atensi mereka kembali pada yang lebih muda. Jadi, disini akan ada drama cinta segitiga, begitu?


“Pantes, setiap ditanya siapa hyung yang rasanya pengen kamu lindungi pasti jawabnya Jinyoung.” gumam Daniel pada dirinya sendiri. “Tapi nyatanya kamu sendiri yang mau ngapa-ngapain dia. Pinter kamu, Lin.”


Lain halnya dengan Woojin yang tampak heran, “Aku kira kamu suka Jihoon.”


“Iya suka, tapi bukan suka yang gitu.” Balas Guanlin lelah. “Aku juga suka Woojin hyung, kok.”


“Eh?? Jangan-jangan kamu ada niat buat nyium hyung juga ya?!” dan ucapan tak berfaedah dari Woojin mendapat jitakan Daniel.


Hari ini benar-benar menguras emosi. Pada awalnya ia sangat senang, fakta yang mengatakan kalau Minhyun dan Jinyoung tidak berpacaran, bisa berduaan dengan Jinyoung, mendapat kecupan dari hyungnya itu, menciumnya dan juga hm.. hal ‘lainnya’. Tapi itu semua tidak berakhir baik, Jinyoung pasti marah padanya. Sebut saja kalau hari ini adalah luka yang sangat manis untuknya.


Kau gila, Lai Guanlin.



“Kalo hyung gak mergokin kamu tadi mau sampe sejauh mana kamu sama Jinyoung, hah?” tanya Daniel lagi namun kali ini tidak semarah tadi. “Hyung gak masalah sebenernya, tapi inikan kamu yang maksa dan yang kamu lakuin itu udah kelewatan. Kalo cuma cium mungkin hyung masih maklum, tapi hyung lihat sendiri kamu ngapain aja. Kalian juga masih underage, dan lagi kalian kan gak ada hubungan apa-apa.”


Oke, yang terakhir terlalu menohok. Guanlin tahu ia tidak punya hubungan apapun dengan Jinyoung. Tapi perasaan yang ia punya tidak bisa ditahan terus-menerus. Semakin lama dibendung, semakin besar pula perasaannya, memberontak untuk keluar. Belum sempat ia menunjukkan perasaannya dengan benar, ia justru membuat kondisi yang semakin menyulitkannya.


........


“Hyung! Hyung! Nih liat nih udah jadi.”


“Apaan?”


“Kartu pengenal dooong~”


Woojin mengambil benda berbentuk persegi panjang kecil itu dari Jinyoung untuk melihatnya lebih jelas. Ia mengangguk-angguk seolah sedang menilai, sementara Jinyoung menunggu responsnya dengan sangat antusias.


“Wuiih baru jadi, awas tuh masih anget, tintanya aja belum kering!”


“Apaan sih hyung. Bagus gak? Gak ya? Fotonya buru-buru sih.” Jinyoung cemberut sambil mengambil kembali kartu pengenalnya, berniat untuk memamerkannya pada para hyung di dorm bawah.


“HYUNGDEUL~”


Di ruang tengah dorm bawah, ada Jaehwan dan Sungwoon yang asyik menonton tv. Keduanya menoleh kaget saat mendengar teriakan heboh Jinyoung tapi adik mereka itu dengan polosnya celingak-celinguk, mencari keberadaan member lain.


“Kenapa, Jinyoung-ah?” Minhyun datang dari arah dapur, membawa sepanci tteokboki instant yang masih mengepulkan asap.

Melihat itu, Jinyoung melupakan niat awalnya untuk memamerkan kartu pengenal baru dan justru berlari kecil ke arah Minhyun.


“Aku numpang makan di sini yaaa.”


“Gak boleh, kamu kalo makan suka ngabisin.” Jawab Sungwoon yang kini sudah bergabung di meja makan.

Jaehwan mengeluarkan sekotak besar ayam bumbu dan beberapa piring jokbal, membuat Jinyoung semakin memebenarkan keputusannya untuk berkunjung ke dorm bawah.


