Hujan turun cukup deras sore ini, Sam bersedekap dan menatap Hujan sore itu.
"Ngga lagi galau ngeliatin hujan kaya anak SMA kan?"
"Ngga usah rese" ucap Sam tanpa menoleh. Karna tentu saja dia sudah sangat hafal suara Cheryl.
Cheryl tertawa kecil.
"Aku sudah dengar dari Revi"
Sam yang semula bersandar pada saka rumah sakit pun menegakan tubuhnya.
"Dengar apa?"
"Istri mu"
"Oh itu.. dasar Revi"
"Maaf ya.." ucap Cheryl. Sam tersenyum geli.
"Kenapa malah senyum"
"Aneh saja mendengar mu minta maaf." Ucap Sam. Cheryl mencebik dan memukul lengan Sam.
"Rese" ucap Cheryl. Sam hanya tersenyum tipis. Kini keduanya menatap hujan yang jatuh. Cheryl mengulurkan tangannya agar basah. Namun Sam menghalaunya.
"Ngga usah bikin penyakit deh"
"Apa aku harus menjauh dari mu Sam?" Tanya Cheryl.
Sam tersenyum dan menggeleng.
"Itu hanya Ranna. Kamu tau betul dia seperti apa. "
Cheryl menatap Sam gelisah. Sam menyentuh bahu cheryl. Ia akan mengatakan sesuatu kalau saja Revi tak menghampirinya lebih dulu, masih dengan napas terengah-engah.
"Bro..istri lu" ucap Revi
"Istri gua? Kenapa?"
"Dia di sini. Dia lagi marah-marahin perawat lu"
"Ranna" ucap Sam dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Cheryl tertawa kecil melihat Sam.
"Sudah sana" ucap cheryl. Sam menghela napasnya lagi.
"See? Dia tidak hanya bermasalah pada mu. Tapi pada semua orang" ucap Sam sebelum meninggalkan keduanya.
***
Dengan langkah cepat Sam menghampiri Ranna yang saat ini sedang menjadi tontonan banyak orang karna memaki beberapa perawat di sana.
"Ranna..kamu apa-apaan sih?"
"Kamu kemana aja? Mau alasan operasi? Aku udah ke ruang operasi dan ngga ada nama kamu di sana! "
"Pelankan suara mu Ranna, ayo kita masuk." Ajak Sam.
"Kenapa harus pelan? Ini rumah sakit mu! Kamu selalu alasan sibuk di rumah sakit, tapi nyatanya kamu masih punya waktu untuk jalan-jalan"
Sam mengusap wajahnya,Ia sungguh sangat malu dengan sikap Ranna.
"Ranna.. "
"Oh..ya mending kamu pecat perawat-perawat ini deh."
"Pecat? Apa salah mereka?"
"Karna mereka di sini bukan bekerja! Mereka di sini untuk menggoda mu"
Sam masih mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia tak ingin membuat dirinya semakin memalukan di depan banyak orang.
"Sampai kapan kamu akan menuduh wanita lain sedang menggoda ku? Ranna, sudahlah ayo masuk" ucap Sam dan menggapai tangan Ranna. Namun Ranna menampiknya.
Sam meminta yang lainnya untuk pergi. Ranna masih menatap Sam marah.
"Kamu kesini hanya untuk memarahi ku dan pekerja lainnya?" Tanya Sam. Ranna tak menjawab hanya air matanya terjatuh begitu saja.
"Ayo masuk" ajak Sam lagi dan mencoba merangkul Ranna. Namun Ranna lagi-lagi melepaskan tangan Sam.
"Yaudah mau kamu apa sekarang?"
"Aku tidak suka mereka berada di dekat mu! Aku tidak suka mereka menggoda mu!"
"Rasa cemburu mu kelewatan Ranna. " Ucap Sam
"Aku tidak asal cemburu! Mereka memang mengejar mu! Mereka menggoda mu Sam.. mereka..." Pekik Ranna yang tak sanggup menyelesaikan kalimatnya dan Ia pun berjongkok menangis dengan kepala di atas tumpukan tangannya.
"Kamu ngga pernah peduli sama aku"
Sam memejamkan matanya sendiri menahan kesal. Ia memukul-mukul angin sebagai pelampiasannya.
Sam cepat-cepat berjongkok saat Ia melihat sosok pria paruh baya yang sebentar lagi menghampiri nya.
