Nathan menatap Ranna yang saat ini sedan meminum es tehnya, setelah belanja banyak keperluan dapur. Nathan sudah mengikutinya sejak pagi,pekerjaan barunya.
Ia mengingat bagaimana kakaknya dan teman kakaknya menemuinnya saat Ia sedang berjaga di UGD. Mengatakan bahwa Ia harus mendapatkan seorang wanita. Benar-benar konyol, Nathan sungguh merasa 6 tahun kuliahnya sia-sia begitu saja karna sekarang meskipun ia memiliki gelar dokter Ia hanya seorang penguntit.
Nathan berdecak dan menggeleng kan kepalanya ketika Ia melihat Ranna mengomeli sesuatu dan mengkritiknya.
"Tidak aneh kalau suami mu ingin membuang mu! Paling tidak kalau kamu punya kepribadian yang buruk kamu harus memiliki penampilan yang menarik!" gumam Nathan. Nathan menenggak habis es kopinya. Ia butuh banyak asupan untuk pekerjaan kali ini.
"Juliard.. Juliard" gumam Nathan dan berdiri dari kursinya.
Nathan berjalan dengan cepat Ia dengan sengaja menabrak Ranna yang akan keluar cukup kencang sehingga Ranna terjatuh dan barang-barang belanjaan Ranna pun berjatuhan.
"Sorry..sorry"
"Apa kamu tidak punya mata!" bentak Ranna.
Nathan cepat-cepat membantu membereskan barang Ranna.
"Sorry.. Sorry.. Saya buru-buru karna ada pasien kritis sekarang" ucap Nathan
"Lalu dengan begitu kamu bisa seenaknya membuat orang sehat menjadi seorang pasien?" ucap Ranna yang sedikit memegangi pergelangan kakinya. Sebenarnya Nathan tidak bermaksud hingga melukai Ranna. Tapi jika Ranna sampai luka, itu akan lebih baik.
"Maaf. Maaf.. Saya benar-benar tidak sengaja. Anda bisa hubungi saya nanti." ucap Nathan memberikan kartu namanya dan meninggalkan Ranna begitu saja tanpa melihat wajah Ranna.
Ranna terus meneriaki Nathan yang sudah berlari itu.
"Bener-bener ya anak jaman sekarang! Ngga ada yang punya sopan santun" maki Ranna dan Ranna pun membaca kartu nama yang di berikan Nathan.
"Di rumah sakit suami ku ternyata, jelas sekali Ia baru saja menjadi dokter. Habis riwayat mu Nathan lee. Tunggu sampai suami ku tau, apa yang kamu lakukan dengan istrinya!" ucap Ranna dan susah payah Ia membawa barang-barang belanjaanya.
***
Cheryl,Revi,Sam dan tentunya Nathan sedang duduk melingkar. Semua tatapannya satu arah menuju ponsel Nathan yang tergeletak di meja.
"Sudah 3 jam dan belum ada panggilan" ucap Revi
"Cara mu gagal" ucap Sam.
"Tidak harusnya Ia sudah menelfon. Sebentar lagi.." yakin Nathan. Ke empat orang tersebut menatap serius pada ponsel Nathan dan keempatnya terkejut. Revi bahkan nyaris jatuh dari kursinya saat dengan nyaringnya ponsel Sam yang berbunyi.
"Ya! Apa tidak bisa pelankan suara ponsel mu!" bentak Revi.
"Hanya tidak ingin mengambil Resiko, Ranna mengamuk karna telfonnya tidak di angkat. Dia menelfon ku. " ucap Sam dan menunjukan ponselnya.
"Speaker" ucap Nathan. Sam pun menurut. Ia memode speaker kan ponselnya.
"Halo. Sayang.."
"Iya." jawab Sam.
"Kok ngga suka gitu nada suaranya.."
"Iya sayang.. Kenapa? Aku baru selesai minum" ucap Sam memberikan alasan sekenannya.
"Euhm.. "
"Ada apa sayang?" tanya Sam semanis mungkin.
"Kok ada apa sih? Memangnya kalau aku telfon harus ada apa-apa?"
Sam memberikan gerakan memukul-mukul angin. Ia sungguh ingin mencekik dirinya sendiri.
"Engga kaya gitu. Maksud aku, apa ada sesuatu yang bisa aku bantu. Atau apa gitu"
"Tau ah. Kamu bikin aku bete deh."
"Iya aku minta maaf."
"Yaudah.. Kamu pulang jam berapa hari ini?" tanya Ranna.
"Jam 5 dari sini."
"Oke..aku udah masak. Masakan kesukaan kamu dan aku pikir rasanya jauh lebih baik dari kemarin."