“Yang lain udah pada makan?” tanya Minhyun.


Jinyoung mengangguk sambil menjejalkan jokbal ke dalam mulutnya. “Udah, dorm atas udah pada makan semua, aku juga udah makan sih.”


“Yeuu makan aja banyak kamu, tapi gak gemuk-gemuk.” Dengan usilnya Jaehwan menyentil telinga Jinyoung sampai meringis.


Tak lama suara pintu dari salah satu kamar terbuka, Jisung muncul dengan wajah bantalnya. Dengan mata yang setengah tertutup, sang leader berjalan gontai ke arah meja makan dan duduk di sebelah kiri Jinyoung.

“Eh, kamu gak di kasih makan sama Daniel dan Seongwu ya di atas? Bener-bener itu berdua, pacaran mulu pasti kerjaannya! Gak papa, kamu kalo gak diurusi sama mereka di atas sering-sering ajak ke sini. Ajak yang lain juga, biar hyung marahin itu pasangan bobrok-“


“Hyung, enggak kok!” sela Jinyoung menengahi Jisung yang lagi ngedumel. Ia melirik sekilas Minhyun, Sungwoon, dan Jaehwan yang sudah tertawa lepas. Memang leader mereka yang satu ini benar-benar cerewet.

“Aku udah makan, serius! Tadi Niel hyung masak ramyeon doang sih, tapi abis itu delivery juga sama Seongwu hyung.”


Jisung terdiam, mengangkat bahunya acuh lalu mulai menyantap makan malamnya. Sepertinya tiga jam tertidur sejak mereka kembali dari schedule sore tadi membuatnya lupa soal makan. Untung saja di sini ada yang bisa diandalkan meski Jisung tidak ada, buktinya saat ia terbangun meja makan sudah penuh dengan banyak hidangan lezat.


“Oh, sudah waktunya makan malam?”


Suara itu berasal dari belakang punggung Jinyoung. Suara seseorang yang ia hindari sejak kemarin, sejak kejadian memalukan itu. Tubuhnya menegang, tidak berani untuk mengalihkan matanya dari ayam goreng yang sedang ia genggam. Jinyoung kesal sebenarnya, seharusnya ia marah kan pada orang yang telah beraninya macam-macam dengan dirinya? Tapi bahkan untuk menatap orang itu lagi Jinyoung sangat gugup.


“Sini makan, Lin.” Ajak Jisung menunjuk-nunjuk kursi di hadapannya. Sang maknae menurut, agak kaget juga saat menyadari kalau Jinyoung juga ikut makan bersama mereka.


Beneran takut dia sama aku, belum juga diapa-apain. Eh, ya ampun!



“Udah jadi kartu pengenalnya Bae?”


“U-udah hyung, ini.” Dan dengan terpaksa lelaki manis itu mengangkat kepala untuk menyerahkan kartu pengenal miliknya pada Minhyun yang duduk berhadapan dengannya. Matanya tanpa sengaja bertemu dengan milik Guanlin lalu cepat-cepat ia alihkan.


“Jinyoung, leher kamu kenapa itu??” pertanyaan heboh Sungwoon membuat para hyung pun ikut mengamati leher Jinyoung.

Piyama berkerah V itu memperlihatkan leher Jinyoung yang bertanda kemerahan di beberapa tempat. Menyadari kebodohannya, Jinyoung mengumpat dalam hati lantas melirik Guanlin yang menatapnya tak kalah tegang.

Sejak kemarin Jinyoung sudah mati-matian menyembunyikan bekas Guanlin di lehernya agar hanya Daniel, Woojin dan Daehwi yang tahu- mereka juga sepakat untuk tidak memberi tahu member lain perihal ini. Kemarin, setelah mandi dan makan malam, Jinyoung langsung masuk kamar dan tidur jadi ia tidak bertemu dengan anggota yang lain.

