AMIRALTHAF [Completed]

Od Wardatul61

762K 39.4K 550

# 7 in teenfiction (11-01-2019) "Lo berdebar gak pas gue di dekat lo? Kalo iya, berarti lo suka sama gue." _ ... Více

PROLOG
SATU. Cium gue dulu!
DUA. Rindu
TIGA. Kesal
EMPAT. Cuek
LIMA. Mulai suka?
ENAM. Gue peluk lo ya?
TUJUH. Diam-diam.
DELAPAN. Don't Cry.
SEMBILAN. Kurang peka.
SEPULUH. First love.
SEBELAS. Mother.
DUABELAS. Cemburu.
TIGABELAS. Dinembak Althaf?
EMPATBELAS. Jawaban Amira
LIMABELAS. Penyemangat.
ENAMBELAS. Membuat Cemburu
TUJUHBELAS. Mawar.
DELAPANBELAS. Duka di Masa Lalu.
SEMBILANBELAS. Cemas
DUAPULUH. Maaf
DUAPULUH SATU. Manja
DUAPULUH DUA. Mine
DUAPULUH TIGA. Kemarahan Althaf
DUAPULUH EMPAT. Hukuman
DUAPULUH LIMA. Amira, Mine.
DUAPULUH ENAM. Ayo Kita Nikah
DUAPULUH TUJUH. Kesempatan?
DUAPULUH DELAPAN. Tunangan?
DUAPULUH SEMBILAN. Maaf, Gue Akan Lupain Lo.
Spesial PART. Ketupat
TIGAPULUH. Make Me Love You.
TIGAPULUH SATU. Jauhin Althaf!
TIGAPULUH DUA. With You
TIGAPULUH TIGA. Pilihan.
TIGAPULUH EMPAT. Terdengar Menyakitkan.
TIGAPULUH LIMA. Berbeda.
TIGAPULUH ENAM. Berjuang.
TIGAPULUH TUJUH. Mencoba.
TIGAPULUH DELAPAN. Damn!
TIGAPULUH SEMBILAN. Syarat?
EMPATPULUH. Salahkah?
EMPAT PULUH SATU. Sejati.
EMPAT PULUH DUA. Stay away
EMPAT PULUH TIGA. Stay.
EMPAT PULUH EMPAT. Trust
EMPAT PULUH LIMA. Destiny
EMPAT PULUH ENAM. Regret
EPILOG
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 4 (a)
Extra Part 4 (b)
Setuju gak?
AMIRALTHAF Room Chat 1
AMIRALTHAF Room Chat 2
AMIRALTHAF Room Chat 3
Approccio

Extra Part 1

13.7K 612 34
Od Wardatul61

5 tahun kemudian.

Amira galau hari ini. Tidak, bukan hanya hari ini saja. Karena hari-hari sebelumnya ia juga galau. Bagaimana tidak? Sudah dua bulan ia tidak mendapat kabar dari Althaf yang tengah sibuk melanjutkan pendidikannya di jurusan bisnis di London. Biasanya, dalam seminggu minimal dua kali mereka video call. Ia tahu, perbedaan waktu Indonesia dengan Inggris. Namun, hal itu tidak jadi masalah antara keduanya.

Bahkan pada hari wisudanya Amira satu bulan yang lalu, Althaf juga tidak datang. Ia sangat rindu pada cowok itu.

Amira melipat kedua tangannya di atas meja kerjanya. Ya, Amira sudah bekerja di sebuah perusahaan besar di Jakarta, namun hanya sebagai karyawan biasa. Terhitung baru seminggu ia bekerja di sana.

Ia lesu. Seperti orang yang sama sekali tidak mempunyai semangat untuk melanjutkan hidup. Matanya menatap sendu ponselnya. Berharap nama Althaf tertera di layarnya sebagai tanda panggilan masuk dari cowok itu.

"Amira, pagi-pagi lesu amat lo!" ucap Rena—salah satu karyawan di sana sedikit mengejutkan Amira.

Rena menempati meja di sebelah Amira. "Amira, lo tau gak? Bos baru kita ganteng banget." Rena terlihat sangat bersemangat.

Amira mengubah posisinya menjadi tegap. "Bos baru? Emangnya bos lama ke mana?"

