Bad Boy Syar'i

By septaniaputriii

403K 28.7K 860

#8 in Spiritual 26-03-17 #10 in Spiritual 24-03-17 Takdir 'ketimpuk sendal merah' yang membuat Agra akhirnya... More

Si Gadis Berkerudung Putih
Takdir Bertemu Kembali
Would You Be My Friend?
Tetangga?
The Beginning
Awal Pertempuran
Awal Pertempuran 2
Kepergian Abi
UKS
Taman Kota
Di Bawah Bintang
Setitik Cerita Yang Timbul [Agra PoV]
About Adrian
Pertengkaran
Audisi
Ungkapan Awal
Drama Kantin Sekolah
Pasar Malam
Trauma Masalalu
The Show Time
Panti Asuhan
Pemintaan Seorang Ibu
Ketenangan Tak Terduga
Romansa Singkat
Panti Kosong
Peri Kecil Tangguh
Kepulangan Adam
Janji Lama
UGD
After Four Years
Kata Penombak
Cerita Kelam
Permintaan Adrian
Kebenaran 1
Ibu Yang Kembali
Citra?
PENGUMUMAN
Pertanyaan Kena
Pertemuan Tak Terduga
Pertemuan Tak Terduga 2
Apa Kabar?
Perjanjian Ketakutan
Jadi Penghancur Lagi?
Bimbang
Telatkah?
Perbaikan
Pulang
Menggantung ya?
Kehilangan Bintang
Imam Yang Berbeda
Hallo
After That Night
Dilanjutkah?
teka-teki
Bukan Hanya Kata
Lebih baik dari dia?
Nightmare
Semua Yang Pergi
Berita Kota
When Someone Loves You Because Of Allah

one step closer

107 11 0
By septaniaputriii

Citra sampai di bangsal VVIP rumah sakit sepuluh menit yang lalu.

Ia disambut pemandangan; kondisi Kena yang sudah tak karuan. Matanya merah dan sembab karena terlalu lama menangis sementara tubuhnya lunglai dengan jarum infus di tangan.

Oh ya, Adam sudah sejak lama beranjak. Menurut penuturan Kena, Adam meminta maaf karena Ia harus mengontrol kondisi beberapa pasien lain. Tapi Citra yakin kakaknya yang kaku itu paling-paling hanya tak tau harus bersikap bagaimana dan memilih menghilang dengan jurus 'ada jadwal konrol'

Citra menarik nafas panjang sebelum membuka percakapan.

"Ken, Lo serius mau masuk Islam? Agama bukan hal main-main, Ken. Gue seneng banget kalo Lo bisa jadi saudara seiman gue, tapi bukan karena keputusan gegabah."

"Cit, i've never told anyone before. Tapi sebenernya udah lama gue nyari tau tentang Islam. Dan gue yakin sama keputusan gue hari ini."

Sekarang Kena sudah lebih tenang. Tadi diwaktu awal Citra datang air matanya tanpa sadar masih menetes sesekali dan ritme nafasnya tak beraturan.

"Keputusan ini sama sekali bukan keputusan mendadak apalagi gegabah." Ujar Kena menimpali.

Citra mengukir seulas senyum.  Kalau memang begitu adanya, dia justru senang bisa menjadi saksi hidup atas seorang perempuan yang memilih berjalan kembali kepada fitrahnya.

"Lo mau kan Cit bantuin gue? Sekarang. Gue takut kaya paman Nabi Muhammad yang walaupun seumur hidupnya dia ngelakuin kebaikan, tapi sampai akhir hidupnya justru gasempet ngucapin syahadat." Tangan Kena kini menggenggam erat jemari Citra.

Citra tidak bisa dan tidak mungkin mengelak. Apalagi setelah mendengar kisah Abu Thalib yang disebut Kena. Ucapan Kena tentang Islam yang sudah Ia pelajari sejak lama memang bukan sebatas bualan.

"Sebuah kehormatan justru buat gue Ken. Niat baik juga emang harus segera dilaksanain, bukan?"

Dua perempuan berwajah teduh itu sama-sama tertawa.

"Tapi lo gak ngabarin keluarga Lo dulu? Terus yang jadi saksi Lo siapa nanti selain gue?"