Lalu pagi harinya mereka berangkat untuk syuting Happy Together, dan Daniel juga dengan mudah telah meminta stylish untuk memberikan Jinyoung outfit berupa sweater trutle neck untuk menutup bekas kemerahan yang vulgar itu. Tapi bodohnya Jinyoung dengan santai melenggang masuk ke dorm bawah, hanya dengan piama berkerah rendah.


“Ya ampun, anakkuuu! Sakit gak? Perih? Kita ke dokter, yuk!” Jisung meraba permukaan leher Jinyoung yang merah.

Sebelum hyungnya itu beranjak untuk membawa Jinyoung ke dokter, Jinyoung sudah lebih dulu menahannya. Benar tebakannya, Jisung pasti sangat khawatir, belum lagi jika hyungnya itu tau penyebab dari bekas kemerahan itu.


“Ih, apa sih hyung, alergi doang kok ini.”


“Alergi apa?” balas Jisung tak percaya. “Kamu gak makan udang kan? Ini juga masakannya gak ada yang pake udang.”


“Iya, kamu jangan bikin hyung khawatir dong.” sambung Minhyun. “Ayo, kita periksa ke dokter mumpung belum terlalu malem. Biar hyung yang anter.”


Guanlin memutar bola matanya jengah mendengar ucapan Minhyun. Hyungnya yang satu itu memang diam-diam pintar sekali modus. Apalah daya Guanlin yang mau ngomong pun lidahnya kadang masih suka keserimpet.


“Jangan-jangan kamu abis yang iya-iya yaaa” goda Sungwoon dengan wajah usil dan tawa nyaring khasnya, disambung pula oleh tawa Jaehwan tak kalah memekakkan telinga.

Jinyoung sampai blank sesaat karenanya sementara Guanlin yang kaget pun tersedak kuah pedas tteokbokki.


“Ini tuh alergi kena bulu Max tau! Kemaren malem Max tidur di kasurku lagi!”


“Sama siapa Bae? Daehwi ya kan roomate tuh? Ehh gak deh.” Goda Jaehwan, tidak memedulikan pembelaan Jinyoung barusan. “Jihoon kayaknya ya? Ciaaa masih bocah udah yang iya-iya.”


“Gaklah, Woojin lebih memungkinkan kayaknya.”


“Hyung!!” teriak Jinyoung kesal. Wajahnya memerah menahan malu. Yang benar saja kedua hyungnya ini? Masa bercandanya vulgar banget!


Meja makan itu kembali sunyi setelah Sungwoon dan Jaehwan mendapat omelan serta jitakan dari Jisung dan Minhyun. Mereka melanjutkan makan malam mereka sambil sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Jujur saja Minhyun jadi sedikit termakan omong kosong Sungwoon dan Jaehwan. Memikirkannya membuat Minhyun merasa marah. Jika benar Jinyoungnya seperti itu, lalu siapa yang melakukannya? Kemungkinan besar pasti juga member yang tinggal di dorm atas bersama Jinyoung.

Jinyoung sendiri sudah tidak tahan berada di sana. Ia bisa merasakan tatapan khawatir bercampur penasaran Minhyun, juga Jisung yang sesekali berbisik kecil apakah dirinya mau dibawa ke dokter, ditambah kerlingan usil dari Sungwoon dan Jaehwan.

Terutama raut wajah bersalah dan tatapan penuh afeksi milik Guanlin yang terasa menghujani puncak kepalanya yang terus menunduk dari tadi.
Rasanya ia ingin marah dan mengatakan kalau itu semua ulah Guanlin. Guanlin yang melakukannya tapi dia yang harus repot-repot berbohong, ia yang harus menahan malu setiap hyungnya menggodanya perihal itu tanpa tahu penyebab sebenarnya.



Kau menyebalkan, Lai Guanlin!




“Hyung, makasih makan malamnya. Aku balik ke atas dulu ya.”


TBC

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

245K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
AMETHYST BOY AANS द्वारा

फैनफिक्शन

328K 35.4K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
7 Doctors Life Acellibe द्वारा

फैनफिक्शन

752K 75.5K 53
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
1.2M 62.6K 66
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...