PAPER UMBRELLA

By winjo_h

110K 29.1K 3.7K

Kepada Karina... Bagaimana aku bertahan dari rindu yang deras jika payung ku hanya payung yang terbuat dari k... More

Cast & Prolog
Pacar ku Junot
Dancing in the rain.
Hancur
Pengecut
Berjuang
Meet
Terlambat
Bohong
Keajaiban
Pacarnya
Risih
Topeng
Cukup
Love Me
Bahagia?
Hidup terus berlanjut
I don't love you anymore
I still love you
Ending

Love Tape

5.8K 1.4K 217
By winjo_h

Rumah Junot, rumah dengan suasana cozy di dominasi warna coklat.

Bukan sekali ini Karin ke rumah Junot, sudah beberapa kali namun dengan alasan meminta tolong Junot mengerjakan tugasnya.

"Baju aku basah semua Not, ini gak apa-apa aku masuk?" Karin terlihat ragu melangkah masuk ke ruang tamu Junot yang terlihat sangat rapi.

"Masuk aja Rin, mau gimana? Aku juga basah kok. Bentar aku ambil handuk sama baju ganti buat kamu," Pamit Junot yang sudah akan melangkah naik ke lantai dua tepat kamarnya berada namun tiba-tiba berhenti di tangga ke tiga dan menatap Karin.

"Kenapa Not?"

Junot menuruni tangganya dan meraih tangan Karin dan menariknya lembut.

"Kamu naik aja sekalian, ganti baju di atas aja. Di kamar ku."

Wajarkah jika Karin berpikiran yang tidak-tidak? Ganti baju? Di kamar Junot? 

Ah yang benar saja.

Walaupun Karin itu nakal, tapi nakalnya tidak seperti ini.

"Nih," Junot memberikan celana training, serta sweater berwarna kuning terangnya pada Karin yang ragu menerimanya.

"A...aku ganti di sini? Gak boleh di kamar mandi?" Karin terlihat salah tingkah namun Junot malah tertawa kecil dan dengan enteng membuka satu persatu kancing seragamnya di depan Karin tanpa ragu.

Karin berbalik menatap tembok.

"Lihat aja kali, rejeki tau." Goda Junot yang kali ini membuka celananya, mengganti dengan celana kering dan membuang pakaian basahnya ke keranjang pakaian kotor miliknya.

Karin masih berdiri salah tingkah, tidak berani memalingkan wajahnya ke belakang.

Ah, kenapa Junot begitu tidak tahu malu di hadapannya?

"Udah selesai Rin. Haha, Kamu lucu banget sih saltingnya." Junot menghampir Karin memaksanya berbalik dan mencubit pipinya yang merona tidak karuan.

"Kamar mandi kamu di mana?"

Junot menggeleng.

"Gak mau aku kasih tau. Ganti sini aja."

"Yang bener aja Not?" Kesal Karin yang sudah mengambil ancang-ancang meninju kekasihnya itu.

"Hahaha," Junot tertawa sembari membuka lemarinya dan mengeluarkan selimut tipis.

"Ganti aja, aku gak liat, aku tutupin pake ini."

Karin masih ragu.

"Aku beneran gak bakal liat sumpah!"

Pada akhirnya mau tidak mau Karin membuka seluruh pakaian dan menggantinya. Meski hanya dengan di dinding selimut tipis yang melindungi pandangan Junot yang jahil tiba-tiba itu.

Kepala Karin menyembul keluar dari selimut tipis itu. "Udah kelar," Karin menyengir.

"Tuhkan, udah. Aku gak liatkan? Makanya kamu tuh harus percaya sama pacar kamu yang menjunjung tinggi harga diri kamu ini." Junot dengan nada bangganya membuat Karin mendelik malas.

"Padahal kalau aku langsung buka tadi, aku yakin kamu gak bakal mengkadap ke tembok kayak aku kalau kamu ganti baju." Karin menjulurkan lidahnya mengejek.

"Ya iyalah. Akumah tidak menyia-nyiakan rejeki kayak kamu." Junot membuat rambut setengah basah Karin berantakan.

"Kamu duduk sini yah? Aku bikin kopi dulu di bawah." Karin hanya mengangguk dan duduk di sofa di sudut kamar Junot dekat dengan jendela kayu yang membuat gadis itu bisa melihat jelas hujan yang sedang turun dengan lebat.

Sesekali Karin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar Junot, kamar dengan cat putih dengan perabotan serba biru yang nampak sangat aesthetic.

Junot memang pernah bilang kalau ibunya bekerja sebagai arsitek jadi wajar saja rumah ini begitu indah.

Foto-foto di kamar Junot juga menarik perhatiannya, selain foto kelurganya, ada bingkai khusus fotonya dengan adik perempuannya Lala Michella Wibowo yang biasa panggil Lami atau Lala itu, dan ada satu bingkai kosong di sampingnya.

"Kenapa kosong?" Tanya Karin.

Junot yang baru masuk ke dalam kamar dengan dua gelas kopi hangat di tangannya mendengar pertanyaan itu.

"Itu baru aku beli minggu lalu bingkainya, rencana mau di isi foto ku sama kamu." Junot ikut duduk di samping Karin dan merangkulnya, membiarkan kepala perempuan itu bermanja di bahu lebarnya hingga Junot bisa mencuri ciuman-ciuman kecil di puncak kepala Karin yang wangi itu.

