[โœ”] KKN

By mafiakangkung

468K 51.7K 29.7K

[๐˜พ๐™ค๐™ข๐™ฅ๐™ก๐™š๐™ฉ๐™š๐™™] ๐˜‰๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ. ๐˜๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜’๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ด๐˜ช ๐˜’๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช ๐˜•๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ต๐˜ช๐˜ด๐˜ฎ๐˜ฆ. ๐˜‰๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ... More

- Preambule -
[01] You've got a bad reputation in my neighbourhood
[02] I'm feelin' nice and wanna get in my zone
[03] 'Cause I'm scared you with somebody else
[04] Where did the time go? I wished the hours would go slow
[05] He kissed my lips, I taste your mouth
[06] I'm probably lyin' to myself again
[07] I feel loved when I see your face
[08] Don't wanna give my heart away to another stranger
[09] It's hard to act like I don't think about you sometime
[10] You look at me and babe I wanna catch on fire
[11] I'm jealous of the way you're happy without me
[12] We could rule the world just you and I
[13] Cause I wanna touch you baby and I wanna feel you too
[15] You'll never feel like you're alone, I'll make this feel like home (18+)
[16] If you bloom forever in my heart, it's okay for me to get hurt
[17] I don't want to fall another moment of your gravity
[18] Why can't it be like that? Cause I'm yours
[19] And you're the reason that I'm still breathing, I'm hopeless now
[20] Now I'm one step closer to being two steps far from you
[21] You could put on ocean between our love, it won't keep us apart
[22] If I don't have you, my heart will have no home to lean comfortably on
[23] Take my hand. Will you share this with me?
[24] Isn't it funny? Today too, I won't miss you
[25] No matter how much you hide it, you know that it won't ever be covered up
[26] Won't you give it to me one last time? Oh baby, let me love you goodbye
[End] I'll take you in my arms and hold you right where you belong
[Special Episode] #01 : Alasan Kami Tunangan
[Special Episode] #02 : Arshaka UwU is Anarki's Weakness
[Special Episode] #03 : Is this a happy ending for us? (Part 1)
[Special Episode] #04 : Is this a happy ending for us? (Part 2)
[Special Episode] #05 : Is this a happy ending for us? (END)

[14] All you do is run back to the one who breaks your heart

12.7K 1.6K 760
By mafiakangkung

Tapi orang yang Anarki cinta cuma Arshaka. Si cengeng yang lagi berdiri di depan kedua mata. Bukan yang ada di posko ataupun siapapun dia.

=========

Mingyu belajar satu hal, jika di dunia ini gak ada kebodohan yang paling menyakitkan selain menanggung sebuah penyesalan.

Hanya karena menuruti nafsu dan rasa cemburu, Mingyu sampai lepas kendali bahkan melukai Wonwoo. Nyaris dia menorehkan kenangan paling buruk jika saja air mata Wonwoo tidak menyadarkannya, sebab tak lama setelah kejadian memalukan itu rasa bersalah datang menghantam Mingyu.

Sekali lagi sebuah pengandaian datang, andai dia bisa mengontrol emosi, andai dia bisa menahan kemarahan, minimal gak tersentil saat melihat jejak Jeonghan tertinggal di tengkuk indah Wonwoo, mungkin kekasih gelapnya masih ada dalam genggaman tangan dan berada dalam dekapan. Karena setelah tiga hari berlalu, hubungan mereka merenggang, semakin rumit dan tegang.

Yang sebelumnya lengket seolah tak terpisahkan, kini Anarki maupun Arshaka memilih sibuk dengan tugas masing-masing. Lebih tepatnya Mingyu coba mengalah dengan membiarkan Wonwoo hidup bebas bersama anggota lain yakni Jennie dan Hoshi.

Dia ingin menebus rasa bersalah, maka sebisa mungkin Mingyu berikan ruang agar Wonwoo merasa nyaman dan aman. Karena dia sadar kesalahan yang terjadi kemarin adalah yang paling tak termaafkan.

Mingyu berpikir lebih baik dibenci daripada harus hidup tanpa melihat Wonwoo dalam kurun waktu sehari. Dia gak keberatan jika cowok manis itu  menghindarinya. Selama Wonwoo baik-baik saja dan mampu dilihat oleh kedua matanya, Mingyu sudah cukup bahagia.

Seperti sore itu yang mana hawa dan suasana terasa lebih cerah dibandingkan hari sebelumnya. Mingyu memisahkan diri dengan anggota lain yang sibuk di kantor desa melaksanakan lomba cerdas cermat. Dia dan Eunha mendapat amanat untuk menjadi juri lomba gapura.

Satu jam lebih mengelilingi 8 kampung, karena sisa kampung yang lain dipegang oleh Daniel dan Hayoung. Mingyu ditemani perwakilan kelompok KKN kampus sebelah menilai gapura terakhir di kampung yang paling jauh dari posko.

Semangatnya surut, Mingyu kehilangan daya karena belum sempat bertemu sapa dengan Wonwoo yang juga sibuk. Beberapa kali Eunha sampai menyenggol bahunya karena hanya Mingyu yang belum mengisi kolom penilaian. Bahkan motornya nyaris menabrak atau terperosok ke jurang jika tepukan cewek manis itu gak menyadarkannya.

"Yang bener aja sih, Tum! Gue belum kawin masa iya mau mati muda sih? Gak mau ah, pokoknya gue minta turun! Mau jalan kaki aja."

Mingyu menuruti Eunha yang melipir di pos kamling. "Eh buset, jauh tau kalo jalan kaki. Udah sih naik aja, sori gue lagi gak fokus hari ini."

"Halah dusta! Sejak kemaren juga lo udah gak fokus yha! Dikira gue kagak tau apa!"

Mingyu mana bisa nyangkal karena memang begitu nyatanya. Siapapun bisa membaca perubahan yang terjadi pada dirinya, apalagi hubungannya dengan Wonwoo. Bukan satu dua anggota yang menatap penasaran, nyaris semua menanyakan hal yang sama; sebenarnya ada apa dengan Anarki dan Shaka?

Tapi, Mingyu memilih diam dan hal itu pula membungkam rasa penasaran yang lain. Ditambah tuntutan minggu terakhir di desa, puncak acara yang tinggal menghitung hari, maka sudah semestinya mereka fokus melakukan kegiatan alih-alih mengurusi urusan asmara.

Tapi yang namanya manusia, apalagi hati Mingyu yang super labil. Jauh dari kata bahagia, sejujurnya Mingyu menderita dan diserbu harapan tingkat tinggi.

Setiap kali mendengar langkah kaki warga, dia mengharapkan jika itu jejak kaki Wonwoo. Bahkan saat Eunha memanggil seseorang di telepon dan sosok cowok datang beberapa waktu kemudian, Mingyu berharap jika itu Wonwoo.

Namun ternyata Jaehyun-lah yang harus menganggu. "Pada ngapain sih? Bukannya balik bantuin yang lain di kantor desa, malah nongkrong di sini."

Eunha menatap kesal Mingyu yang langsung menjawab rasa penasaran Jaehyun sebagai ojek dadakan. "Gue gak santai-santai ya! Ini manusia bongsor satu nyaris bikin gue jantungan. Ayok Jae kita balik, biarin aja dia sendirian di sini. Gedeg gue!"

"Iya, gedeg kenapa, Eunha? Emang udah kelar ngejurinya?"

"Nanti gue ceritain, sekarang mending anterin gue balik."

Lalu Mingyu ditinggal sendiri, duduk menyepi sementara jejak dua sejoli sudah lesap sedari tadi. Diapitnya sebatang rokok di antara jemari. Pikiran kusut membuat Mingyu ingin menghilangkan stres, maka dia berjalan ke warung untuk membeli korek. Di tengah sesapan dan kepulan asap, pikirannya bercabang ke mana-mana.

Kegiatan iya, menyesal iya, tapi yang paling mendominasi rindu pada sosok manis bernama Arshaka. Dia gak pernah seputus asa ini, semua hal terasa baru dan menjadikan Mingyu sebagai pribadi baru selama di posko, nyaris lupa jika di Ciputat sana dia memiliki Najma.

Bahkan panggilan di hape dari cowok yang udah dipacarinya selama 4 tahun itu gak mampu menginterupsi lamunan Mingyu. Hanya sekelebat bayangan mengenai wajah merah Wonwoo yang menangis setelah dia kasari kemarin yang mengembalikannya pada alam nyata.

"Halo?" Mingyu mengangkat panggilan tanpa melihat siapa id pemanggil hingga mendengar suara super ceria di sebrang sana.

"Ayangku lama banget sih angkat teleponnya?! Aku udah nungguin di posko dari setengah jam yang lalu, mana sepi banget lagi. Gak ada hantu kan di sini?"

Mingyu mendadak lemot, mencerna kalimat Seungkwan. "Posko? Posko siapa? Emangnya kamu lagi di mana?!"

Terdengar kekeh ringan dari Seungkwan. "Tebak dong aku lagi di mana? Ah, kelamaan ding. Mending kamu pulang ke posko aja sini, aku sendirian tau. Digigitin nyamuk."

Tanpa salam atau kalimat balasan, Mingyu menutup panggilan Seungkwan. Dia buru-buru menstarter motor dan menancap gas, sementara rokok yang baru disesap tergeletak tanpa makna di tanah.

Rupanya cobaan belum mau berhenti sampai di situ, Mingyu diberkahi seabreg pikiran secara bertubi-tubi. Pasalnya, dari sekian banyak problematika yang gak ingin dia alami, bertemu Seungkwan dalam situasi seperti ini sama saja mencari mati.

Entah mengapa, atensinya untuk Wonwoo menyedot semua atensi untuk Seungkwan. Dulu cowok gemas itu adalah pusat dan prioritasnya, namun kali ini Mingyu rasakan kejenuhan. Jika boleh jujur dia kesal dengan kunjungan Seungkwan yang terbilang super dadakan.

"Kalanya akuuuu!" Seungkwan berlari kecil, menghampiri Mingyu yang baru sampai di depan posko. Langsung menghambur ke pelukan si cowok bongsor, seolah mereka terpisah bertahun-tahun lamanya.

Bagi Seungkwan memang tiga minggu seperti sewindu. Lamanya astaga, mungkin jika menahan rindu bisa membunuh manusia, dia udah mati sekarat lantaran ingin bertemu dengan Kalandra tercinta.

"Kangen ih, mau nangis aja aku sendirian di Ciputat gak ada temennya. Kamu KKN lama banget deh. Gak kangen aku apa ya?"

Mingyu membiarkan Seungkwan memeluk erat tubuhnya, merasakan getaran dari tubuh sang pacar yang seperti terisak.

"Najma, Najma....," Mingyu geleng-geleng kepala. "Kamu sama siapa ke sini? Kenapa gak bilang dulu? Mana udah sore, dan ini tas ransel buat apa coba?"

Seungkwan nyengir, lalu menghapus jejak air mata. "Aku mau nginep di sini boleh? Tadi aku sama Kino naik motor, tapi dia di desa sebelah, sodaranya KKN di situ. Daripada aku kayak anak hilang ya udah ngunjungin kamu. Tapi kok mukanya gak happy gitu sih? Aku ganggu yah?"

Mingyu menghela napas, mengusap kasar wajahnya yang lelah. Tapi sebisa mungkin menahan, apalagi di hadapan Seungkwan yang belum memberikan alasan mengapa nekat berkunjung tanpa pemberitahuan.

Sayangnya, bukan hal sulit bagi Mingyu menemukan alasan Seungkwan, lebam di area lengan menjelaskan jika ada sesuatu yang gak beres terjadi pada pacarnya. Hal itu pula menyentil rasa empati Mingyu bahkan hingga meredam emosi.

"Berantem lagi sama Kak Ren?"

Seungkwan menunjukkan raut wajah tak nyaman. "Kamu sok tau. Ngapain juga aku berantem sama Kak Ren? Gak ada kerjaan banget."

"Ini apa?" Mingyu menyingkap lengang jaket dan lebam semakin jelas terlihat. "Dia mukul kamu lagi?"

Seungkwan menggeleng. "Bukan Kak Ren," saat genggaman Mingyu melemah, dia mendekatkan diri untuk memeluk Mingyu lagi. "Aku cuma butuh ketemu kamu. Kangen."

Tapi Mingyu tau jika bukan itu alasan yang sebenarnya, meskipun kangen tak bisa disangkal, Mingyu tau cowok gemas itu gak akan bertindak nekat tanpa dipancing suatu hal. Pasti ada sesuatu yang Mingyu gak tau.