"Bokap Nyokap gue itu orangtua angkat gue, Cit. Mereka tau kok gue mau mualaf, gue udah bilang tentang kemungkinan ini hari ini bakal dateng sejak lama. Mereka ngebebasin sepenuhnya ke gue. Lagian Jakarta-Australi beda 4 jam, wich is sekarang disana udah jam sembilan malem, mereka pasti udah tidur."

Citra hanya mengangguk "terus saksinya selain gue siapa? Minimal harus ada 2 saksi."

"Agra. Gue mau Agra ada dan ngeliat gue bersyahadat, Cit." Citra mendadak bungkam karena jawaban Kena.

Mendadak terror rasa penasaran tentang dimana rimba manusia satu itu kembali melingkupinya. Dia melirik layar ponselnya. Tidak ada jawaban apapun dari Agra. Bahkan pensanya masih terpampang dengan tanpa contreng satu yang artinya jangankan untuk dibaca, terkirim saja tidak.

"Lo bisa tolong telfon Agra sekarang gak, Cit?" Apaboleh buat, Citra hanya bisa mengangguk, dengan terpaksa menghubungi nomor si penghuni pluto.

Nomor yang anda tujui sedang tidak dapat menerima panggilan

Seperti dugaanya, yang Ia dapati hanya suara operator yang menandakan hp Agra tidak aktif.

"Gimana, Cit?" Mata Kena memelas.

Ingin sekali rasanya Citra bilang kalau  'bang toyib new version itu gak akan ada kabar, Ken kalo udah begini' . Tapi Citra paham betul, berpindah keyakinan adalah suatu momen yang sakral. Kena pasti mau orang-orang yang berarti buatnya ikut menyaksikan momen itu dan satu-satunya orang yang kena pinta selain dirinya cuma Agra. Setega apa Citra kalau sampai hati bilang bahwa Agra tak mungkin muncul.

"Cit?"

"Hah? Oh, itu Ken. Gak ada sinyal disini, gue keluar bentar ya nyari sinyal."

'YaAllah maaf, aku terpaksa bohong kalo engga Kena pasti kepikiran' Batinya.

___________________

Citra duduk di bangku ruang tunggu rumah sakit. Gadis itu memutar otak, dan akhirnya membuka chat roomnya dengan Alfa.

Citra Aini A.
F

a

Alfaaaaa

Baless dong cepet.


Alfa
Sabar woy! Jemari cantik gue butuh waktu buat ngetik.

Apaan?

Citra Aini A.
Tolong telfonin Arif dong, Fa. Tanyain dia lagi sama Agra apa engga

Alfa
BIG NO! Gue lagi perang dingin sama si kunyuk satu itu.

Citra Aini A.
Astaghfirullah Fa, Lo bedua kapan si gak berantemnya? Untung sodara Lo. Kalo rmgga udah gue doain biar jodoh.

Ayo lah Fa.. urgent nih!

Alfa
Idih! Amit-amit cabang olahraga dapet jodoh kaya gitu, jadi sepupu dia aja udah musibah besar!

Ogah ah, lagian lo kenapa si nyari-nyari Agra segala? Atau jangan-jangan kaya lagu kahitna nih? 🎶Ada cinta yang ku rasakann... uwowowooooo🎶

Citra Aini A.
Apaansi garing deh lo!  Ada urusan penting banget. Tolong lah Fa.. ini gabisa ditunda.

Alfa
Aduh sumpah Cit, males banget gue mesti nelfon si kutu kupret itu.

Lo telfon sendiri deh. Nih gue kasih kontaknya

*Alfa sent you a contact*
[👤 Lidi Gosong Berjalan]

Citra Aini A.
Thankyouu Faa

Kalau situasinya tidak serumit sekarang, Citra pasti akan terpingkal-pingkal melihat nama kontak Arif di handphone Alfa, sayang selera untuk menarik ujung bibirpun tidak ada di situasi seperti sekarang.

Citra tak mau membuang waktu, dia langsung menelpon Arif dan syukurnya sang empunya nomor langsung menjawab hanya dalam hitungan detik.