"Sayang udah dong jangan nangis"
"Kamu selalu sibuk sama urusan kamu. Kamu lebih belain mereka dari pada aku" ucap Ranna semakin terisak.
"Iya..iya aku salah.. udah ya jangan nangis dong"
"Aku kesini mau bawain kamu makan siang. Tapi kamu malah sibuk selingkuh"
"Aku ngga selingkuh"
"Kamu selingkuh" rengek Ranna
"Kapan? Dimana ? Sama siapa?"
"Tuh kan kamu galak!" Ucap Ranna semakin terisak.
"Kamu bahkan ngebentak aku terus kemarin. "
"Siapa yang ngebentak?" Tanya pria paruh baya yang sudah sampai di dekat mereka. Pria itu ikut membungkuk dan mengusap kepala Ranna. Ranna mengangkat kepalanya dan masih terisak.
"Kamu membentak ranna? Salah apa memangnya? Kamu jangan kasar sama perempuan ya! Kapan papah ngajarin kamu kaya gitu?"
"Aku ngga ngebentak, ya oke kemarin itu karna aku lelah sekali. Tapi aku tidak kasar" ucap Sam. Ranna tak mengatakan apapun hanya masih tercekat oleh isakannya. Darma Wijaya yang adalah ayah Sam membantu Ranna berdiri.
"Pria itu di ciptakan untuk mengerti perempuan bukan membentak-bentak. Istri mu menyempatkan diri datang ke kantor, kok malah di bikin nangis"
Sam meniup anak Rambutnya yang jatuh.
"Expresi macam apa itu. Cepat minta maaf. Tunggu sampai mamah mu tau, kamu akan habis" ucap Darma
"Aku minta maaf Ranna"
"Begitu muka meminta maaf?"
Sam menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Sudah deh pah.. aku mana bisa minta maaf kalau papah menatap ku seperti itu.Aku bisa menyelesaikannya.." ucap Sam dan menarik tangan Ranna untuk masuk ke dalam ruangannya dan Darma tak mengatakan apapun lagi selain membiarkan serta memastikan hal ini tak menjadi perbincangan di rumah sakitnya.
Sam duduk berhadapan dengam Ranna yang masih membuang mukannya dari Sam.
"Kamu sampai kapan mau ngambek kaya gitu?"
"Memangnya kamu peduli!"
"Kalau aku tidak peduli aku tidak akan tanya"
"Kalau kamu peduli kenapa tidak pulang! Aku bahkan kesini lebih dulu, untuk memaafkan kamu dan mengantarkan mu makanan. Tapi aku lupa kalau di sini kamu punya selingkuhan pasti kamu sedang makan dengam Cheryl seperti kemarin"
"Dan dengan Revi!"
"Berhenti mengkoreksi kalimat ku! "
"Ya itu karna aku makan bertiga tapi kamu membuatnya seakan-akan aku melakukan makan siang hanya berdua!"
"Kamu membentak ku lagi?"
"Engga ? Kapan?"
"Itu.."
"Nada suara ku memang begini."
"Oh kamu pikir aku baru mengenal mu sehari!"
Sam mengatur napasnya lagi dam lagi. Ini hanya akan jadi keributan lagi kalau tak juga Ia akhiri.
"Oke.. aku minta maaf. Semuanya salah aku, salah aku karna membentak kamu, salah aku karna aku makan di luar dengan Cheryl dan Revi, salah aku kalau mereka terus menerus melihat ku."
"Salah kamu karna tidak punya waktu untuk ku"
Sam mengangguk..
"Ya salah aku karna tidak punya banyak waktu untuk mu"
Ranna masih belum mau menatap Sam. Sam mendekat dan bersimpuh tepat di depan Ranna. Ia menggapai tangan Ranna. Ranna tak menolak kali ini.
"Maaf.."
"Maaf ya sayang" ucap Sam dan mengecup tangan Ranna.
"Kamu tuh cinta ngga sih sama aku."
Sam mengangguk cepat dengan wajah tampan dan terlihat lugunya itu. Sungguh tak akan ada yang bisa menolak permintaan maafnya.
"Kamu nyebelin tau ngga.. aku dateng kesini karna mau makan sama kamu" ucap Ranna dan kembali menangis. Sam mengangguk lagi. Ia mengusap kepala belakang Ranna.
"Mereka itu ngegodain kamu.. mereka juga ngomongin aku. Mereka bilang aku ngga pantes jadi istri kamu"
"Memang.." ucap sam lirih sangat lirih.
"Kamu bilang apa?"
"Memang..maksud ku memang ucapan mereka akan merubah sesuatu? Kamu tetap istri aku kan?" Ucap Sam dengan wajah semanis mungkin.
"Im yours.." ucap Sam lagi untuk meyakinkan Ranna.
Ranna masih terdiam.
"Sekarang aku yang tanya kamu cinta ngga sama aku?"
"Cintalah!"
"Bohong" ucap Sam
"Beneran..aku ngga bohong"
"Kalau cinta masa kamu tega lihat aku di marahin mama sama papa karna bikin kamu nangis"
"Abis kamunya nakal sih.."
"Hufht yaudah deh, biar aja aku di marahin mama sama Papa. Biar aja deh nanti mama dateng pukilin aku."
"Jangan.." ucap Ranna manja
"Abis kamu ngga mau maafin aku"
"Iya udah kok.. tapi kamu jangan nyebelin lagi. Aku mau kita buat perjanjian.." ucap Ranna.
Sam yang sebenarnya sudah lelah hanya dapat tersenyum semanis mungkin.
"Sure..apa itu?" Tanya Sam
"1. Aku mau kamu pulang sebelum jam 9 malem."
"Kalau aku ada operasi mendadak?"
"Ya izin atau telfon.. atau kasih dokter bedah lain.."
"Tapi.."
"Tuh kan!"
Sam menghela napasnya lagi.
"Oke.. apa lagi?" Tanya Sam
"Kamu harus sarapan di rumah, makan siang ngga boleh sama cheryl atau cewek mana pun dan makan malem wajib di rumah sama aku!"
"Sama mama?"
"Selain sama aku dan keluarga dan kalau terpaksa wajib izin aku dulu.." jelas Ranna.
"Oke..any else.."
"Kamu harus prioritasin aku di bandingkan pasien kamu"
"Mana mungkin? Aku bahkan tidak bisa memprioritaskan diri aku" ucap Sam. Ranna terlihat berfikir.
"Tapi paling engga kamu harus dateng ke acara aku lusa" ucap Ranna.
"Aku sudah ada janji operasi"
"Selesai Operasi!"
"Okey.. aku usahain"
"Harus!"
"Iya-iya harus, any else?"
Ranna terlihat berfikir.
"Sisanya masih aku fikirkan.."
"Oke.. jadi aku udah di maafin?" Tanya Sam.Ranna mengangguk.
"Peluk dong.." ucap Sam. Ranna pun memeluk Sam. Di belakang Ranna, Sam menunjukan wajah malasnya. Selamat Ia benar-benar sudah di penjara oleh statusnya.
Ranna melepaskan pelukannya.
"Some kisses maybe?" Ucap Sam. Ranna mengangguk, Ia akan mendekatkan wajahnya namun ponsel Sam berdering dan menganggu aktifitas manis mereka.
"Aku angkat telfon ya"
"Cheryl ya?" Tanya Ranna galak.
"Revino.." ucap Sam dan menunjukan ponselnya.
"Speaker.."
Sam benar-benar berusaha untuk memenuhi semua kemaun Ranna.
"Oke."
Sam hanya bisa berdoa semoga Revi tak bicara macam-macam.
"Iya Rev."
"Dok.. maaf. Ada pasien operasi kemarin dan kritis sekarang. Bisa tolong di cek. Di pavilion anggrek kamar 21, atas nama Tn. Adji jatmoko."
"Oh.. oke baik." Ucap Sam dan menutup ponselnya. Sam menatap Ranna, meminta persetujuan Ranna. Ranna mengangguk setuju.
"Thanks.." ucap Sam dan mengambil jas dokter juga stetoskopnya.
"See you at home..hone" ucap Sam dan mengecup pipi ranna sekilas lalu meninggalkan Ranna.
***
Haiii haii.. maaf baru sempet up.. itu karena aku cuma bisa buka Wattpad pake Wifi.
So.. sabar tunggu aku ya wkwk.
Or ada yang mau bantu aku upload maybe wkwk
Happy reading :*
Di tunggu vote and commentnya nya.. share? Boleh bangets