Rena menatap kesal ke arah Amira. "Yaelah, lo kudet banget sih? Bos baru kita itu anaknya bos lama. Dan dia itu seumuran sama kita. Dari berita yang gue denger, katanya ganteng banget bos baru kita."

"Oh." Amira hanya ber'oh' saja. Toh, dalam otaknya saat ini dipenuhi Althaf.

"Oi keluar semua!" teriak seorang pria berkacamata di ambang pintu ruang di mana Amira dan beberapa karyawan lain bekerja.

"Pasti bos ganteng udah datang. Gue penasaran. Ayo!" Dengan semangat yang menggebu-gebu Rena menarik tangan Amira. Amira hanya pasrah saja.

Berdiri berjejer lalu memberi jalan di tengah-tengah mereka untuk dilewati oleh sang bos baru. Jujur, Amira malas sekali. Bahkan beberapa karyawan wanita sudah memekik histeris kala si bos semakin dekat. Namun Amira tidak. Ia malah menundukkan wajahnya. Sedangkan matanya menatap ke lantai. Toh, bos mereka bukan aktor tampan kan? Hanya bos tampan saja. Amira memang tidak tahu banyak tentang keluarga bos mereka.

"Amira, liat deh! Ganteng banget." Rena menepuk-nepuk pundak Amira.

Dengan malasnya Amira melihat si bos yang sudah datang. Namun, belum melewati depan mereka.

Deg!

Amira tak salah lihat. Ia berani bertaruh kalau penghilatannya tak bermasalah. Althaf, ya, bos baru yang katanya sangat tampan itu adalah Althaf. Dengan berjalannya waktu, Althaf semakin mendekat.

Althaf melihat ke arah Amira. Dan itu membuat jantung Amira berdebar-debar. Ia sangat senang, akhirnya kerinduannya terbayar. Tapi, ia salah. Bahwa baru saja ia berpikir kalau Althaf akan menyapanya. Ternyata tidak. Seperti seorang asing, Althaf malah melewatinya begitu saja.

Rasanya sesak. Apakah Althaf sudah tak mengenalinya lagi? Bagaimana bisa? Apakah Althaf tak mengharapkannya lagi? Apakah Althaf sudah memiliki tunangan?

Segala pertanyaan memenuhi kepalanya. Ingin sekali ia mengejar Althaf yang semakin menjauh darinya, lalu memeluk tubuh atletis cowok itu dari belakang. Tapi, ia tak seberani itu. Matanya berkaca-kaca.

"Apa juga gue bilang, ganteng banget kan? Udah gak usah nangis!" Rena sadar mata Amira berkaca-kaca. "Lo jatuh cinta pada pandangan pertama, kan? Gue tau kalo lo mau nangis karena lo mikir si bos udah punya pacar. Sabar ya, Mir. Gue juga bakalan patah hati kayaknya. By the way, saingan kita banyak banget. Gue jadi kesel! Ya sudah, ayo bubar!"

Amira tak berbicara apa pun lagi.

"Lo jahat, Althaf! Gue segede ini rasanya kayak nyamuk di mata lo."  Amira membatin.

***

Esok harinya. Kegalauan Amira masih berlanjut kawan. Karyawan cewek rata-rata pada genit. Termasuk Rena yang curi-curi pandang pada Althaf yang lewat. Yang membuat Amira semakin kesal adalah sikap cuek Althaf dari kemarin hingga sekarang.

Hari ini saja berkali-kali ia bertemu Althaf, namun cowok itu malah mengabaikannya. Amira heran, bahkan ia sempat berpikir kalau dirinya bukanlah manusia lagi, namun hanyalah makhluk gaib yang tak dapat dilihat Althaf.

Kalau begitu, kenapa tidak ia saja yang menyapa Althaf? Oh, no. Kalian tahu kan? Amira gengsian. Ia tidak akan menyapa Althaf sebelum cowok itu menyapanya.

Sudah 4 tahun lebih loh, mereka tidak bertemu. Amira sudah berteriak dalam hatinya. Ia ingin tuh cowok peka.

Amira berjalan ke arah mejanya dengan menghentakkan kakinya ke lantai beberapa kali. Ia baru selesai salat Magrib. Hari ini ia pulang malam. Karena masih banyak kerjaan yang belum selesai.

Cewek itu menghempaskan pantatnya ke kursinya dengan keras. Alhasil ia kesakitan.

