Holaaa 😄
Hari ini sudah jadwal untuk MAHKOTA KERTAS update. Meski ngacak harinya, tapi kuusahakan untuk update terus. Nah, makanya dukung cerita ini terus ya, biar aku tambah semangat 😚
Kritik dan saran juga kuterima dengan senang hati, lho!
Nah, gimana selama baca empat bab ini? Masih sehat kan hatinya? Atau sudah terserang virus kebaperan? *mainin alis 😆
Bab LIMA masih proses. Doakan idenya lancar jaya biar secepatnya bisa up. Yeahh... *kibas poni ala Sadam
Cukup sekian dan terima kasih. *kemudian author pergi meninggalkan laptop
"Lho? Kak Ayaaa, ini belum selesai!" protes Bri. "Kenalannya kan belum, Kak! Bab ini aku yang lanjutin, ya!"
"Yang bagus, Bri! Fotonya ada di folder MK!"
"Siap, Kak!" Bri berdecak. "Gimana, sih? Ini folder ditaruh di mana pula." *mencet-mencet tikus biru
"Sip. Ketemu." *scroll
"Ini kenapa foto Sadam semua? Eh, ini foto siapa? Ganteng banget...."
"Tulis aja, Bri!" teriakku. "Kalau ngomong terus, kapan nulisnya?"
"Iya iya. Aku tulis sekarang." *buka Wattpad
Holaaa. Bri yang ambil alih sekarang. Jangan tanya keberadaan Kak Aya sekarang. Karena dia sebenarnya ada di belakangku. Hahahaaa 😂
Langsung saja, ya.
Kenalin ini aku, Sabrina. Lahir 16 tahun yang lalu dengan tanggal dan bulan yang sama dengan author, 16 November. Makanya enggak usah heran kalau aku itu baperan. Author-nya aja baperan.
Life is drama, kan?
Tapi, tenang. Aku cewek kuat, kok. Bangun jam 4 pagi terus nguli sampai keadaan tenang dan beres, baru aku berangkat ke sekolah. Hitung-hitung olahraga ya, kan?
Rambut pendek. Suka olahraga lari. Punya boneka kesayangan, namanya Pinguino. Alergi stroberi. Cita-cita ingin membahagiakan orangtua. Terutama Ayah. Kalau Mama... masih kucoba 😔
Aku bersekolah di SMA Arcapella. Kehidupanku tak seindah yang kalian kira. Tapi yahh aku nikmati saja. Toh aku masih diberikan kesempatan hidup sudah lebih dari cukup.
Sejak ada Sadam, kehidupanku mulai berwarna. Pertemuanku dengan Sadam itu bisa dibilang hal yang unik. Aku bertemu saat dia tengah tidur di perpustakaan sekolah. Saat itu kami masih SMP kelas delapan. Ruang kelas kami berbeda tentunya, jadi aku tidak mengenalnya.
Aku bukanlah tipe yang punya banyak teman. Jadi, aku mencari kesibukan dengan menjadi penghuni perpustakaan saat berada di sekolah. Bila waktu istirahat, kugunakan untuk membaca di sana.
O ya, balik lagi ke Sadam. Saat itu sekolah dibubarkan lebih awal karena ada rapat. Saat aku mengembalikan buku ke perpustakaan, aku melihat sepatu kets merah di belakang lemari. Kuberanikan diri untuk melihatnya.
Cowok yang terbilang cukup tampan, tengah pulas sampai kulihat ada liur basi di sudut pipinya. Ihh....
Aku ingin membangunkannya, tapi kupikir tidak ada salahnya membuat keributan di sini. Jadi aku berteriak, "Ibu, ada mayat!"
Kericuhan pun terjadi. Aku tergelak ketika cowok itu diomeli penjaga perpus.
"Gue bukan mayat. Gue masih hidup, tahu!" Dia berceloteh ketika dia sudah berjalan sejajar denganku.
Aku tertawa. Tawa yang rasanya belum pernah keluar dariku saat aku di rumah. Ada perasaan senang di hatiku.
"Eh, kenalin gue Sadam."
"Sabrina."
Dan setelah itu, aku mengenalnya dengan baik.
"Eh, kok fotonya itu, Bri? Kan ada yang foto mukanya."
"Biarin, Kak. Salah sendiri bawa motor ngebut banget!"
"Dia kalau diam terlalu tampan, Kak! Ya Tuhan...." Bri menangkupkan kedua pipinya.
"Tulis bionya aja. Cepetan!"
Namanya Sadam. Warna favorit merah dan hitam. Jago basket. Anak OSIS. Tengil. Cueknya parah. Suka ngilang. Tapi kalau marah seram banget.
Dia dibilang most wanted di sekolah tidak juga. Mungkin karena tingkat kecuekkannya itu, ya? Cewek-cewek jadi pada malas mendekatinya. Hmm....
Tapi ya itu, baiknya keterlaluan. Terutama sama aku.
Atau jangan-jangan Sadam punya misi terselubung? *ngusap-ngusap dagu
Oke. Lanjut ke tokoh ketiga.
Namanya Mikhaela Arumi, si cewek centil yang bisanya nyuruh-nyuruh doang. *elus dada
Mikha itu anak OSIS. Cantik. Pintar. Tidak suka olahraga. Alergi debu. (anak mami banget, ya 🤔)
"Tapi aku harus bisa lebih baik darinya. Lihat saja nanti," kata Bri. Dia menggerutu di depan laptop.
"Bri, udah belum nulisnya? Jangan kebanyakan emot!"
"Yah, Kak. Biar lucu. Pake aja yes?" *wink
"Hmm."
"Asyik."
Lanjut tokoh keempat.
Namanya Mia. Dia kakakku. Cantik. Pintar. Baik. Fashionable banget. Paket lengkap ada sama dia semua.
Satu kelemahannya, dia itu tidak bisa menderita. Kalau dia menderita, dia bisa menangis tanpa henti. Stres yang berlebihan. Sampai ada yang mau membantunya untuk membuatnya kembali bangkit.
Hmm, kok Mia bisa begitu, ya? Apa karena terlalu dimanjakan sama Mama? 🤔
Mama...
Aku harus apa biar Mama bisa lihat keberadaanku sebagai anak Mama? 😔
"Kak, udah, nih! Aku mau ke Sadam dulu."
"Ngapain?"
"Makan es krim. Aku sedih kalau inget Mama, Kak."
"Ya udah. Hati-hati, ya! Bilang sama Sadam, enggak usah ngebut."
Bri mengangguk.
"Keplak aja kalau dia ngebut lagi, Bri."
Bri tertawa. "Siap, Kak!"
Hai, Guys. I'm back. Sudah cukup kan perkenalannya?
Masih kurang juga?
Hehehee. Jangan dibocorin semua dong. Entar ceritanya tamat dong 😅 (ikutan pakai emot)
O ya, kemarin aku digambarin Sadam sama Alanish_Orielee, lho! 💙
Bagus, kan?
Thanks ya, Nim, sudah mau menggambarkannya... 🙃
Okay, Guys. Segitu aja dulu perkenalannya.
Kalau ada pertanyaan, kritik, maupun saran untuk membangun cerita ini atau QnA sama para tokoh boleh. Tulis di sini or di foto tokohnya.
Mau nanya ke authornya juga boleh, kok.
Salam Sayang,
Aya