"Kamu masak apa?" tanya Sam,berharap Ranna tak memasak ayam tumis bumbu kecap lagi yang sebelum nya memang menjadi makan kesukaanya namun, sudah 4 hari berturut-turut Sam selalu makan makanan yang sama tentu saja membuat siapa pun akan mual.
"Ayam kecap kesukaan kamu. Sekarang pasti rasanya lebih enak"
"Yang kemarin sudah enak kok"
"Ya yang ini lebih! Aku masak lebih banyak. Cepat pulang ya. I love you"
"Iya.."
"Kamu tidak cinta pada ku?"
"Ya..i love you more" ucap Sam
"Oh ya.. Bawakan aku obat untuk terkilir ya ",
" kenapa memang?" tanya Sam
"Kaki ku sedikit terkilir"
Sam menatap Nathan, dan Nathan memberikan penjelasan bahwa Ia tak sengaja tentu saja tanpa suara.
"Tapi kamu ngga papa kan? Kenapa cidera?"
"Im oke.. Hanya sedikit membengkak sepertinya sekarang. Biasa anak muda tidak pernah memikirkan orang lain, Ia menabrak ku dan pergi begitu saja" ucap Ranna.
"Tunggu aku ya" ucap Sam
"Iya sayang.. Aku tutup ya. Dahh",
" hmm..see you at home" ucap Sam, dan menunggu hingga Ranna memutuskan telfonnya.
Sam memukul bahu Nathan.
"Sudah aku bilang jangan mencedarinya secara Fisik!" omel Sam
"Dia hanya terkilir. Kalau kau sekhawatir itu padanya, kenapa harus membuangnya? Kelihatannya kau masih sangat mencintai tante gendut itu" ucap Nathan.
Sam menatap miris pada Nathan, Ia menggeleng kan kepalanya tak percaya.
"Apa menurut mu yang tadi itu cinta?" tanya Sam. Nathan mengedikan bahunya.
"Kau jelas sangat mengkhawatirkannya" ucap Nathan.
"Dia tidak mengkhawatirkan Ranna. Ia mengkhawatirkan dirinya sendiri. Sehat saja Ranna menyebalkan bagaimana jika Ia sakit?" ucap Revi menimpali. Nathan terlihat berfikir dan mengangguk.
Sam menyisir rambutnya. Ia juga melepaskan kaca mata yang Ia pakai dan memijit tulang hidungnya.
"Aku tidak percaya, bekerja sama dengan anak kecil sepertinya yang bahkan tidak bisa membedakan mana cinta dan mana terpaksa" keluh Sam.
"Benar-benar membuat ku semakin lelah. Cheryl katakan padanya jika Ia tidak benar-benar serius dalam kerjaanya, lupakan semua tentang juliard" ucap Sam dan meninggalkan ketigannya.
Cheryl memukul Nathan lagi.
"Aow.. Sakit"
"Kamu pengen ke juliard ngga sih?"
"Ya pengen"
"Kalau gitu kerja yang bener! Sam bukan tipe orang yang bisa nerima ke gagalan sekecil apapun" ucap Cheryl dan meninggalkan Nathan. Nathan mendengus kesal. Semua orang memarahinya, mengancamnya dan mrmperlakukannya lacaknya anak kecil. Ya, dia memang masih muda dan tampan!
Nathan bergerak melindungi dirinya Saat Revi mengangkat tangannya.
"Kau ingin memukul ku juga?" tanya Nathan. Revi tersenyum dan menepuk pundak Nathan.
"Tenang lah. Sam sebenarnya orang baik. Ia hanya merasa tersudut dan begitu tertekan belakangan ini. Ya, seperti yang lu tau siapa yang kita hadapi." ucap Revi. Nathan memicingkan matanya. Ia menyingkirkan tangan Revi dari bahunya.
"Kau tidak suka dengan pria kan? "
"What?" ucap Revi tak percaya dengan ucapan Nathan.
"Lu ngga suka sama gua kan? Sorry gua masih normal"
"Ya! Astaga.. Apa gua terlihat seperti pria yang suka pria?",
Nathan mengangguk lugu.
Revi memutar bola matanya, Ia sungguh hanya ingin mensupport Nathan. Mengapa semua orang menganggapnya homo, apa karna Ia belum memiliki kekasih? Demi apapun Ia hanya sibuk dan terlalu malas untuk itu. Selebihnya Ia sangat amat Normal, cukup normal untuk merasakan cemburu pada Cheryl yang sudah lama Ia suka tapi Ia tak bisa melakukan apapun selain mengikuti mau cheryl.
Revi memukul belakang kepala Nathan.
"Ah.." keluhnya
"Pantas buat lu anak kecil. Kerja yang bener sebelum semua mimpi lu terkubur" ucap Revi dan meninggalkan Nathan.
***
Yipii sesuai janji ku ya :) happy reading ..