"Kursi bego! Gak cukup apa lo liat gue disakitin sama tuh cowok playboy? Sakit bego!" Seperti orang yang sudah tak waras, ia menumpahkan semua kekesalannya pada kursi yang didudukinya.

Amira menopang dagunya dengan kedua tangan. Hingga seorang karyawan pria yang ia tak tahu namanya berdiri di hadapannya.

"Apaan?" Tanya Amira tak sopan. Kalau dilihat-lihat, pria itu lebih tua darinya.

Tanpa berbicara sepatah kata pun pria itu memberinya kertas putih dengan ukuran panjang dan lebar yang sama yaitu 5 cm. Disana tertulis huruf 'W'. Amira bingung, pria itu langsung pergi setelah memberinya kertas yang bertuliskan huruf tersebut.

Tak lama, datang lagi seseorang. Memberinya kertas putih dengan ukuran yang sama, namun berbeda huruf yang tertulis di sana. Huruf 'I'. Amira semakin bingung, ia bertanya pada orang itu, namun orang itu malah berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Lalu datang lagi orang, memberinya kertas serupa dengan huruf 'L'. Masih sama, seolah teriakannya tak terdengar. Teriakannya diabaikan lagi. Hingga datang lagi orang, yang tentunya dari awal yang datang adalah karyawan di sana. Walaupun ia tak tahu namanya. Huruf selanjutnya 'L' lagi.

Ada apa sebenarnya? Amira semakin bingung jadinya.

Tak berakhir disitu. Orang berdatangan lagi. Huruf selanjutnya 'Y'. Disusul huruf 'O, U, M, A, R, R, Y, M'. Dari orang-orang yang berbeda. Jika kalian menebak huruf selanjutnya adalah 'E', selamat kalian benar. Tebakan yang mudah bukan?

"Amira, gue gak nyangka." Rena yang tiba-tiba datang juga memberinya kertas kecil itu. '?' tanda inilah yang ada di kertas itu.

"Sebenarnya ini apaan sih?" tanya Amira.

Rena mengedikkan bahunya, berpura-pura tidak tahu. Karena rasa penasarannya, Amira menyusun semua kertas kecil yang ia dapatkan dari orang-orang yang berbeda itu menurut urutan ia mendapatkan kertas itu.

Setelah semuanya tersusun, jadilah sebuah kalimat ini 'WILL YOU MARRY ME?'

Jantung Amira menggila rasanya. Ia menoleh ke arah Rena. Rena tersenyum ke arahnya.

"Belakang kertas yang gue kasih," ucap Rena seolah pintaan untuk Amira agar melihat belakang kertas itu.

Amira langsung melihat ke belakang kertas yang dikasih Rena. Ternyata ada tulisan lagi.

Ke atap sekarang!

Itulah yang tertulis di sana. Tulisan tangan itu tak asing bagi Amira.

Jantungnya masih berdebar-debar. Hal itu tak menjadi penghalang untuknya mengambil langkah ke arah atap kantor. Lift rasanya sangat lamban membawanya naik ke atas kantor.

Kala ia sudah sampai ke tempat tujuan. Ia melihat pemandangan yang indah. Lilin-lilin menyala dan disusun membentuk hati yang kosong. Ditambah taburan bintang di langit sana.

Tiba-tiba, Amira merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Amira ingin memberontak, namun ia malah terangkat. Orang itu membawanya ke tengah-tengah susunan lilin tepatnya di bagian kosong itu.

Setelah kaki Amira berpijak di lantai atap, orang itu yang tak lain adalah Althaf berlutut di hadapannya Amira. Dengan tangan memegang kotak cincin.

"Will you marry me?" tanya Althaf dengan tatapan serius.

Amira terdiam. Ia tidak menjawab.

Althaf deg-degan menunggu jawabannya Amira. Kecewa, Althaf kecewa kala Amira malah menutup kotak cincin itu. Althaf bangkit berdiri. Apakah Amira menolaknya?

"Lo jahat!" teriak Amira. Mereka masih memakai sapaan 'lo-gue'.

Cewek itu menghela napas berat. Lalu memukuli lengan Althaf beberapa kali.

"Lo nolak gue?" tanya Althaf.

"Lo jahat Althaf! Dari kemarin lo cuekin gue. Gue pikir lo udah lupa sama gue. Gue pikir lo udah punya cewek yang cantik. Gue kesel sama lo!" Amira menyuarakan semuanya apa yang ada di kepalanya.

Ternyata karena itu. Althaf tersenyum.

"Maaf, gue gak bisa datang ke wisuda lo. Maaf, gue gak kasih kabar ke lo selama dua bulan ini. Maaf ya? Gue sengaja ngelakuin ini. Biar surprise. Gue tau ini kurang romantis, malahan sangat sederhana." Althaf melihat lilin-lilin itu sekilas.

"Udah cukup kok. Gak perlu tempat yang terlalu romantis dan mewah. Gue suka yang sederhana. Karena kehadiran lo itu lebih penting. Gue gak peduli sekalipun tempat ini jelek." Amira tak lagi kesal. Ia tersenyum sangat manis pada Althaf.

"Jadi, lo mau kan?"

"Mau apa?" tanya Amira sok-sokan gak tahu.

"Menikah sama gue, jadi istri gue, jadi pendamping hidup gue sampai akhir hidup gue."

"Kalo gak mau gimana?" tanya Amira sengaja.

"Mau dong!" Althaf mencubit pipinya Amira beberapa kali. "Mau, ya?"

Amira tetap menggeleng.

"Amira, lo keliatan makin pendek. Makanya, lo harus mau jadi istri gue."

"Lo bilang gue pendek? Ya udah, gue gak mau."

"Amira..." Suara Althaf memelan.

"Iya Althaf," balas Amira juga dengan suara yang pelan. "Iya, gue mau."

Terbitlah senyum bahagia dari Althaf. Cowok itu pun memasang cincin di jari manisnya Amira. Setelah itu, gantian Amira yang memasang cincin satunya lagi pada jari Althaf.

"Gue kangen banget sama lo Amira."

"Gue juga."

Mereka berpelukan dengan bahagia.

"Oi! Masih belum sah lo berdua. Gak usah main peluk-pelukan!" Ini suara Alif. "Sabar-sabar, abis nikah mah bebas."

Amira melepaskan pelukan Althaf. Ia terkejut. Bagaimana bisa Alif berada di sana? Ternyata, bukan hanya Alif, Revan pun datang. Juga para karyawan lainnya.

"Gue gak nyangka! Teman gue bakalan nikah sama bos ganteng. Lo jahat Amira. Lo nikung gue!" teriak Rena dramatis namun hanya candaan saja.

Amira tersenyum. "Maaf, Ren. Gue sayang banget sama nih orang. Gue gak rela bagi-bagi bos ganteng buat lo."

"Kirain gue uang apa? Yakali bagi-bagi gue," protes Althaf.

Amira terkekeh kecil. Ia tak menyangka kalau Althaf akan melamarnya.

Yang pasti. Ia bersyukur, ini hadiah terindah dari Tuhan untuknya. Ia sangat senang malam ini. Tak sabar menunggu hari di mana ia dan Althaf sudah terikat dalam sebuah hubungan yang sah.

***

Gimana Extra part ini? Masih kurang bagus? Maaf, saya masih sangat amatir.

Karena saya masih ingin menulis kelanjutannya, jadi, bakalan ada Extra part lagi.

So, jangan dihapus dulu cerita ini. Kalo diberi umur panjang oleh Yang Maha Kuasa, setelah menyetor hafalan yang bejibun diikuti tugas sekolah, saya bakalan lanjut nulis.

Intinya, silahkan menunggu Extra part 2.

-jika melalaikan, tinggalkan cerita ini-

By Wardatul, Aceh Besar.

26.November.2018

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

1.8M 242K 49
Erlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanit...
2M 103K 44
[Squel Vanya] [16++] [Part Lengkap] [follow sebelum membaca] Kejadian 'malam itu' membuat Kanaya harus menikah dengan cowok yang telah membuat hidupn...
2.5M 124K 46
Menikah dengan pemuda brengsek, dan masih labil membuat Elena tidak yakin dengan rumah tangga mereka. Tidak ada rasa cinta dari pemuda itu kepadanya...
142K 26.8K 46
Spin off Garuda *** Auristela Keisya, cewek tomboi yang nggak suka basa-basi. Iya, ya, iya. Nggak, ya, nggak. Uri panggilannya, semua olahraga ia la...