The Hired Whores

By KageMizukii

20.7K 1.7K 396

[ COMPLETE 10 CHAPTER ] Kedukaanmu adalah hal terakir yang kuinginkan, Kebahagiaanmu adalah mimpi-mimpi terb... More

The Hired Whores Chapter 01
The Hired Whores Chapter 02
The Hired Whores Chapter 03
The Hired Whores Chapter 04
The Hired Whores Chapter 05
The Hired Whores Chapter 06
The Hired Whores Chapter 07
The Hired Whores Chapter 08
The Hired Whores Chapter 09

The Hired Whores Chapter 10 (ENDING)

2.5K 144 65
By KageMizukii

💌💘
👐👐 Hai Hai, ini LAST chapter yaaa... Hayo ngaku siapa yang seneng?? *guepasti😬*
Wkwkwk, Maaf yah kalo lama 😂 karena suka lupa masih belum lunas yang ini 😩
Semoga kalian nggak lupa deh, amin.
Aduuhh senengnya beban berkurang satu hahahahaha!!! 😝😝😝
Happy reading 💕


🌻🌻🌻






Hyukjae merasa ia tak sanggup lagi berdiri, ia akan jatuh, ia ingin terjatuh. Guncangan akibat pelukan Haru bahkan nyaris tak sanggup ia tahan. Kedua kakinya gemetar, dadanya bergemuruh kencang seolah sesuatu akan meledak didalam sana.

Mata teduh itu kembali mendapatkannya...

"Hyukjae-ah..."

Ia bahkan tak tahu kalau Donghae dapat menyebut dan memanggil namanya selembut itu.

"Hyukjae-ah..."

Suara itu terdengar selembut angin berhembus, membelai telinga dan helaian rambutnya dengan halus. Perasaan yang tersampaikan hingga membuat hati berdesir. Bohong jika saat ini jantungnya tak terpacu lebih cepat dari biasanya, bohong jika saat ini ombak kebahagiaan tak datang untuk menghampiri pelabuhan hatinya.

"Aku datang untuk menemuimu..."

Lagi. Suara itu memanjakan indera pendengarannya, dengan senyum hangat dan tatapan mata teduh yang begitu indah.

Hati ini tak mampu lagi membendung arus kebahagiaan yang semakin berlipat ganda, dan bibir ini pun tak kuasa lagi untuk tidak melukiskan senyumnya.

Hyukjae tersenyum disaat sepasang mata bersudut tajam miliknya begitu ingin menjatuhkan butiran air mata yang telah menggenang di pelupuknya. Ia menangis, yah. Menangis karena Donghae.

Cintanya, Lee Donghae.

Lelaki cantik itu berlari saat Donghae menggerakan satu kakinya untuk melangkah. Hyukjae berlari lebih dulu untuk merengkuh tubuh seorang yang ia cintai itu.

Donghae memang sangat tampan terlebih ketika ia tersenyum.

'Brugh!'

"Aaakkhh..."

Hyukjae merasakan sesuatu yang keras dibawah tubuhnya, lututnya terasa sakit dan telapak tangannya terasa perih. Ia membuka kedua matanya perlahan dan menyadari bahwa jalan setapak yang terbuat dari aspal berada tepat didepan wajahnya bahkan telah menyentuh puncak hidungnya.

Jelas ia baru saja terjatuh.

Tapi bagaimana bisa? Bukankah...seharusnya saat ini, ia telah mendekap erat dan merasakan hangatnya tubuh Donghae?

"Donghae-ssi!"

Ia segera bangkit dan berdiri, meski lututnya mulai terasa sakit karena membentur lapisan aspal terlalu keras. Hyukjae menghela nafas lega ketika menemukan Donghae masih berada disana, kini membelakanginya. Namun kedua mata miliknya terbuka lebar saat pemilik mata teduh tersebut membalikkan tubuhnya.

"Do-Donghae...ssi."

Mengapa Donghae masih bisa tersenyum disaat seperti ini? Disaat Hyukjae begitu ingin memeluknya namun tidak bisa. Tidak! Ia tidak bisa! Ia tak bisa menyentuh Donghae. Pria tampan itu tak tersentuh olehnya!

Tubuh tegapnya tak terlihat jelas, tubuh yang selama ini hangat ia rasakan kini begitu rapuh bagaikan dapat dengan mudahnya tertiup semilir angin dan musnah. Donghae seperti hadir dalam bentuk hologram, Hyukjae bahkan dapat melihat bangunan rumahnya yang berada dibalik tubuh Donghae.

'Brugh!'

"A-aaaakkhh...sshh!"