"Ya udah," pada akhirnya luluh juga Mingyu untuk mengelus surai Seungkwan. "Kamu boleh nginep di sini, tapi dengan satu syarat nanti ceritain semuanya. Awas kalo gak, aku gak suka kamu kayak gini. Udah berapa kali dibilangin coba jangan kekanakan? Asal kamu tau, ini gak lucu ya, Najma."

"Hehe," bukannya kesal diomeli, Seungkwan malah tertawa girang, lalu mencubit kedua pipi Mingyu. "Nah, kalo gini kan enak marah-marahnya langsung. Bukan di telepon, untung aku anaknya gak banyak mau, kalo gak sabar aja udah aku cubit bibir kamu."

Mingyu lagi-lagi pasrah saat pelukan erat datang dari Seungkwan. Dia gak mau jadi orang jahat, berkhianat dari kekhawatiran untuk Wonwoo. Tapi mendapat perlakuan lembut dari Seungkwan, setidaknya mengurangi beban pikiran Mingyu.

Sebab bukan skenario Tuhan jika tidak penuh drama, pasalnya sebuah kebetulan harus mempertemukan kedua mata mereka saling menatap dalam situasi super canggung, yakni Wonwoo yang baru selesai kegiatan memergoki Mingyu dan Seungkwan yang sibuk berpelukan.

Hoshi berteriak mengompori. "Siapa tuh, Tum? Kok kayaknya gue gak tau. Kenalan dong."

"Masa gak tau sih?" Daniel ikut mengompori, tanpa bermaksud memperkeruh keadaan. "Itu loh penyiar radio FISIP. Ketauan lo pada gak pernah denger atau rikues lagu. Payah emang."

Dengan berat hati, setelah menemukan tatapan penuh luka dari Wonwoo, Mingyu mengucap sebuah kalimat yang sukses membuat anggota kelompok yang ada melotot tak percaya.

"Seungkwan Najma, pacar gue."

Seungkwan dengan malu-malu tersenyum. "Halo semua, aku Seungkwan Najma. Pacarnya cowok nyebelin ini, dulu pernah berkunjung ke sini tapi lagi pada sibuk jadi sekali lagi salam kenal ya kakak-kakak."

•••

Opera sabun gak berhenti sampai di situ saja. Malam harinya seusai anggota mengerjakan tugas sebagai panitia, merekapitulasi nilai dan mencari pemenang dari lomba gapura dan cerdas cermat, atmosfer canggung menyelimuti posko hingga ke anggota-anggotanya.

Jennie berulang kali melirik Wonwoo yang sibuk menatap berlembar-lembar kertas, begitu pula dengan Hoshi mengintip kegiatan yang dilakukan Mingyu dan Seungkwan di sofa melalui mata sipitnya.

Memang, jika melakukan kilas balik dan melihat spasi yang ada selama beberapa hari ini, bukankah wajar Hoshi merasakan ada sesuatu aneh yang terjadi di antara Mingyu dan Wonwoo?

"Lo gak papa kan?" saking pedulinya, Hoshi tiba-tiba nyeletuk dan membuat Wonwoo menatap heran. "Gak ada masalah apa-apa kan?"

"Masalah apa? Gue baik-baik aja kok."

"Bener?"

"Beneran."

"Coba senyum."

Wonwoo pun menuruti perintah Hoshi yang langsung mendapat gelengan kepala sebagai jawaban.

"Manis sih senyumnya, tapi palsu."

Untuk yang satu itu Wonwoo gak tau harus menjawab apa. Bahkan dia gak tau maksud senyumnya apa. Palsu seperti yang disebut Hoshi? Atau senyum paling jujur karena memang itu yang dirasakannya saat ini?

Entahlah.

Wonwoo hanya ingin menenangkan diri. Karena benar seperti yang ditanyakan teman sipitnya tadi, hati Wonwoo gak baik-baik saja. Dia gak bisa berpura-pura mengabaikan kemesraan Seungkwan yang sedari tadi sore menempel pada Mingyu.

Ada gemuruh seperti badai dalam dada melihat kulit atau tubuh cowok tinggi itu melakukan kontak fisik dengan tubuh Seungkwan. Sangat menganggu.

Yang puncaknya saat mata rubah Wonwoo tak sengaja menatap ke arah sofa, di mana Seungkwan duduk di lantai, bersandar langsung dan membuat tubuhnya menempel di dada Mingyu.

Bagaimana cowok menyebalkan super anarkis itu mendaratkan dagunya di puncak kepala Seungkwan dan ciuman mendarat di pipi Mingyu membuat hati Wonwoo tercubit sakit.

Tak bisakah matanya buta dalam beberapa waktu saja?

Setidaknya jangan sampai Wonwoo menemukan pemandangan menyesakkan dada, karena ternyata sensasi yang didapat akan memberikan begitu banyak derita.

"Gue izin tidur ya, kayaknya gue gak enak badan."

"Mau minum obat dulu gak? Kebiasaan emang lo setiap kecapean dikit langsung drop."

Wonwoo menggeleng. "Gak usah, dibawa tidur juga besoknya mendingan."

Hoshi mengangguk, sekhawatir apapun dirinya pada Wonwoo, dia gak bisa membantu apa-apa. Wonwoo bukan seseorang yang mudah terbuka dengan siapapun, maka butuh usaha ekstra untuk Hoshi menguliknya. Meski konsekuensi yang didapat nanti bisa saja Wonwoo marah karena sifat senang memendam masalah sendiri.

Yha, sifat paling buruk yang ada dalam diri Wonwoo.

Direbahkanlah tubuhnya di atas kasur yang sama dengan saat Mingyu menyentuhnya. Kamar di mana mereka tidur bersama, namun dalam tiga hari semuanya berubah begitu saja. Wonwoo meringkuk dalam selimut, menetralkan degub jantung karena sayup-sayup dia mendengar obrolan Mingyu dan Seungkwan di luar.

Dia lelah, kalo boleh jujur. Melihat keduanya bersama membuat hati Wonwoo terbakar, membuatnya kembali ingin pergi sejauh mungkin, karena berada di sekitar Anarki begitu menyakitkan.

Ya, mencintai Anarki adalah hal yang paling menyakitkan.

Berulang kali Wonwoo mencoba menutup mata dan telinga. Mencoba buta dan tuli hingga dia terlelap, namun semua gagal saat suara pintu yang terbuka. Seseorang memasuki kamar dan ternyata itu Seungkwan.

"Kakak belum tidur?"

Wonwoo canggung, lantas menggeleng. Membiarkan cowok itu duduk di tepi kasur. "Kamu juga belum tidur?"

"Ini mau tidur."

Diam di antara keduanya, Wonwoo semakin canggung memilih bertahan dalam sunyi.

"Katanya aku suruh tidur di sini, gak papa kan, Kak Shaka? Atau kakak merasa terganggu?"

"Nggak kok," Wonwoo menggeleng seraya tersenyum. "Gak papa tidur di sini aja. Kalo di luar dingin, kamu bisa masuk angin."

"Hihi, iya juga sih."

Jangan salahkan Wonwoo jika dia mendadak pendiam karena suasana canggung. Bagaimanapun juga berada dalam satu ruangan bersama seseorang yang merupakan pacar dari orang yang kalian cintai adalah situasi paling canggung, bukan? Wonwoo tidaklah gemar berbasa-basi, tapi diam-diaman seperti ini bukan sesuatu yang nyaman untuknya.

"Kak Kala nakal gak selama KKN ini?"

"Hm?" Wonwoo melirik Seungkwan yang merebahkan diri di sampingnya.

"Iya, maksudku dia suka jahilin Kak Wonwoo gak?"

"Gak kok, dia ketua bertanggung jawab."

Seungkwan tersenyum. "Syukurlah, aku setiap teleponan sama dia pasti bahasnya Kak Shaka. Maklumin ya kak, dia emang suka gitu kadang jahil, tapi aslinya baik kok. Aku seneng kalian dekat, aku kira dia gak akan berubah dan akan tetap berada di zona nyaman. Tapi aku rasa efek KKN udah mengubah dia jadi sosok yang aku dambakan sejak dulu."

Bolehkah Wonwoo pergi dari pembicaraan ini? Rasanya dia semakin kerdil saat Seungkwan mulai menunjukkan jika dia adalah orang yang paling mengerti Anarki. Nama Kala, entah kenapa Wonwoo kesal mendengar itu keluar dari mulut Seungkwan.

"Aku mungkin masih sering atau akan selalu repotin dia, tapi tanpa Kak Kala, hidupku gak akan bisa berjalan seutuhnya. Astaga, kayaknya aku ngelindur deh. Maaf ya kak, aku ngantuk banget, aku izin tidur duluan gak papa kan?"

"Iya, selamat bobok, Najma."

"Selamat bobok juga, Kak Shaka."

Beberapa menit berlalu, Wonwoo terdiam dalam pikiran rumit setelah mendengar penuturan Seungkwan. Hatinya semakin panas, semakin tersiksa, entah apa yang dia mau tapi hal itu membuat Wonwoo memilih ke luar untuk mencari udara segar.

Di depan teras, Mingyu duduk seraya menyesap rokok. Membuat tangan Wonwoo refleks terkepal menahan emosi, maka tanpa memerdulikan harga diri dia berjalan mendekati Mingyu.

"Anarki," bisiknya ragu-ragu, namun yang dipanggil tak segera menyahut. Ingin memanggil nama itu sekali lagi, tapi kerongkongannya tercekat, seperti ada energi yang menahan agar nama itu gak disebut lagi.

Tapi aneh, justru tubuh Wonwoo yang tanpa ragu menghampiri Mingyu. Nekat, direbutnya sebatang rokok lalu Wonwoo sesap tanpa pikir panjang. Dia terbatuk hebat dan rokok terjatuh saat Mingyu menarik lengannya.

"Shaka! Apa-apaan sih—astaga, are you okay?"

Wonwoo mengangguk, masih terbatuk. Seumur hidup dia belum pernah merokok dan ini kali pertama Wonwoo merasakan benda yang selalu menjadi kesayangan Mingyu.

Apa-apaan perasaan ini? Kenapa Wonwoo cemburu pada benda sialan itu?

"Bentar, gue ambilin minum dulu."

Tapi Wonwoo menahan lengan Mingyu. Tubuhnya bereaksi lebih cepat, mendobrak pertahanan setelah tiga hari menahan diri.

"Kenapa, Shaka? Ada apa?"

"Anarki," panggilnya lagi kali ini agak parau dengan pandangan menatap tanah. "Aku gak bisa kayak gini. Shaka gak tahan lagi."

"Hm?"

"Maafin Shaka udah nyuekin Anarki, m-maaf ..., untuk yang kemarin, untuk h-hari itu—hiks, u-untuk ciuman Kak Keanu."

Mingyu terkesiap melihat mata Wonwoo berkaca-kaca. "Tunggu sebentar, jangan ke mana-mana."

Lalu Mingyu masuk ke dalam dan membawa jaket yang langsung dipakaikan di tubuh Wonwoo yang bergetar.

"Ikut aku, kita gak bisa ngobrol di sini."

Keduanya dengan saling menggenggam berjalan berdampingan, mengitari gelapnya jalanan desa yang juga sunyi. Mingyu menghentikan langkahnya di balai desa, membawa tubuh Wonwoo untuk duduk namun detik berikutnya sebuah pelukan malah menubruk tubuhnya.

"Hei?" Mingyu balas memeluk Wonwoo.

"Anarki ...," Wonwoo meracau dalam tangisan. Emosi yang tertahan beberapa hari tumpah ruah di bahu Mingyu. "Kenapa harus seperti ini? Kenapa Shaka gak suka liat Anarki dengan Najma? Shaka udah gila ya?"

Mingyu rasakan denyut nyeri saat melihat wajah Wonwoo yang basah oleh air mata. Tak tega, dia mengelap air itu menggunakan ibu jarinya. "Ssssh, tenang Shaka. Jangan menangis."

Wonwoo menggeleng, makin terisak. "Gak bisa ya Anarki sentuh Shaka aja? Jangan Najma, please, rasanya sakit liat kalian bermesraan. Apa itu yang Anarki rasakan kemarin? Hiks, maafin Shaka. Maaf karena Shaka gak tau jika ternyata akan sesakit ini rasanya."

Mingyu terenyuh melihat Wonwoo yang menangis menahan rasa sakit, namun saat cowok itu sesenggukan kekeh ringan datang darinya. Gemas Mingyu tuh, seperti melihat anak kecil yang menangis karena mainannya direbut orang.

"Nggak sayang, justru yang ada Anarki minta maaf karena udah kasar kemarin. Maaf karena setelah tiga hari berlalu, si pengecut ini baru bisa mengucap kata itu dengan benar sekarang. Maafin Anarki, Shaka. Maaf udah jadi bajingan."

"Anarki gak salah, ini salah Shaka. Kalo Anarki bajingan? Shaka apa? Gak seharusnya aku jatuh cinta sama seseorang yang jelas-jelas ada pemiliknya. Shaka gak tau diri ya? Bukannya menjauh, malah nyamperin Anarki. Tapi jujur ..., Shaka juga gak rela melihat orang lain menyentuh Anarki."

Jika begini, siapa yang salah? Keduanya? Itu sudah pasti, hanya saja cinta yang datang menghampiri mereka begitu murni dan tulus. Dua-duanya merasakan sensasi baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Dua-duanya tenggelam dalam kesalahan yang mematikan namun di satu sisi memberikan kebahagiaan.

"Shaka harus gimana, Anarki?"

Mingyu mengecup bibir Wonwoo yang basah oleh air mata, menyalurkan hasrat terpendam bahwa dia benar-benar jatuh cinta dengan manusia indah ini.

"Kenapa Anarki diem aja? Gak mau ya sama Shaka? Apa Shaka terlalu murahan karena bisa-bisanya mencintai cowok orang?"

Telunjuk Mingyu menempel di bibir Wonwoo. "Aku milikmu, Shaka. Lupa?"

"Tapi di posko sana ada Najma."

Mingyu tersenyum. "Memangnya kenapa? Kan yang di hadapan Anarki sekarang Shaka."

"Tapi Najma kan sayang Anarki."

"Tapi yang Anarki cinta cuma Arshaka. Si cengeng yang lagi berdiri di depan kedua mata. Bukan yang ada di posko atau siapapun dia."

"Shaka boleh cium Anarki?"

"Tentu aja, Shaka kan pacarnya Anarki."

"Tapi ini salah ...," Wonwoo gak percaya diri lagi. "Tapi Shaka juga gak mau membohongi diri lagi. Capek."

"Memang salah," Mingyu menyentil ujung hidung Wonwoo yang memerah. "Kesalahan Shaka adalah kembali pada seseorang yang udah menyakiti hati Shaka di hari kemarin. Masih mau berhubungan sama cowok paling berengsek kayak Anarki?"

Wonwoo mengecup bibir Mingyu. "Kalo Anarki yang nyakitin, Shaka ikhlas lahir batin."

"Heee, belajar gombal dari mana kamu?"

Wonwoo menggeleng, tersenyum tanpa beban saat Mingyu mendekapnya erat. Dulu, mungkin keduanya sempat lupa bahwa mereka sudah ada pemiliknya, tapi kali ini, mereka tidak peduli.

Yang mereka mau hanya terus begini, menuju jalan bahagia meski harus mengorbankan banyak hati.

•••

Hih apa-apaan ini :(

Apakah akan dihujat lagi si tamvan Anarki Kowalski? Atau Shaka uwu yang akan kena kali ini?

Yaudah deh hujat yang nulis aja biar kelar urusannya 🙈

Bab ini tumben-tumbenan bikin gak pede buat dipublish. Apa efek pake aku-kamu yha? Huhu, maaf kalo gak sesuai, makin maksa, atau udah gak kuat dengan hubungan super gelap susu ft kopi - Shaka Anarki ini.

Iya tau kok jahat, selingkuh itu jahat, tapi kalo meanie urusannya, Pevita bisa apa?

Selamat membaca! 💖

Continue Reading

You'll Also Like

796K 82.1K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
70.9K 6.4K 23
MINWON โ€ข COMPLETED "Mas Arka yang terlalu polos apa gue yang terlalu mesum sih?" โ€ข Dylan Wonwoo Arkana โ€ข Mingyu Alvaro Mahendra start : november 2021...
44.4K 6.2K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
75.9K 10.6K 33
[COMPLETED] He found the right kind of love, with the wrong person. Pertemuan singkat antara Lai Guanlin dan Park Jihoon membuat keduanya terjatuh d...