"Ya udah cetak aja terus dipajang."

Junot tersenyum dan meraih ponselnya.

"Tapi kita gak punya foto bareng Rin, hehe."

"Jangan sekarang, gue lagi berantakan banget!" Tolak Karin saat Junot sudah menyalakan kamera depan ponselnya dan dengan semangat merangkul Karin.

"Justru cewek yang lagi berantakan itu sexy Rin." Junot menaik-naikkan kedua alisnya hingga Karin tidak tahan untuk mencubit hidung mancung Junot.

"Uhh! Bisa aja!"

"Ayo ngadep kamera Rin, senyum." Karin memiringkan sedikit kepalanya ke Junot dan tersenyum manis sama manisnya dengan senyum pemuda di sampingnya itu.

"Eh, kok ga ke foto?" Bingung Junot, Karin sudah tertawa dan mendorong pelan kepala pemuda itu.

"Itu video Junot! Ya ampun begonya pacar aku haha." Tawa Karin meledak sedangkan Junot menggaruk tengkuknya.

Ternyata seorang Junot juga bisa seceroboh itu.

"Ya udah kita bikin video aja." Junot menempelkan pipinya ke lengan Karin dan menatap gadis itu dengan tatapan menggemaskan yang membuat Karin menangkup kedua pipi Junot dan mengecupnya.

Satu kecupan Karin membuat Junot bersemangat, mengganti kecupan itu dengan ciuman dalam dan lama.

Ah, hujan, dingin, satu selimut berdua, bertukar saliva dalam ciuman yang Panjang hingga susah bernafas. Masa muda yang indah.

"Kamu agresif banget sih Not!" Karin memukul pelan dada Junot yang masih tidak puas dengan bibir tipis Karin.

"Ya udah kalau gitu kamu dong yang agresif, aku yang pasrah." Goda Junot yang sudah pasrah diterjang Karin yang memaksanya berbaring di sofa dengan Karin di atasnya yang bertubi-tubi memberinya cinta dengan ciuman yang agresif.

Setelah susah bernafas keduanya tertawa masih dengan posisi yang sama.

Ah, pantas saja lelaki suka women on top ternyata berselimut tubuh Karin jauh lebih hangat, bahkan panas.

"Ini kita bikin video apaan sih? Haha!"

"Sex tape Rin."

Plak!

"Enak aja. Udah ah, aku mau pulang kayaknya papa udah di rumah. Lagian hujannya udah berhenti nih. Anterin!" Karin bangkit di susul Junot yang berusaha keras harus menghentikan kegiatan ini sebelum benar-benar jadi sex tape.

🌱🌱🌱

Setelah mengantar Karin pulang, Junot terbaring mengulang mungkin sepuluh kali videonya dengan Karin tadi. Dengan cekatan Junot memotong bagian kala ia ditindih Karin dan di hadiahi banyak kecupan karena itu bagian favoritnya.

"Hehehe," Sesekali Junot tertawa kala mengingatnya. Andai Karin bisa terus di sisinya.

"Abang!" Pintu kamar Junot terbuka lebar dengan Lami adik perempuannya dan tampang cemberutnya.

"Bikin kaget aja. Kenapa?"

"Laper. Masakin kek, capek nih habis les." Lami memanyunkan bibirnya dan ikut membuang badannya di samping Junot.

"Bentar ini mau dibagikan dulu videonya," Junot baru hendak membagikan video itu pada Karin sebelum ponselnya di sambar Lami.

"Lami aja. Abang sana masak dulu, pesen makan atau beli makanan di luar kek, adeknya laper banget ini."

Junot merenggut malas.

"Hhhhh ya udah, kontaknya ada di paling atas."

"Oke." Junot bergegas turun tanpa tahu Lami membagikan potongan video itu bukan pada kontak whatsapp Karin melainkan ke Instagram Junot.

Sebuah video yang menjungkir balikkan kehidupan keduanya, mengajarkan sebuah pelajaran menyakitkan bernama hinaan dan perpisahan yang panjang.

"Ah ya ampun. Kok video begini di upload di insta?" Kaget Lami setelah memutar video kakaknya itu, hingga terniang pesan Junot... kontaknya ada di paling atas.

"Hah? Mampus! Pasti ini buat pacarnya! Tapi malah gue upload di ig? Hapus La, hapus!" Panik Lami yang segera menghapus video itu tanpa tahu beberapa teman sekolah Junot sudah menyimpannya.

-To Be Continued-

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

Continue Reading

You'll Also Like

16.9K 1.8K 16
10 tahun menjalin hubungan tentu saja bukan waktu yang singkat. Sudah ada tempat tersendiri untuk kisah khusus dengan orang tersebut. Hingga saat san...
247 58 14
Dewasa ini, manusia benar-benar harus percaya pada yang namanya glitch in the matrix. Vesta Harrison, pemilik julukan mahasiswa abadi dari program st...
1.2M 83.1K 49
[TELAH DITERBITKAN oleh Penerbit Grasindo, 2017. Tersedia di Gramedia] - the first nine chapter's still available for preview - "Kamu selalu berkata...
985K 94.9K 35
(SUDAH SELESAI DAN MASIH TERSEDIA SECARA LENGKAP) LARA DAN SEMESTANYA YANG KEHILANGAN RASA Kisah-kasih itu bukan soal indera yang sempurna, tetapi te...