Lagi-lagi ia terjatuh setelah kedua kalinya berusaha untuk merengkuh tubuh Donghae akibat kehilangan keseimbangan, dagunya mencium jalan lebih dulu hingga lecet dan terasa perih, ceceran tanah menodai pipinya dan lututnya benar-benar terasa sakit kali ini.

Tertatih Hyukjae mencoba bangkit seraya menghapus sisa tanah yang mengotori pipinya, ia berbalik dan kembali berhadapan dengan Donghae yang juga telah berbalik. Melihat senyum itu yang masih setia terlukis dibibirnya, membuat hati Hyukjae kembali menghangat.

"Do-Donghae...ssi...ke-kenapa...?"

Senyum semakin nampak jelas menghiasi parasnya yang rupawan sebelum akhirnya membuka mulut dan berkata lembut.

"Aku datang untuk menemuimu..."

Lagi.

Tubuh Donghae semakin memudar. Tidak, Hyukjae masih dapat melihatnya, hanya saja begitu tipis dan tembus pandang. Apa sebentar lagi ia akan menghilang? Apa sebentar lagi ia akan pergi? Apa sebentar lagi Hyukjae akan kembali seorang diri? Apa sebentar lagi...Tidak! Jangan sebentar lagi! Angin jangan berhembus...Jangan bawa dia pergi!

"Ja-Jangan pergi... Donghae-ssi!!"

'Sraakk'

Hyukjae mengawali saat terbangun dari tidurnya dengan guncangan hebat didada, setelah kesadarannya ditarik secara paksa oleh mimpi yang membuat hatinya begitu pilu.

Ia merasakan penglihatannya masih sedikit mengabur, entah akibat rasa kantuk atau sesuatu yang lain yang tak ingin ditanggapinya. Tertidur secara tiba-tiba dan terbangun secara tiba-tiba pula bukanlah hal tak biasa yang Hyukjae alami sepeninggalnya ia dari Seoul. Dan kali ini ia beruntung tertidur diatas ranjangnya sendiri karena sebelumnya ia seringkali kedapatan tertidur di ruang makan atau sofa ruang keluarga.

Dengan tubuh yang terasa pegal karena posisi tidurnya buruk serta degup jantungnya yang belum kembali normal. Hyukjae bangun dan duduk ditepi ranjang.

"Kau menangis lagi saat tidur, Hyukjae-ah?"

Sapaan lembut itu mampu membuat hatinya yang rapuh terhenyak dengan mudah, Hyukjae berhenti menatap lantai untuk menatap sosok didepannya. Sosok yang baru saja memasuki kamarnya karena pintu lupa ia kunci.

"Jaejoong-hyung, kau belum tidur?"

Jaejoong mendorong roda kursinya dan menghampiri adik bungsunya itu, ia mengulurkan tangan kirinya lalu dengan lembut menghapus air mata dipipi tirus Hyukjae yang mulai mengering. Hyukjae hanya terdiam, ini bukan kali pertama sang kakak menangkap basah dirinya menangis saat sedang tertidur.

"Mimpi buruk lagi?"

"Euhm..."

Ia mengangguk lemah disertai dengungan pelan, senyum tipis tak luput menghiasi paras cantiknya. Hyukjae tak yakin bisa kembali tidur setelah terbangun malam, bukan masalah ia menghabiskan waktu sampai pagi dengan hanya berdiam diri, meminum beberapa gelas susu atau membaca buku. Hanya saja, ia tak sanggup jika harus kembali merasakan badai kerinduan yang bergemuruh dashyat dihatinya.

"Kau terlihat kurang baik sejak kembali dari Seoul? Apa ada sesuatu yang telah terjadi?"

Hyukjae menatap mata Jaejoong yang terlihat indah baginya, ia dapat memandang pantulan dirinya sendiri pada bola mata sang kakak. Ia ragu untuk menceritakan apa yang terjadi padanya selama ini, tentu Jaejoong tak boleh sampai tahu kalau ia bekerja hanya sebagai pemuas nafsu demi mendapatkan uang, terlebih lagi ia telah jatuh cinta pada seseorang yang menyewanya sebagai pemuas nafsu itu.

"Tidak apa kalau kau tidak mau cerita. Semua orang berhak memiliki rahasianya masing-masing."

Hyung-nya itu terlihat ceria untuk ukuran seseorang yang menghabiskan hampir 7 tahun hidupnya diatas kursi roda. Jaejoong telah dinyatakan lumpuh tujuh tahun lalu bahkan sebelum kedua orang tua mereka meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Kedua kakinya memang masih utuh, namun seluruh syarafnya tak dapat lagi berfungsi dengan baik.

Jaejoong menghabiskan waktunya dengan mengurus anak-anak dan panti asuhan, sementara Hyukjae harus menghasilkan uang hingga terpaksa berhenti kuliah. Jaejoong dan Hyukjae hanya tinggal berdua bersama anak-anak panti sepeninggal kedua orang tua dan Youngwoon, kakak tertua mereka.

"Terimakasih, Hyung."

Jaejoong mengangguk pelan sambil terus menatap Hyukjae lembut, raut wajah cantiknya tampak sedikit lelah dan lesu, sisa keringat masih membasahi leher dan pelipisnya. Ia tersenyum, berharap dalam hati Tuhan berkenan memberikan sedikit kebahagiaan pada adik bungsunya tersayang ini.

Tanpa Hyukjae katakan pun, Jaejoong paham apa yang tengah dipikirkan dan dirasanya.

"Hyukjae..."

"Hm?"

"Kembalilah ke Seoul..."

Huh?

Ucapan Jaejoong yang meski terdengar lembut namun mampu membuat Hyukjae sedikit tercengang. Tidak, bukan itu, lebih merasa terkejut lewat sorot matanya yang melebar.

"A-apa?"

"Aku rasa kau meninggalkan hatimu di Seoul, bukankah sebaiknya kau kembali kesana untuk meraihnya kembali?"

"Hyung, apa maksud..."

Jaejoong menarik nafas untuk kemudian mengulum senyum, mencubit pelan pipi Hyukjae sebelum kembali menautkan kedua tangan diatas pangkuannya yang tertutupi selimut hingga kakinya.

"Apa kau telah jatuh cinta pada seseorang disana? Aku yakin orang itulah penyebabmu selama ini tidak seperti biasanya. Kau tidak bisa jauh dari orang itu, bukan?"

"Hyung..."

"Kalau kau ingin pergi, pergilah. Aku tak kan melarangmu, sampai kapan pun tempat ini adalah rumahmu. Kau bisa pulang kapan saja kalau kau mau."

"Tapi aku tidak mungkin meninggalkan kalian, hyung. Siapa yang akan mengurusi anak-anak, membantumu mandi lalu bila kau ingin duduk di kursi, siapa yang akan memapah tubuhmu?"

"Yah! Kau ini disaat begini masih saja memikirkan orang lain!!"

Hyukjae mengkerutkan keningnya ketika Jaejoong terlihat mengangkat sebelah tangan seolah hendak memukulnya. Namun itu tak sampai terjadi karena sedetik kemudian Jaejoong menurunkan kembali tangannya dan menghela nafas. Yah, Hyukjae selain polos dan bodoh, ia juga anak yang cukup keras kepala.

"Dengarkan aku, adik kecil." Pelan Jaejoong namun penuh dengan penekanan, berharap kata-katanya dapat menembus otak Hyukjae yang cukup bebal. "Kau pikir aku senang dengan kepulanganmu jika hal itu hanya membuatmu terus bersedih sepanjang waktu? Bagiku akan jauh lebih baik hidup berjauhan, selama adik kecilku merasa bahagia."

"Tapi bagaimana dengan..."

"Stop! Aku belum selesai bicara." Mulut Hyukjae reflex terkatup rapat, Hyung-nya yang satu itu memang sulit dibantah. "Sebentar lagi...aku akan menikah dengan Yunho."

"APA?!!"

Yah, sudah ia duga reaksi Hyukjae akan meledak seperti ini. Jaejoong lagi-lagi menghela nafas ketika mengingat lamaran kekasihnya, Yunho, yang begitu mendadak siang tadi. Yunho bahkan tak memberinya kesempatan untuk berpikir dan langsung berkata kalau beberapa hari lagi ia akan membawa Jaejoong untuk menemui kedua orang tuanya. Sebenarnya itu sebuah lamaran atau paksaan? Kalau tak ingat jika kekasihnya itu lah yang membiayai seluruh perawatan dan terapinya selama ini, hingga Hyukjae tak perlu susah payah memikirkan hal tersebut, Jaejoong pasti telah memukuli Yunho hingga sekarat. Lamarannya tidak bermutu sama sekali.

"Karena itulah, Hyukjae, sekarang saatnya bagimu untuk meraih kebahagiaanmu sendiri. Sebagai kakak, aku tak mungkin berbahagia seorang diri, bukan? Apa salahnya kau menentukan jalanmu sendiri dan pergi ketempat yang dapat membuatmu bahagia?"

"Hyung, apa kau membuangku setelah memiliki Yunho-hyung?"

"Bodoh!"

Kali ini Jaejoong benar-benar memukul kepala sang adik hingga ia meringis kesakitan, meski hanya sebuah pukulan kecil.

"Aku menyayangimu. Aku ingin kau bahagia, aku ingin melihatmu tertawa dan menjalani hidup seperti yang benar-benar kau inginkan. Apa alasan itu masih belum cukup? Apa yang membuatmu ragu, Hyukjae? Kebahagiaan tak kan menunggumu, kau sendirilah yang harus berjuang untuk meraihnya."

Dan...

Setelah pembicaraan panjang lebar ini. Jaejoong rasa Hyukjae akhirnya memahami keinginan hatinya, terlihat dari sorot mata Hyukjae yang menatap langsung matanya dengan lekat. Keduanya saling menatap dalam senyum untuk sesaat, hingga akhirnya Hyukjae merentangkan kedua tangannya untuk kemudian merengkuh leher Jaejoong dan memeluk sang kakak dengan erat.

"Aku mengerti, terima kasih, Hyung. Aku juga menyayangimu, Sangat."

.........

Sungmin meneguk secangkir cappuchino yang baru saja diantarkan office boy keruangannya sebelum membuka laptop putihnya yang terletak diatas meja. Ia suka minuman yang agak sedikit pahit, berbeda dengan Donghae yang lebih menyukai minuman alami seperti lemon juice atau teh herbal, terlepas dari kebiasaannya mengkonsumsi alhokol secara gila-gilaan.

Memikirkan Donghae membuatnya teringat, bukankah hari ini bosnya itu memutuskan untuk pergi ke Daegu menemui Hyukjae? Mungkin beberapa jam lagi pemilik mata teduh itu akan tiba di Daegu.

"Aaaahh...mungkin sebentar lagi aku dan Changmin harus mempersiapkan pesta pelepasan masa lajang."

Ia tak dapat membayangkan hari-hari seperti apa yang akan Donghae alami sepulangnya pria tampan itu dari Daegu, dengan membawa serta Hyukjae tentunya. Hal positifnya adalah Sungmin tak perlu repot mengurusi segala hal-hal aneh keinginan Donghae, juga ia tak perlu lagi menjadi korban kejahilan bosnya tersebut. Sungmin yakin Hyukjae dapat mengurus Donghae dengan baik dan membangun keluarga kecil, tempat dimana pemilik mata teduh itu memperoleh kehangatan yang tak pernah didapatnya.

Sialnya adalah pekerjaan menumpuk dua kali lipat ketika Donghae dengan seenaknya meliburkan diri. Dan siapa lagi yang akan terkena imbasnya selain Lee Sungmin. Sejak pagi tadi ia repot mengurusi berbagai macam hal, rapat darurat, survey lapangan, membuat laporan, pertemuan dengan klien dan lainnya. Sial! Kalau Sungmin tak sabar ia pasti sudah mengajukan surat permohonan kenaikan gaji 5 kali lipat! Lee Donghae adalah atasan yang tidak tahu diri.

'Dddrrtt~ drrtt~'

Sungmin baru saja meletakan cangkir cappuchinonya di atas piring tatakan ketika smartphone miliknya bergetar menimbulkan suara berisik. Segera ia meraih gadget putih itu dari atas tumpukan map lalu mendekatkannya pada telinga setelah melihat nama Changmin tertera dilayar ponselnya.

"Apa?!"

Rasa suntuknya semakin menjadi begitu tahu kalau Changmin yang menghubungi. Lelaki jangkung dan bermata tipis itu sama saja, kedua makhluk itu selalu menindas Sungmin dengan modus bentuk kasih sayang mereka. Oke, fine...menjadi yang tertua memang tidak selalu mengenakan.

"Apa? Jangan diam saja, aku sedang banyak perkerjaan karena pasienmu itu tengah..."

Berangsur-angsur raut wajah Sungmin berubah, mendengar penuturan Changmin dari seberang line telpon membuat seluruh tubuhnya membeku dan tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya.

Dan hal terakhir yang Sungmin lakukan adalah menjatuhkan ponselnya hingga menghantam lantai.

...

"Tidak! Aku tidak mempercayainya." Suara itu berbisik parau. "Donghae tidak mungkin sudah disana.

Continue Reading

You'll Also Like

70.8K 3.8K 21
seorang gadis bernama Gleen yang berusia 20 tahun, membaca novel adalah hobinya, namun bagaimana jika diusia yang masih muda jiwa nya bertransmigrasi...
207K 23K 16
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
65.3K 5.8K 15
[FOLLOW SEBELUM BACA] Brothership, Harsh words, Skinship‼️ ❥Sequel Dream House ❥NOT BXB ⚠️ ❥Baca Dream House terlebih dahulu🐾 Satu atap yang mempe...
759K 54.6K 46
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...