"Assalamu'alaikum, Rif sorry banget ganggu. Ini Citra, tadi dapet nomor lo dari Alfa." Tegas Citra begitu terdengar suara disebrang sana.

"Hah? Citra? Ada apaan Cit?" Orang asing pun akan bisa menangkap nada suara Arif yang terdengar kaget.

"Lagi sama Agra gak? Gue bingung mau nanya sama siapa, terakhir soalnya gue taunya dia sama Lo."

"Waduh enggak Cit. Terakhir ketemu die pas nganterin gue balik 2 hari yang lalu. Emang kenapa, Cit?"

Harapan terakhir Citra meminta cowok satu itu untuk pergi ke rumah sakit sepertinya pupus. Terpaksa, dia harus memberi tau Kena kemungkinan terburuknya.

"Ada urgentcy, Rif. Hpnya gak aktif, gak pulang ke rumah juga kayanya dari 2 hari lalu. Nanti kalo dapet kabar dari Agra boleh minta tolong suruh hubungin gue gak, Rif?"

"Oke Cit."  Baru saja Citra hendak mengucapkan terimakasih  menutup telefon tapi ternyata Arif kembali membuka suara. 

"Itu anak kemaren emang aneh gitu gelagatnya, tiba-tiba bengong sambil nheliatin mobil lewat depan rumah gue kaya marah gitu, terus langsung muter balik gapake bilang abcd dulu, pergi gitu aja tancep gas. Nanti gue tanyain anak tongkrongan yang lain juga deh, kalo ada kabar langsung gue suruh nelfon lo."

"Oke deh kalo gitu, makasih banyak ya Rif. Assalamu'alaikum"

Citra mengerutkan kening begitu sambungan telepon terputus. 'kenapa lagi sih Agra?' Batinya.

Tapi seketika Citra teringat dengan Kena. Gadis itu mengusir pikiran-pikiran buruknya dan bergegas kembali ke kamar rawat Kena.

________________________

"Agra bisa dateng, Cit?" Baru juga Citra menutup knop pintu, pertanyaan Kena langsung menyambar telinganya.

Citra belum menjawab, dia lebih memilih untuk duduk terlebih dahulu, berusaha memilah kata yang hendak ia gunakan agar Kena tidak kecewa.

"Ken, sorry banget tapi Agra masih belum ada kabar. Kalo engga nanti gue videoin aja ya? Nanti bisa lo kasih liat ke Agra sekaligus bisa lo kirim ke orangtua lo di Australia. Gimana?"

Walaupun Citra sudah berusaha menjelaskan dengan nada sehati-hati mungkin, tapi matanya tetap menangkap sorot kecewa pada seutas senyum Kena.

"Iya, gakapapa kok Cit." Citra tau betul kalimat tersebut bermakna oposite.

"Okay, Kalo gitu berarti tinggal telfon Adrian ya? Kalo masalah kerudung sama alat buat mandi sehabis syahadat nanti udah gue ba—"

"Cit," Kena menghalau kalima Citra, sementara Citra menaikan kedua alisnya mempersilahkan Kena melanjutkan ucapanya.

"Gausah telfon Adrian, dia gaperlu dateng." Citra sontak kaget.

"Ken, tapi—"

"Please.."

Citra terdiam dan hanya bisa mengangguk pasrah.

Toh ini adalah pilihan dan jalan hidup Kena, bukan wewenangnya untuk mengatur siapa yang berhak ada disamping Kena saat ini. Sekalipun dia yakin, jauh didalam lubuk hatinya, Kena ingin Adrian ada.

"Yaudah nanti saksinya satu lagi biar Bang Adam aja, gapapa kan?" Yang ditanya mengangguk memberi isyarat setuju.


Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 107K 48
MALING JAUH-JAUH!! Hanya sebuah kisah singkat seorang gadis berumur 20 tahun yang mengorbankan dirinya untuk melunasi hutang pamannya. bagaimana kela...
6.6M 466K 58
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
94.1K 4.4K 46
⚠️ FOLLOW SEBELUM BACA ⚠️ Ayasha Humaeera Rayzille, seorang gadis berusia delapan belas tahun. Ayasha adalah seorang gadis yang jarang mendapati kasi...
6.3M 502K 118
"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza